Senin, 01 Agustus 2016

fanfiction bollywood BECAUSE I LOVE YOU part 9



BECAUSE I LOVE YOU Part 9
Di depan Ruang Pribadi Raja Yash, para pelayan, dewan kerajaan, dan pengawal istana berkumpul menunggu kabar tentang kondisi terakhir Raja Yash. Wajah mereka terlihat sangat khawair. Karena terlalu banyak orang, Anjali tidak bisa menembus kerumunan orang untuk melihat kondisi raja yash secara langsung dan hanya bisa ikut menunggu jauh dari ruangan raja yash.
            Tak berapa lama kemudian terlihat Putri Seeta keluar dari ruangan raja Yash.
            “Raja Yash sudah sadar. Beliau hanya kurang istirahat saja. Sekarang bubarlah dan kembali ke tempat kalian masing-masing” Ujar Putri Seeta. Terlihat sisa-sisa rasa khwatir di wajahnya.
            “Syukurlah Raja Yash baik-baik saja.” bisik Anjali dalam hati. Melihat orang-orang sudah pergi, timbullah keinginan Anjali untuk menjenguk Raja Yash langsung.
            “Tidak bisa, Nona. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasuki ruang pribadi raja Yash.” Cegah Kiran.  Anjali kecewa.
@@@
            Kondisi Raja Yash yang menurun membuat Pangeran Rahul mengambil alih tugas-tugas kenegaraan Raja Yash. Hal itu membuat beban pikirannya semakin bertambah. Selain harus memikirkan tugas kenegaraannya, dia harus memikirkan Anjali.
            “Seperti yang kalian ketahui, kalian ditugaskan untuk mendidik dan melatih Nona Anjali agar ia layak menjadi calon istriku. Dan kalian juga mengetahui bahwa hari dimana Anjali akan diperkenalkan secara resmi telah ditentukan. Aku ingin mendengar perkembangannya.”
            “Begini, Pangeran. Sejujurnya sebagian besar dari kami menyadari bahwa Nona Anjali memiliki kecerdasan yang tinggi, kami yakin beliau bisa mempelajari semua materi tentang kerajaan dan seluruh detailnya dengan cepat. Akan tetapi kami melihat beliau tidak memiliki semangat dan motivasi untuk mempelajari materi dengan baik.”
            “Betul, Pangeran. Bahkan, seringkali Nona Anjali hanya termenung dan tak mendengarkan penjelasan kami.”
            “Kami mohon maaf, jika kami tidak berhasil membuat Nona Anjali seperti yang Raja Yash harapkan. Kami siap menerima hukuman.”
            “Hm….ini bukan salah kalian. Tapi saya harap kalian tidak patah semangat untuk mengajari Anjali.”
@@@
            Pesawat pribadi Kerajaan India yang membawa pangeran rahul menuju India selatan terbang membelah awan langit India. Pesawat khusus Raja dan keularganya itu didesign dengan interior supermewah. Terdapat ruang beristirahat, ruang meeting serta ruang tamu yang didesign berbentuk lounge.
            Pangeran Rahul memilih duduk di sofa dekat jendela. Tangannya sibuk mentouch screen tab pribadinya. Seringkali ia senyum-senyum sendiri, seperti ada sesuatu yang menggelitik hatinya.
            “Rajkumaar, ini dokumen yang harus anda tanda-tangani.” Karan menyodorkan setumpuk map ke hadapan Rahul. Namun Rahul bergeming, ia tetap focus pada tab. Karena penasaran, Karan mencoba mengintip apa yang Rahul lihat. Ternyata Rahul sedang memperhatikan foro-foto anjali saat menerima materi-matei tentang kerajaan India.
            “Rajkumaar…!” Ucap Karan agak keras. Barulah Rahul menyadari bahwa Karan telah ada di hadapannya. Buru-buru Rahul mematikan tabnya.
            “Ya, Karan. ada apa?” Tanya Rahul agak tergagap.
            “ini dokumen yang harus anda tanda tangani” Sahut Karan. Rahul mengambil setumpuk dokumen yang telah ada di mejanya lalu membacanya. Karan dengan sabar berdiri di depan Rahul. Rahul yang menyadari Karan hanya berdiri saja di depannya memerintahkan Karan untuk berdiri. Tanpa diperintah dua kali Karan langsung berbalik untuk duduk di tempat yang disediakan untuknya. Namun Rahul mencegahnya dan meminta Karan untuk duduk di kursi tepat dihadapnnya.
            “Tapi, Rajkumaar. Seorang pengawal tidak bisa duduk satu meja dengan Anda.” tolak Karan.
            “Aku tidak menganggapmu sebagai pengawal dan aku harap kau juga tidak menggapku sebagai tuanmu. Sama seperti Rohan, aku juga menggapmu sebagai temanku. Seorang teman harus selalu bersama temannya. Jadi bagaimana bisa kau meninggalkanku duduk di sini sendirian, mera dosto?” Rahul tersenyum sambil menganggkat alisnya.
            Karan adalah seorang parjurit yang direkrut Istana untuk menjadi pengawal Istana. Karena Prestasi dan dedikasinya, Karan diangkat menjadi Pengawal Pribadi Pangeran Rohan ketika menjabat sebagai Putra Mahkota. Karan adalah sosok yang cerdas, tak heran Rohan seringkali bertukarpikiran dengannya sehingga hubungan antara pengawal pribadi dan tuannya itu meleuas menjadi hubungan persahabatan.
            Sambil membaca dokumen yang harus ia tanda tangani, Rahul dan Karan berbincang-bincang dan bercanda selayaknya teman karib.Akhirnya Karan menyadari bahwa Rahul merupakan sesorang yang humoris, suka bercanda bahkan cenderung konyol dan berpengetahuan luas, tidak seperti yang selama ini ia dengar dari ucapan-ucapan miring dewan istana yang mengatakan bahwa Rahul orang yang kaku.
            “Rajkumaar, bolehkah saya menanyakan sesuatu?”
            “Tanyakan saja.” Ucap Rahul sambil mengaduk-aduk tehnya.
            “Apakah Anda manaruh hati pada Nona Anjali?”
            Rahul berdehem. Ia menaruh kembali cangkir the di tangannya. Ekspresinya berubah serius.
            “Maaf, Jika pertanyaan saya menyinggung Anda.” sesal Karan. Rahul tergelak melihat ekspresi wajah Karan.
            “Hahaha… Kau tidak usah meminta maaf. Dalam pertemanan tidak ada kata maaf dan terima kasih. Lagian, aku bukanlah orang yang mudah tersinggung.”
            Karan bernapas lega.
            “Lagian, mengapa kau menanyakan hal itu?”
            “Tidak apa-apa, hanya saja saya merasa aneh. Dulu, ketika Pangeran Rohan dijodohkan dengan Putri Pooja, beliau terlihat sangat tertekan. Tapi saya tidak melihat itu dalam diri anda. Malahan, saya melihat mata anda berbinar ketika bersama Anjali dan di waktu yang bersamaan saya melihat ada rasa takut, khawatir dan bersalah dalam diri Anda.” papar Karan. Rahul diam memperhatikan secara seksama ucapan temannya.
            “Apakah Anjali yang selama ini pangeran Rohan maksud? Gadis yang membuat Anda pergi dari Istana? Dan Anjalilah yang anda cintai?” Tanya karan bak investigator. Rahul mengagguk
            “Lalu mengapa Anjali seolah-olah tidak mengenal Anda. Apakah selama anda meningglkan istana anda tidak berhasil menyatakan cinta Anda pada nona anjali?”
            “Anjali memang tidak mengenalku. Dia tidak tahu siapa diriku. Yang dia tahu hanyalah Aryaan. Pegawai tokonya sekaligus pria yang sangat dicintainya”
            “Saya tidak mengerti. Bagaimana bisa Anda mencintai gadis yang tidak mencintai anda? Kalau seperti ini, Lebih baik Anda menikah dengan putri bangsawan India saja. Sehingga Raja tidak capek-capek harus mengajari dan melatih. Toh, sama saja kan. keinginan raja dan pangeran Rohan untuk menghadirkan cinta di istana tidak mungkin terjadi.”
            “Anjali sudah mencintaiku, Karan. Akulah Aryaan itu. Akulah pria yang Anjali cintai.”
            “hah???”
            “Anjali memang tidak tahu bahwa Aryaan adalah aku, Rahul Aryaan Raichand yang merupakan anggota keluarga kerajaan India bahkan pangeran dari kerajaan India. Sekumpulan orang yang sangat ia benci. Tapi Anjali sangat mencintai Aryaan. Seorang pria miskin yang bekerja di tokonya yang kemudian menjadi kekasihnya.Seorang pria biasa yang bisa menghapus airmatanya, menggenggam tangannya, dan selalu bersamanya. Seoarnag pria lucu, konyol, urakan tapi mampu mengembalikan senyumnya. Bagaimana anjali bisa mengenaliku bahwa aku adalah Aryaannya sedang aku yang sekarang sangat berbeda dengan Aryaan yang dia kenal.”
            Karan terdiam. Ia mencoba untuk mencerna perkataan demi perkataan yang telah Rahul katakan. Rahul memandang kumpulan awan putih dibalik jendela pesawatnya
            “Aku tidak tahu mengapa semua bisa seperti ini. Dari dulu aku menginginkan hidup bebas. Dan keinginan itu semakin besar ketika aku bertemu Anjali. Seorang gadis yang sangat berbeda dari gadis-gadis yang pernah aku temui. Gadis yang membauatku menyadari bahwa kehidupan luar istana sangat berwarna. Tapi sifat pengecutku membuatku tak berani untuk mengungkapkan padanya betapa aku mencintainya, betapa aku ingin hidup bersamanya. Aku tidak mampu melakukan itu semua sebagai Rahul karena Anjali sangat membenci keluarga dan bangsawan India yang dimatanya hanya hidup di atas penderitaan rakyat india.”
            “Jadi, untuk membuat Anjali jatuh cinta pada anda, Anda menyamar sebagai Aryaan?”
            “Aku tidak menyamar sebagai Aryaan. Aku memang ingin menjadi Aryaan. Aku ingin hidup bersamanya tanpa aturan protokoler yang selama ini membuatku tertekan. Tapi semua renacanaku gagal. Rohan pergi dan aku harus kembali ke kehidupanku dengan meninggalkan Anjali. Tapi Raja Yash membawa Anjali kembali ke kehidupanku, kehidupan yang akan membuat anjali  sangat tersiksa.”
            “lalu mengapa anda tidak memebritahu nona anjli bahwa anda adalah aryaan?”
            “Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk jujur padanya dan aku juga sedang mempersiapkan diriku untuk menerima segala akibat atas ketidakjujuranku pada Anjali.”
             “Saya rasa anda seharusnya jujur pada Nona Anjali dengan mengatakan siapa anda sebenarnya. Mungkin saja anjali akan marah tapi jika dia benar-benar mencintai aryaan dia akan bisa menerima Anda.”
            “Entahlah, Karan. Sekarang aku tidak bisa menjadi Aryaan lagi yang bisa membuat Anjali terseyum. Sebagai Rahul, yang bisa aku lakukan hanyalah berusaha membuatnya senyaman mungkin di Istana dengan harapan dia akan menerima kehidupan Istana dan bahkan bisa menerimaku.”
            “Apakah Raja Yash, Ratu Nandini dan Putri Seeta tahu tentang semua ini?”
            “Hanya Raja Yash yang tahu.”
@@@
            Setelah hampir satu bulan Anjali menjalani kehidupan Istana, tiba saatnya Anjali diperkenalkan secara resmi ke seluruh rakyat India sebagai calon tunangan Pangeran Rahul. Acara ini terbilang penting karena akan mempengaruhi politik India baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi tak heran jika acara ini diselenggarakan di kediaman resmi perdana meneteri sebagai kepala pemerintahan kerajaan India yang di masa depan akan bekerja sama dengan pihak Istana untuk stabilitas kerajaan India.
            Rakyat India yang telah menunggu hampir satu bulan tumpah ruah memadati jalan-jalan protocol menuju kediaman perdana menteri untuk menyaksikan dan mengetahui calon tunangan pangeran Rahul, Calon putri mahkota mereka yang di masa depan akan menjadi ratu mereka. Tentu saja hanya lewat layar lebar yang di pasang di pinggir jalan oleh kerajaan India.
            Iring-iringan yang membawa rombongan Pangeran Rahul dan Anjali berjalan pelan menyusuri jalan kota new delhi. Tiba-tiba saja seorang polisi India mengehentikan mereka. Karan keluar dari mobil dan bicara sebentar dengan polisi itu. tak lama kemudian Karan kembali ke mobil Pangeran Rahul.
            “rajkumaar, kita tidak bisa menembus kerumunan rakyat. Jikalau kita memakasa, saya yakin kita akan terjebak di lautan masyarakat india yang antusias ingin mengetahui Nona anjali.” Ucap karan dari luar mobil.
            “Lalu apa pendapatmu?” Rahul menoleh pada karan
            “Di seberang jalan sana terdapat gang kecil pertokoan. Kita dapat melewati gang itu dan bisa langsung tiba di pintu belakang kediaman resmi paerdana menteri. Tapi sayangnya gang itu tidak bisa dimasuki mobil, Rajkuamaar. Jadi mau tidak mau anda harus berjalan kaki”
            “Apa itu aman?”
            “Aman, Pangeran.”
            “Oke, aku setuju.”
            Karan segera membukakan pintu untuk Rahul lalu membri info pada mobil dibelakangnya yang membawa anjali. Anjali keluar dari mobil dengan mengenakan gaun anarkali berwarna krem dengan hiasan border merah maroon dan emas. Rambut panjangnya yang terurai dihiasi dengan mangtika emas dengan hiasan permata dengan warna maroon. Anjali terlihat lebih tinggi dengan dengan higheels berwarna emas melekat di kakinya sehingga menambah kesan anggun dalam diri anjali. Akan tetapi keanggunan itu agak berkurang ketika Anjali berjalan. Ia kesulitan untuk menyeimbangkan tubuhnya. Nampaknya materi tentang kepribadian kurang terserap dengan baik oleh anjali.
            Rahul berjalan di belakang Karan sebagai penunjuk jalan. Rahul berjalan agak terburu-buru
            “Pangeran, mohon maaf. Bisakah anda berjalan lebih pelan. Kita sudah meninggalkan rombongan nona anjali terlalu jauh.” Ucap salah satu pengawal Rahul yang berjalan dibelakangnya.
            Rahul berhenti. Ia menoleh ke belakang dan Anjali tak ada di rombongannya.
            “Dimana anjali? Bukannya tadi dia berjalan di belakng kita?”
            “Maaf, Pangeran. Tadi nona anjali mengalami sedikit masalah.”
            “Ya. High heels Nona Anjali patah.” tutur pengawal yang lain.
            “Kenapa kalian tidak mengatakannya?” Rahul agak emosi
            “Maaf, Pangeran. Kami takut, soalnya pengeran terlihat terburu-buru. Dan Nona anjali juga melarang kami memberitahu anda.” sahut pangawal-pengawalnya menyesal.
            Rahul hendak pergi untuk menjemput Anjali. Namun, dari sinar lampu yang minim, Rahul menangkap sosok Anjali.
            Anjali berjalan tertatih-tatih dibantu dengan Kiran dan pengaal-pengawal yang mengkutinya di belakang.
            “Kau tidak apa-apa, Anjali?” Rahul khawatir. Anjali menggeleng tanpa ekspresi
            “Maaf, tadi aku berjalan terlalu cepat.” sesal Rahul. Anjali diam
            “Kiran,mengapa Anjali sampai sseperti ini?”
            “Maaf Pangeran, Tadi kami berjalan agak terburu-buru untuk mengejar anda. Tapi, karena penerangan yang minim, heels nona anjali masuk ke lubang dan patah. Sehingga kaki nona anjali terkilir. Kami mencoba untuk…”
            “sudah jangan dibahas.” sela Anjali.
            Anjali langsung menarik tangan Kiran. Ia terlihat menahan sakit di kakinya ditambah lagi tanpa memakai alas. Rahul yang tak tega berusaha ingin membantu namun selalu Anjali tepis.
            “Tidak usah, aku bisa berjalan sendiri.” Ucap Anjali ketus.
            Anjali dan Kiran berjalan di depan diikuti Rahul dan para pengawal pribadinya melewati jalan pertokoan yang sudah mulai gelap. Namun ada sebuah toko yang lampunya masih menyala. Dan itu adalah toko sepatu yang hendak ditutup oleh pemiliknya. Melihat pengerannya sedang berjalan menuju ke arahnya pemilik toko itu urung menutup tokonya lalu member hormat.
            “Anjali, itu ada toko sepatu. Kita berhenti. barangkali kau bisa menmukan sebuah sepatu yang cocok untuk kamu.” Anjali tak menjawab. Ia tetap berjalan, bahkan ketika melewati toko sepatu itu, ia tetap berjalan dan tak menoleh sedikitpun pada toko itu.
            “Anjali, ku mohon berhentilah.”pinta Rahul dengan sangat. Anjali tidak menggubrisnya. Ia tetap berjalan. Kiran yang membantunya berusaha untuk meminta ANjali berhenti namun anjali bergeming.
            Rahul mengehnetikan langkahnya. Ia memperhatikan Anjali yang terus saja berjalan.
            “KEPADA NONA ANJALI, SAYA MEMERINTAHKAN ANDA UNTUK BERHENTI. KIRAN, BAWA NONA ANJALI KE SINI. CEPAT!!!” Ucap Rahul dengan nada tinggi namun tetap dengan emosi yang terkontrol. Suaranya mengagetkan para pengawalnya terutaman Anjali yang langsung mengehntikan langkahnya.
@@@
            Kiran membawa Anjali masuk ke toko sepatu itu dan membantunya duduk di kursi yang tersedia di tengah ruangan. Anjali memasang muka masam dan juteknya di depan Rahul bahkan dia tak menoleh pada Rahul sekalipun.
            Rahul berlutut di hadapan Anjali Ia membuang muka. Kiran mencoba untuk mencegah Rahul melakukan treatment pada kaki anjali namun Rahul tetap saja melakukannya.
            “Pangeran, biar saya saja yang melakukannya. anda tidak pantas melakukan ini” pinta Kiran.
            “Aku ingin melakukannya sendiri.” Rahul langsung meraih kaki Anjali. Dibersihkannya telapak Anjali yang kotor dengan sapu tangannya satu persatu. Dilihatnya kaki kanan Anjali sudah mulai membengkak kebiruan. Melihat penegran yang dihormatinya berlutut semua pangawal dan pemilik toko ikut berlutut di sekeliling Anjali. Anjali terdiam melihat apa yang terjadi di sekelilingnya.
            “Ada urat di kakimu yang berubah tempat.” tutur Rahul pada Anjali yang memandangnya. Anjali diam tak merespon. Ia hanya meperhatikan apa yang dilakuakn Rahul, seorang pangeran mahkota yang sangat terhormat kini berlutut dihadapnnya dan memegan kakinya. Anjali. Anjali berusaha sekuat tenaga untuk tidak merintih. Tangannya meremas-remas tangan Kiran yang menemaninya untuk mengalihkan rasa sakitanya.
            “Sudah merasa baikan?” Tanya Rahul seraya mendongakkan kepalanya sehingga Ia bisa melihat mata Anjali yang sedang memperhatikannya. Untuk pertama kalinya Anjali melihat mata Rahul dengan dekat. Ia merasa sangat mengenal pemilik mata itu.
            Anjali mengangguk lemah. Rahul tersenyum lega.
            Rahul mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Seperti ada sesuatu yang ia cari.
            “Tuan, bisakah anda mengambilkan sepatu itu untuk saya?” Rahul menunjuk ke sepasang sepatu yang terpajang di rak paling pojok ruanngan itu. Tak berapa lama sang pemilik toko datang dengan membawa sepasang sepatu flat berwarna maroon dengan hiasan bunga emas di atasnya. Rahul langsung memasangkan sepatu pilihannya ke kaki Anjali.
            Rahul berdiri dan mengulurkan tangannya pada Anjali. Tanpa Anjali sadari, tangannya membalas uluran tangan rahul yang membantunya berdiri. Tangan Rahul terasa hangat menyusupi relung hati Anjali seperti saat Aryaan memegang tangannya. Mata Anjali tak lepas dari memandang Rahul, berpikir bahwa orang yang berada di hadapnnya adalah Aryaan, kekasih hatinya.
            “Mari, Pangeran.” ucap Karan.
            Perkataan Karan menyadarkan anjali bahwa pria yang berada di hadapnnya bukanlah Aryaan. Dia Rahul. Pewaris tahta kerajaan India. Dan Aryaan berbeda dengan Rahul.
@@@
            Acara perkenalan resmi Anjali sebagai calon istri Pangeran Rahul tergelar dengan sukses. Rakyat India yang menyaksikan acara itu bersorak menyambut calon Istri pangeran mereka. Walaupun tidak secantik Pooja, Rakyat india sangat berbahagia dikarenakan harapan besar muncul bahwa anjali yang berasal dari rakyat biasa bisa lebih dekat dengan mereka dan mendengar suara mereka. Namun, Anjali tidak bisa langsung bernapas lega, setelah dikenalkan sebagai calon tunangan Rahul, ia harus mengahdiri acara press conference dengan para wartawan seluruh dunia yang telah lama menunggu kemunculan dirinya secara resmi.
            “Nona, jika anda tidak bisa menjawab, anda bisa memilih diam dan tidak berkomentar.” pesan Kiran sebelum acara press conference itu dimulai. Anjali diam. Ia mengedarkan pandangannya ke sluruh ruangan. Semua terlihat kaku. Para wartawan telah siap dengan beribu-ribu pertanyaan dan cameramen dengan kamera yang menyorot tajam ke arahnya. Dan para pejabat kerajaan India telah duduk tenang di kursinya masing-masing. Pandangan mereka seolah-olah seperti hakim yang akan memutuskan hokum pada seorang narapidana. Keringan dingin mulai menaglir di kening Anjali seiring degup jantung anjali yang memacu lebih kenacang. AC ruangan seoalah tak berfungsi. Ini adalah kali pertama Anjali berada di depan orang banyak yang sama sekali ia tak kenal. Hanya Rahul yang ia kenal sedang duduk di deretan meja terdepan bersama perdana menteri dan istrinya. Rahul memandang Anjali yang sedang memperhatikannya. senyumnya mengembang. Melihat Rahul, rasa gugup yang anjali rasakan pelan-pelan mereda.
            Setelah mendapat kode dari protokoler istana, satu persatu wartawan memberikan pertanyaan. Anjali mampu menjawab pertanyaan menegnai dirinya walaupun jawabannya tak pernah lebih dari lima kata. Tiba-tiba seorang wartawan berwajah bule dengan rambut pirang mengacungkan tangannya. setelah dipersilahkan oleh protokoler ia mulai menanyakan pertanyaannya.
            “Nona, setelah saya amati dari tadi anda selalu menyebut nama ayah, sehingga bisa saya simpulkan bahwa beliaulah yang berperan besar dalam hidup anda?” tanya wartwan berambut pirang berkacamata itu.
            Anjali mengangguk mengiyakan.
            “Bukan hanya itu, ayahku juga alasan utama aku menerima semua ini.” gumam anjali dalam hati
            “Kalau peran ayah anda sangat besar lalu seberapa besar peran Ibu anda?” wartawan itu menatap anjali tajam.
            “meri maa?” mata Anjali mulai memerah. Rahul melihat perubahan ekspresi anjali tersebut.
            “Ya, Ibu anda? Nyonya Madubhala?”
            Semua hadirin terhenyak. Mendegar nama Madhubala. Hampir semua hadirin kaget mendengar nama yang disebut wartawawati itu sebagai ibu calon istri Pangeran Rahul. Padahal hampir semua hadirin mengetahui siapa madhubhala itu. Wanita panggilan kelas atas.
            Wartawan lain yang sudah menyiapkan pertanyaan yang sudah di sensor oleh protokoler Kerajaan kini merubah pertanyaan yang juga memojokkan anjali untuk meminta konfirmasinya. Tak hanya para wartawan, bangsawan dan petinggi kerajaan juga tak luput menatap aneh anjali dan mencibirnya. Keadaan tak terkendali. Emosi Anjali tak tertahan. Tangisnya pecah.
            “SUDAAAH…. CUKUP…” teriak Anjali. Ia berdiri.
            “Ya, Madhubala adalah ibu saya. dia adalah wanita panggilan kelas atas.” Mata Anjali nanar.
            “Dan kalian…” Anjali menatap pejabat-pejabat yang duduk tenang di kursinya yang sedari tadi mencibirnya.
            “Para manusia-manusia terhormat. Mengapa kalian kaget mendengar nama madhubala, Apakah karena kalian juga pernah tidur dengan ibuku??? hah…? ? “ pejabat-pejabat itu diam.
            Air mata anjali mengalir deras.
            “Apakah kalian semua puass??” mata anjali menatap nanar wartawan pirang yang tersenyum puas penuh kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar