BECAUSE I LOVE YOU Part 9
Di depan Ruang
Pribadi Raja Yash, para pelayan, dewan kerajaan, dan pengawal istana berkumpul
menunggu kabar tentang kondisi terakhir Raja Yash. Wajah mereka terlihat sangat
khawair. Karena terlalu banyak orang, Anjali tidak bisa menembus kerumunan
orang untuk melihat kondisi raja yash secara langsung dan hanya bisa ikut
menunggu jauh dari ruangan raja yash.
Tak berapa lama
kemudian terlihat Putri Seeta keluar dari ruangan raja Yash.
“Raja Yash sudah
sadar. Beliau hanya kurang istirahat saja. Sekarang bubarlah dan kembali ke
tempat kalian masing-masing” Ujar Putri Seeta. Terlihat sisa-sisa rasa khwatir
di wajahnya.
“Syukurlah Raja
Yash baik-baik saja.” bisik Anjali dalam hati. Melihat orang-orang sudah pergi,
timbullah keinginan Anjali untuk menjenguk Raja Yash langsung.
“Tidak bisa, Nona.
Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasuki ruang pribadi raja Yash.”
Cegah Kiran. Anjali kecewa.
@@@
Kondisi Raja Yash
yang menurun membuat Pangeran Rahul mengambil alih tugas-tugas kenegaraan Raja
Yash. Hal itu membuat beban pikirannya semakin bertambah. Selain harus
memikirkan tugas kenegaraannya, dia harus memikirkan Anjali.
“Seperti yang
kalian ketahui, kalian ditugaskan untuk mendidik dan melatih Nona Anjali agar
ia layak menjadi calon istriku. Dan kalian juga mengetahui bahwa hari dimana
Anjali akan diperkenalkan secara resmi telah ditentukan. Aku ingin mendengar
perkembangannya.”
“Begini, Pangeran.
Sejujurnya sebagian besar dari kami menyadari bahwa Nona Anjali memiliki
kecerdasan yang tinggi, kami yakin beliau bisa mempelajari semua materi tentang
kerajaan dan seluruh detailnya dengan cepat. Akan tetapi kami melihat beliau
tidak memiliki semangat dan motivasi untuk mempelajari materi dengan baik.”
“Betul, Pangeran.
Bahkan, seringkali Nona Anjali hanya termenung dan tak mendengarkan penjelasan
kami.”
“Kami mohon maaf,
jika kami tidak berhasil membuat Nona Anjali seperti yang Raja Yash harapkan.
Kami siap menerima hukuman.”
“Hm….ini bukan
salah kalian. Tapi saya harap kalian tidak patah semangat untuk mengajari Anjali.”
@@@
Pesawat pribadi
Kerajaan India yang membawa pangeran rahul menuju India selatan terbang
membelah awan langit India. Pesawat khusus Raja dan keularganya itu didesign
dengan interior supermewah. Terdapat ruang beristirahat, ruang meeting serta ruang
tamu yang didesign berbentuk lounge.
Pangeran Rahul
memilih duduk di sofa dekat jendela. Tangannya sibuk mentouch screen tab
pribadinya. Seringkali ia senyum-senyum sendiri, seperti ada sesuatu yang
menggelitik hatinya.
“Rajkumaar, ini
dokumen yang harus anda tanda-tangani.” Karan menyodorkan setumpuk map ke
hadapan Rahul. Namun Rahul bergeming, ia tetap focus pada tab. Karena
penasaran, Karan mencoba mengintip apa yang Rahul lihat. Ternyata Rahul sedang
memperhatikan foro-foto anjali saat menerima materi-matei tentang kerajaan
India.
“Rajkumaar…!” Ucap
Karan agak keras. Barulah Rahul menyadari bahwa Karan telah ada di hadapannya.
Buru-buru Rahul mematikan tabnya.
“Ya, Karan. ada
apa?” Tanya Rahul agak tergagap.
“ini dokumen yang
harus anda tanda tangani” Sahut Karan. Rahul mengambil setumpuk dokumen yang
telah ada di mejanya lalu membacanya. Karan dengan sabar berdiri di depan
Rahul. Rahul yang menyadari Karan hanya berdiri saja di depannya memerintahkan
Karan untuk berdiri. Tanpa diperintah dua kali Karan langsung berbalik untuk
duduk di tempat yang disediakan untuknya. Namun Rahul mencegahnya dan meminta
Karan untuk duduk di kursi tepat dihadapnnya.
“Tapi, Rajkumaar.
Seorang pengawal tidak bisa duduk satu meja dengan Anda.” tolak Karan.
“Aku tidak
menganggapmu sebagai pengawal dan aku harap kau juga tidak menggapku sebagai
tuanmu. Sama seperti Rohan, aku juga menggapmu sebagai temanku. Seorang teman
harus selalu bersama temannya. Jadi bagaimana bisa kau meninggalkanku duduk di
sini sendirian, mera dosto?” Rahul tersenyum sambil menganggkat alisnya.
Karan adalah
seorang parjurit yang direkrut Istana untuk menjadi pengawal Istana. Karena
Prestasi dan dedikasinya, Karan diangkat menjadi Pengawal Pribadi Pangeran
Rohan ketika menjabat sebagai Putra Mahkota. Karan adalah sosok yang cerdas,
tak heran Rohan seringkali bertukarpikiran dengannya sehingga hubungan antara
pengawal pribadi dan tuannya itu meleuas menjadi hubungan persahabatan.
Sambil membaca
dokumen yang harus ia tanda tangani, Rahul dan Karan berbincang-bincang dan
bercanda selayaknya teman karib.Akhirnya Karan menyadari bahwa Rahul merupakan
sesorang yang humoris, suka bercanda bahkan cenderung konyol dan berpengetahuan
luas, tidak seperti yang selama ini ia dengar dari ucapan-ucapan miring dewan
istana yang mengatakan bahwa Rahul orang yang kaku.
“Rajkumaar,
bolehkah saya menanyakan sesuatu?”
“Tanyakan saja.”
Ucap Rahul sambil mengaduk-aduk tehnya.
“Apakah Anda
manaruh hati pada Nona Anjali?”
Rahul berdehem. Ia
menaruh kembali cangkir the di tangannya. Ekspresinya berubah serius.
“Maaf, Jika
pertanyaan saya menyinggung Anda.” sesal Karan. Rahul tergelak melihat ekspresi
wajah Karan.
“Hahaha… Kau tidak
usah meminta maaf. Dalam pertemanan tidak ada kata maaf dan terima kasih.
Lagian, aku bukanlah orang yang mudah tersinggung.”
Karan bernapas
lega.
“Lagian, mengapa
kau menanyakan hal itu?”
“Tidak apa-apa,
hanya saja saya merasa aneh. Dulu, ketika Pangeran Rohan dijodohkan dengan
Putri Pooja, beliau terlihat sangat tertekan. Tapi saya tidak melihat itu dalam
diri anda. Malahan, saya melihat mata anda berbinar ketika bersama Anjali dan
di waktu yang bersamaan saya melihat ada rasa takut, khawatir dan bersalah
dalam diri Anda.” papar Karan. Rahul diam memperhatikan secara seksama ucapan
temannya.
“Apakah Anjali
yang selama ini pangeran Rohan maksud? Gadis yang membuat Anda pergi dari
Istana? Dan Anjalilah yang anda cintai?” Tanya karan bak investigator. Rahul
mengagguk
“Lalu mengapa
Anjali seolah-olah tidak mengenal Anda. Apakah selama anda meningglkan istana
anda tidak berhasil menyatakan cinta Anda pada nona anjali?”
“Anjali memang
tidak mengenalku. Dia tidak tahu siapa diriku. Yang dia tahu hanyalah Aryaan.
Pegawai tokonya sekaligus pria yang sangat dicintainya”
“Saya tidak
mengerti. Bagaimana bisa Anda mencintai gadis yang tidak mencintai anda? Kalau
seperti ini, Lebih baik Anda menikah dengan putri bangsawan India saja.
Sehingga Raja tidak capek-capek harus mengajari dan melatih. Toh, sama saja
kan. keinginan raja dan pangeran Rohan untuk menghadirkan cinta di istana tidak
mungkin terjadi.”
“Anjali sudah
mencintaiku, Karan. Akulah Aryaan itu. Akulah pria yang Anjali cintai.”
“hah???”
“Anjali memang
tidak tahu bahwa Aryaan adalah aku, Rahul Aryaan Raichand yang merupakan
anggota keluarga kerajaan India bahkan pangeran dari kerajaan India. Sekumpulan
orang yang sangat ia benci. Tapi Anjali sangat mencintai Aryaan. Seorang pria
miskin yang bekerja di tokonya yang kemudian menjadi kekasihnya.Seorang pria
biasa yang bisa menghapus airmatanya, menggenggam tangannya, dan selalu
bersamanya. Seoarnag pria lucu, konyol, urakan tapi mampu mengembalikan
senyumnya. Bagaimana anjali bisa mengenaliku bahwa aku adalah Aryaannya sedang
aku yang sekarang sangat berbeda dengan Aryaan yang dia kenal.”
Karan terdiam. Ia
mencoba untuk mencerna perkataan demi perkataan yang telah Rahul katakan. Rahul
memandang kumpulan awan putih dibalik jendela pesawatnya
“Aku tidak tahu
mengapa semua bisa seperti ini. Dari dulu aku menginginkan hidup bebas. Dan
keinginan itu semakin besar ketika aku bertemu Anjali. Seorang gadis yang
sangat berbeda dari gadis-gadis yang pernah aku temui. Gadis yang membauatku
menyadari bahwa kehidupan luar istana sangat berwarna. Tapi sifat pengecutku
membuatku tak berani untuk mengungkapkan padanya betapa aku mencintainya,
betapa aku ingin hidup bersamanya. Aku tidak mampu melakukan itu semua sebagai
Rahul karena Anjali sangat membenci keluarga dan bangsawan India yang dimatanya
hanya hidup di atas penderitaan rakyat india.”
“Jadi, untuk
membuat Anjali jatuh cinta pada anda, Anda menyamar sebagai Aryaan?”
“Aku tidak
menyamar sebagai Aryaan. Aku memang ingin menjadi Aryaan. Aku ingin hidup
bersamanya tanpa aturan protokoler yang selama ini membuatku tertekan. Tapi
semua renacanaku gagal. Rohan pergi dan aku harus kembali ke kehidupanku dengan
meninggalkan Anjali. Tapi Raja Yash membawa Anjali kembali ke kehidupanku,
kehidupan yang akan membuat anjali sangat
tersiksa.”
“lalu mengapa anda
tidak memebritahu nona anjli bahwa anda adalah aryaan?”
“Aku masih
menunggu waktu yang tepat untuk jujur padanya dan aku juga sedang mempersiapkan
diriku untuk menerima segala akibat atas ketidakjujuranku pada Anjali.”
“Saya rasa anda seharusnya jujur pada Nona
Anjali dengan mengatakan siapa anda sebenarnya. Mungkin saja anjali akan marah
tapi jika dia benar-benar mencintai aryaan dia akan bisa menerima Anda.”
“Entahlah, Karan.
Sekarang aku tidak bisa menjadi Aryaan lagi yang bisa membuat Anjali terseyum.
Sebagai Rahul, yang bisa aku lakukan hanyalah berusaha membuatnya senyaman
mungkin di Istana dengan harapan dia akan menerima kehidupan Istana dan bahkan
bisa menerimaku.”
“Apakah Raja Yash,
Ratu Nandini dan Putri Seeta tahu tentang semua ini?”
“Hanya Raja Yash
yang tahu.”
@@@
Setelah hampir
satu bulan Anjali menjalani kehidupan Istana, tiba saatnya Anjali diperkenalkan
secara resmi ke seluruh rakyat India sebagai calon tunangan Pangeran Rahul.
Acara ini terbilang penting karena akan mempengaruhi politik India baik dalam
negeri maupun luar negeri. Jadi tak heran jika acara ini diselenggarakan di
kediaman resmi perdana meneteri sebagai kepala pemerintahan kerajaan India yang
di masa depan akan bekerja sama dengan pihak Istana untuk stabilitas kerajaan
India.
Rakyat India yang
telah menunggu hampir satu bulan tumpah ruah memadati jalan-jalan protocol
menuju kediaman perdana menteri untuk menyaksikan dan mengetahui calon tunangan
pangeran Rahul, Calon putri mahkota mereka yang di masa depan akan menjadi ratu
mereka. Tentu saja hanya lewat layar lebar yang di pasang di pinggir jalan oleh
kerajaan India.
Iring-iringan yang
membawa rombongan Pangeran Rahul dan Anjali berjalan pelan menyusuri jalan kota
new delhi. Tiba-tiba saja seorang polisi India mengehentikan mereka. Karan
keluar dari mobil dan bicara sebentar dengan polisi itu. tak lama kemudian
Karan kembali ke mobil Pangeran Rahul.
“rajkumaar, kita
tidak bisa menembus kerumunan rakyat. Jikalau kita memakasa, saya yakin kita
akan terjebak di lautan masyarakat india yang antusias ingin mengetahui Nona
anjali.” Ucap karan dari luar mobil.
“Lalu apa
pendapatmu?” Rahul menoleh pada karan
“Di seberang jalan
sana terdapat gang kecil pertokoan. Kita dapat melewati gang itu dan bisa
langsung tiba di pintu belakang kediaman resmi paerdana menteri. Tapi sayangnya
gang itu tidak bisa dimasuki mobil, Rajkuamaar. Jadi mau tidak mau anda harus
berjalan kaki”
“Apa itu aman?”
“Aman, Pangeran.”
“Oke, aku setuju.”
Karan segera
membukakan pintu untuk Rahul lalu membri info pada mobil dibelakangnya yang
membawa anjali. Anjali keluar dari mobil dengan mengenakan gaun anarkali
berwarna krem dengan hiasan border merah maroon dan emas. Rambut panjangnya
yang terurai dihiasi dengan mangtika emas dengan hiasan permata dengan warna
maroon. Anjali terlihat lebih tinggi dengan dengan higheels berwarna emas
melekat di kakinya sehingga menambah kesan anggun dalam diri anjali. Akan
tetapi keanggunan itu agak berkurang ketika Anjali berjalan. Ia kesulitan untuk
menyeimbangkan tubuhnya. Nampaknya materi tentang kepribadian kurang terserap
dengan baik oleh anjali.
Rahul berjalan di
belakang Karan sebagai penunjuk jalan. Rahul berjalan agak terburu-buru
“Pangeran, mohon
maaf. Bisakah anda berjalan lebih pelan. Kita sudah meninggalkan rombongan nona
anjali terlalu jauh.” Ucap salah satu pengawal Rahul yang berjalan
dibelakangnya.
Rahul berhenti. Ia
menoleh ke belakang dan Anjali tak ada di rombongannya.
“Dimana anjali?
Bukannya tadi dia berjalan di belakng kita?”
“Maaf, Pangeran.
Tadi nona anjali mengalami sedikit masalah.”
“Ya. High heels
Nona Anjali patah.” tutur pengawal yang lain.
“Kenapa kalian
tidak mengatakannya?” Rahul agak emosi
“Maaf, Pangeran.
Kami takut, soalnya pengeran terlihat terburu-buru. Dan Nona anjali juga
melarang kami memberitahu anda.” sahut pangawal-pengawalnya menyesal.
Rahul hendak pergi
untuk menjemput Anjali. Namun, dari sinar lampu yang minim, Rahul menangkap
sosok Anjali.
Anjali berjalan
tertatih-tatih dibantu dengan Kiran dan pengaal-pengawal yang mengkutinya di
belakang.
“Kau tidak
apa-apa, Anjali?” Rahul khawatir. Anjali menggeleng tanpa ekspresi
“Maaf, tadi aku
berjalan terlalu cepat.” sesal Rahul. Anjali diam
“Kiran,mengapa
Anjali sampai sseperti ini?”
“Maaf Pangeran,
Tadi kami berjalan agak terburu-buru untuk mengejar anda. Tapi, karena
penerangan yang minim, heels nona anjali masuk ke lubang dan patah. Sehingga
kaki nona anjali terkilir. Kami mencoba untuk…”
“sudah jangan
dibahas.” sela Anjali.
Anjali langsung
menarik tangan Kiran. Ia terlihat menahan sakit di kakinya ditambah lagi tanpa
memakai alas. Rahul yang tak tega berusaha ingin membantu namun selalu Anjali
tepis.
“Tidak usah, aku
bisa berjalan sendiri.” Ucap Anjali ketus.
Anjali dan Kiran
berjalan di depan diikuti Rahul dan para pengawal pribadinya melewati jalan
pertokoan yang sudah mulai gelap. Namun ada sebuah toko yang lampunya masih
menyala. Dan itu adalah toko sepatu yang hendak ditutup oleh pemiliknya.
Melihat pengerannya sedang berjalan menuju ke arahnya pemilik toko itu urung menutup
tokonya lalu member hormat.
“Anjali, itu ada
toko sepatu. Kita berhenti. barangkali kau bisa menmukan sebuah sepatu yang
cocok untuk kamu.” Anjali tak menjawab. Ia tetap berjalan, bahkan ketika
melewati toko sepatu itu, ia tetap berjalan dan tak menoleh sedikitpun pada
toko itu.
“Anjali, ku mohon
berhentilah.”pinta Rahul dengan sangat. Anjali tidak menggubrisnya. Ia tetap
berjalan. Kiran yang membantunya berusaha untuk meminta ANjali berhenti namun
anjali bergeming.
Rahul
mengehnetikan langkahnya. Ia memperhatikan Anjali yang terus saja berjalan.
“KEPADA NONA
ANJALI, SAYA MEMERINTAHKAN ANDA UNTUK BERHENTI. KIRAN, BAWA NONA ANJALI KE
SINI. CEPAT!!!” Ucap Rahul dengan nada tinggi namun tetap dengan emosi yang
terkontrol. Suaranya mengagetkan para pengawalnya terutaman Anjali yang
langsung mengehntikan langkahnya.
@@@
Kiran membawa
Anjali masuk ke toko sepatu itu dan membantunya duduk di kursi yang tersedia di
tengah ruangan. Anjali memasang muka masam dan juteknya di depan Rahul bahkan
dia tak menoleh pada Rahul sekalipun.
Rahul berlutut di
hadapan Anjali Ia membuang muka. Kiran mencoba untuk mencegah Rahul melakukan
treatment pada kaki anjali namun Rahul tetap saja melakukannya.
“Pangeran, biar
saya saja yang melakukannya. anda tidak pantas melakukan ini” pinta Kiran.
“Aku ingin
melakukannya sendiri.” Rahul langsung meraih kaki Anjali. Dibersihkannya
telapak Anjali yang kotor dengan sapu tangannya satu persatu. Dilihatnya kaki
kanan Anjali sudah mulai membengkak kebiruan. Melihat penegran yang
dihormatinya berlutut semua pangawal dan pemilik toko ikut berlutut di
sekeliling Anjali. Anjali terdiam melihat apa yang terjadi di sekelilingnya.
“Ada urat di
kakimu yang berubah tempat.” tutur Rahul pada Anjali yang memandangnya. Anjali
diam tak merespon. Ia hanya meperhatikan apa yang dilakuakn Rahul, seorang
pangeran mahkota yang sangat terhormat kini berlutut dihadapnnya dan memegan
kakinya. Anjali. Anjali berusaha sekuat tenaga untuk tidak merintih. Tangannya
meremas-remas tangan Kiran yang menemaninya untuk mengalihkan rasa sakitanya.
“Sudah merasa
baikan?” Tanya Rahul seraya mendongakkan kepalanya sehingga Ia bisa melihat
mata Anjali yang sedang memperhatikannya. Untuk pertama kalinya Anjali melihat
mata Rahul dengan dekat. Ia merasa sangat mengenal pemilik mata itu.
Anjali mengangguk
lemah. Rahul tersenyum lega.
Rahul mengedarkan
pandangannya ke seluruh ruangan. Seperti ada sesuatu yang ia cari.
“Tuan, bisakah
anda mengambilkan sepatu itu untuk saya?” Rahul menunjuk ke sepasang sepatu
yang terpajang di rak paling pojok ruanngan itu. Tak berapa lama sang pemilik
toko datang dengan membawa sepasang sepatu flat berwarna maroon dengan hiasan
bunga emas di atasnya. Rahul langsung memasangkan sepatu pilihannya ke kaki Anjali.
Rahul berdiri dan
mengulurkan tangannya pada Anjali. Tanpa Anjali sadari, tangannya membalas
uluran tangan rahul yang membantunya berdiri. Tangan Rahul terasa hangat
menyusupi relung hati Anjali seperti saat Aryaan memegang tangannya. Mata
Anjali tak lepas dari memandang Rahul, berpikir bahwa orang yang berada di
hadapnnya adalah Aryaan, kekasih hatinya.
“Mari, Pangeran.”
ucap Karan.
Perkataan Karan
menyadarkan anjali bahwa pria yang berada di hadapnnya bukanlah Aryaan. Dia
Rahul. Pewaris tahta kerajaan India. Dan Aryaan berbeda dengan Rahul.
@@@
Acara perkenalan
resmi Anjali sebagai calon istri Pangeran Rahul tergelar dengan sukses. Rakyat
India yang menyaksikan acara itu bersorak menyambut calon Istri pangeran
mereka. Walaupun tidak secantik Pooja, Rakyat india sangat berbahagia
dikarenakan harapan besar muncul bahwa anjali yang berasal dari rakyat biasa
bisa lebih dekat dengan mereka dan mendengar suara mereka. Namun, Anjali tidak
bisa langsung bernapas lega, setelah dikenalkan sebagai calon tunangan Rahul,
ia harus mengahdiri acara press conference dengan para wartawan seluruh dunia
yang telah lama menunggu kemunculan dirinya secara resmi.
“Nona, jika anda
tidak bisa menjawab, anda bisa memilih diam dan tidak berkomentar.” pesan Kiran
sebelum acara press conference itu dimulai. Anjali diam. Ia mengedarkan
pandangannya ke sluruh ruangan. Semua terlihat kaku. Para wartawan telah siap
dengan beribu-ribu pertanyaan dan cameramen dengan kamera yang menyorot tajam
ke arahnya. Dan para pejabat kerajaan India telah duduk tenang di kursinya
masing-masing. Pandangan mereka seolah-olah seperti hakim yang akan memutuskan
hokum pada seorang narapidana. Keringan dingin mulai menaglir di kening Anjali
seiring degup jantung anjali yang memacu lebih kenacang. AC ruangan seoalah tak
berfungsi. Ini adalah kali pertama Anjali berada di depan orang banyak yang
sama sekali ia tak kenal. Hanya Rahul yang ia kenal sedang duduk di deretan
meja terdepan bersama perdana menteri dan istrinya. Rahul memandang Anjali yang
sedang memperhatikannya. senyumnya mengembang. Melihat Rahul, rasa gugup yang
anjali rasakan pelan-pelan mereda.
Setelah mendapat
kode dari protokoler istana, satu persatu wartawan memberikan pertanyaan.
Anjali mampu menjawab pertanyaan menegnai dirinya walaupun jawabannya tak
pernah lebih dari lima kata. Tiba-tiba seorang wartawan berwajah bule dengan
rambut pirang mengacungkan tangannya. setelah dipersilahkan oleh protokoler ia
mulai menanyakan pertanyaannya.
“Nona, setelah
saya amati dari tadi anda selalu menyebut nama ayah, sehingga bisa saya
simpulkan bahwa beliaulah yang berperan besar dalam hidup anda?” tanya wartwan
berambut pirang berkacamata itu.
Anjali mengangguk
mengiyakan.
“Bukan hanya
itu, ayahku juga alasan utama aku menerima semua ini.” gumam anjali dalam
hati
“Kalau peran ayah
anda sangat besar lalu seberapa besar peran Ibu anda?” wartawan itu menatap
anjali tajam.
“meri maa?” mata
Anjali mulai memerah. Rahul melihat perubahan ekspresi anjali tersebut.
“Ya, Ibu anda?
Nyonya Madubhala?”
Semua hadirin
terhenyak. Mendegar nama Madhubala. Hampir semua hadirin kaget mendengar nama
yang disebut wartawawati itu sebagai ibu calon istri Pangeran Rahul. Padahal
hampir semua hadirin mengetahui siapa madhubhala itu. Wanita panggilan kelas
atas.
Wartawan lain yang
sudah menyiapkan pertanyaan yang sudah di sensor oleh protokoler Kerajaan kini
merubah pertanyaan yang juga memojokkan anjali untuk meminta konfirmasinya. Tak
hanya para wartawan, bangsawan dan petinggi kerajaan juga tak luput menatap
aneh anjali dan mencibirnya. Keadaan tak terkendali. Emosi Anjali tak tertahan.
Tangisnya pecah.
“SUDAAAH…. CUKUP…”
teriak Anjali. Ia berdiri.
“Ya, Madhubala
adalah ibu saya. dia adalah wanita panggilan kelas atas.” Mata Anjali nanar.
“Dan kalian…”
Anjali menatap pejabat-pejabat yang duduk tenang di kursinya yang sedari tadi
mencibirnya.
“Para
manusia-manusia terhormat. Mengapa kalian kaget mendengar nama madhubala,
Apakah karena kalian juga pernah tidur dengan ibuku??? hah…? ? “
pejabat-pejabat itu diam.
Air mata anjali
mengalir deras.
“Apakah kalian
semua puass??” mata anjali menatap nanar wartawan pirang yang tersenyum puas
penuh kemenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar