Kamis, 28 Juli 2016

fanfiction bollywood BECAUSE I LOVE YOU PART 8



BECAUSE I LOVE YOU part 8

“Kiran, apakah ini tidak terlalu berlebihan?” Anjali memandang dirinya yang terlihat sangat berbeda dengan kesehariaanya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berbusana dan berpenampilan seperti ia sekarang. Dengan lehenga berwarna hijau dan segala aksesoris yang ia kenakan, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
            “Malahan ini sangat sederhana dibandingkan dengan Putri-putri yang lain.”
            “Tak bisakah aku memakai bajuku saja. paling tidak aku memakai baju seprti kemarin anarkali atau salwar kameez. aku benci pakai rok.” Gerutu Anjali
            “Tidak bisa, Nona. Istana memiliki aturan tersendiri terhadap busana yang dikenakan oleh anggota kerajaan. Dan untuk kali ini memang anda diwajibkan memakai lehengga.” Papar Kiran sambil mengaitkan sisi selendang anjali menajadi keruding.
            Anjali kecewa.
@@@
            Semilir angin pagi berhembus menggerakkan ranting-ranting pohon dan bunga-bunga di taman samping Istana. Terlihat Anjali yang sedang duduk menghadap meja bundar yang dihiasi bunga-bunga. Sesekali anjali merapikan kerudungnya yang terlepas tertiup angin.
            10 menit berlalu, namun orang yang diperintahkan untuk ditunggu tak kunjung menampkkan batang hidungnya.
            “Sampai kapan aku harus menunggu, Kiran.” Tanya Anjali pada Kiran yang berada di belakangnya.
            “Sabar, Nona. sebentar lagi beliau akan datang. Mungkin sekarang beliau sedang berdoa di kuil.”
            Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seseorang yang diikuti oleh bebrapa pengawal berjalan menuju arah Anjali. Tanpa dikomando, para pelayan langsung berbaris rapi dan memberi salam hormat pada Rahul. Sedang Anjali bergeming. Ia duduk diam tanpa menoleh pada Rahul yang sudah duduk di hadapannya.
            “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.” sapa Rahul ramah.
            “Perkenalkan, namaku Rahul. Dan anda?” Ujar Rahul sopan.
            “Masa anda tidak mengetahui nama saya. Bukankah orang tua anda yang sudah memerintahkan saya ke istana ini untuk…” Anjali ragu.” ah…lupakan saja.’ sambungnya ketus.
            “Sekali lagi saya mohon maaf jika semua ini membuat anda tidak nyaman, Nona Anjali Sharma.” Rahul tetap memberikan senyum terbaiknya. Dengan sweater turtlenecknya ia terlihat cool ditambah kacamata minus yang terpasang di wajahnya menambah kesan cool dan cerdas.
            Acara sarapan pagi pertama Rahul dan Anjali terasa sangat membosankan. Hampir tidak ada satupun percakapan yang tercipta. Anjali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ditambah lagi setiap Rahul ingin memulai obrolan, Anjali meresponnya dengan sikap yang cuek bahkan cenderung jutek.
            “Saya harap anda merasa nyaman di Istana ini.” ucap Rahul sebelum meninggalkan meja makan.
@@@
            “Nona Anjali, ini semua adalah agenda selama anda menjalani process penyesuaian diri di Istana ini.”
            Anjali menerima tumpukan kertas yang diberikan Kepala Rumah Tangga Istana. Matanya terbelalak membaca setiap huruf demi huruf di atas kertas-kertas tersebut.
            “Pelajaran ketatanegaraan, public speaking, keuangan, table manner,,,,Haruskah saya mempelajari ini semua?”
            “Yeah, Anda adalah calon yang diajukan langsung oleh Ratu Nandini dan Putri Seeta menjadi istri sekaligus Ratu kerajaan ini. jadi saya harap anda sudah bisa cepat memahami semua ini agar anda layak menjadi ratu negeri ini. Dan satu lagi, saya harap anda bisa menjaga sikap anda. Sekarang anda menjadi pusat perhatian wartawan nasional bahkan internasional. jika anda melakukan sedikit saja kesalahan maka anda akan menyulitkan semua orang. Terimakasih.” Ujar Nyonya Shanti tanpa basa basi. Ia langsung meninggalkan anjali yang wajahnya mulai memucat.
            “Saya yakin, nona pasti bisa melakukannya. Semangat.” Kiran mengacungkan kedua tanggnnya untuk menyemangati Anjali.
@@@
            Di sisi lain, para wartawan berlomba-lomba untuk mengetahui lebih jauh tentang Anjali, calon istri pangeran rahul. Bahkan setiap hari, para wartwan itu menunggu didepan pagar istana untuk menangkap moment-moment Anjali sebagai penghuni baru istana, walaupun hasilnya nihil. Tak hanya itu, keadaan di dalam istana juga heboh dengan rencana pertunangan pangeran rahul dengan Anjali.
            “Bagaimana bisa Maharaj mengambil keputusan sebesar ini tanpa mempertimbangkan pendapat kami. Ini sudah menyalahi aturan, Maharaj.” Ucap Pangeran Pratap.
            “Aturan apa yang kami langgar,Pangeran.” Putri seta menyela.
            “Seharusnya calon ratu kerajaan ini berasal dari kalangan bangsawan. Bukan rakyat jelata.”
            “ya, benar. selain itu,  dewan istanalah yang berhak mengajukan calon ratu kerajaan ini.”
            “Dewan istana berhak mengajukan calon isteri dari putra mahkota. Ya, kalian benar. sangat benar.”
            “Tentu. semua telah diatur oleh Peraturan istana”
            “Benar, tapi anda melupakan satu hal pangeran.”
            Para dewan istana saling bertanya-tanya.
            “Mahaguru Kripa, anda adalah orang yang ikut merumuskan tentang undang-undang perkawinan pengeran india sejak pertama kali india menjadi monarki konstitusional. Anda pasti hafal betul isi dari undang-undang itu. Sekarang saya ingin bertanya pada anda, apakah hanya dewan istana yang berhak mengajukan calon istri dari pangeran?”
            Mahaguru kripa berpikir. Para dewan istana menatapnya tajam, menunggu jawaban dari guru kripa.
            “Ya, Rajkumaari benar. Ratulah yang lebih berhak untuk mengajukan calon istri dari pangeran.”
            “apa??” para dewan istana terlihat shock.
            Putri Seeta memberi kode pada pelayan pribadinya. Dengan cekatan, Shilpa, sang pelayan meberikan lembaran kertas pada masing-masing dewan istana.
            “Itu adalah salinan dari undang-undang perkawinan istana. Mungkin ada sebagian dari anda yang belum membacanya. Ratu Nandini telah menandai beberapa pasal dari undang-undang itu. Silahkan dibaca dan dipahami.”  Putri Seeta melirik Ratu Nandini yang tersenyum padanya. Raja Yash tersenyum bangga.
            “Di dalam Undang-Undang perkawinan Istana. Dalam pasal 2 ayat satu disebutkan bahwa calon istri pangeran mahkota diajukan oleh ratu. Dan di pasal 2  ayat 2 menyebutkan bahwa jika ratu tidak bisa mengajukan calon istri untuk pangeran mahkota, maka masing-masing dewan istana bisa mengajukan gadis yang akan dijadikan calon istri pangeran mahkota untuk dipilih di sidang istana.” Putri seeta memandang wajah satu persatu dewan istana.
            “Apakah ada yang tidak dimengerti?”
            “Akan tetapi, gadis yang diajukan Ratu, siapa namanya…”
            “Anjali Sharma, Tuan Mehra.”
            “Ya, Anjali. Dia bukan dari kalangan bangsawan. Dia bukan bukan seorang bangsawan. Dia tidak tahu tentang kerajaan ini, tradisi, adat dan istiadat kerajaan ini. Bagaimana bisa dia bisa mengatur Istana ini kelak.”
            “Tenang saja, Saya yang memilih Anjali. dan saya juga yang akan bertanggungjawab terhadap semua itu. Oleh karena itu, sebelum ditunangkan dengan Pangeran rahul, dia akan ditempa dan dididik dengan cara Istana. Dan nanti kalian bisa melihat sendiri kemampuan dan kelayakannya menjadi Calon Ratu Kerajaan India ini.” Ujar Ratu Nandini lembut.
@@@
            Keesokan harinya, setelah sarapan pagi bersama pangeran rahul Anjali harus mengikuti pelajaran demi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan pelatih yang disediakan oleh pihak Istana. Selama satu minggu, Anjali tidak punya waktu untuk sekadar berjalan-jalan ataupun member kabar pada ayahnya. Waktunya hanya habis untuk mengikuti pelajaran dan pelatihan tentang bagaimana menjadi seorang Tuan Putri yang sempurna.
            “Aku capek, Kiran.” Keluh Anjali. Hanya kepada Kiranlah Anjali berkeluh kesah di Istana. Bagi Anjali, Kiran bukan sebagai pelayannya, tetapi sahabatnya.
            Wajah Anjali terlihat sangat kelelahan. Ia rebahkan badannya di atas kasur. Baru saja ia mendapatkan pelajaran tentang tatakrama dan sopan santun di istana.
            “Sabar, Nona. Saya yakin, Nona pasti bisa menjalani ini semua.” Ucap Kiran sambil memijit kaki Anjali.
            “Apakah semua Tuan Putri Istana diperlakukan seperti ini?”
            “Ya, Nona. Bahkan mereka sudah dipaksa mengikuti tatacara istana sejak mereka bisa berjalan.”
            Mata Anjali menerawang. Tak terasa airmatanya meleleh.
            “Ayah, aku merindukanmu.” bisik Anjali dalam hati.
@@@
            Dengan setia, Kiran menunggui di depan ruangan dimana anjali mendapatkan pelajraan tentang ke-istana-an.
            “Materi apa yang sedang Anjali ikuti sekarang?” Tanya Rahul.
            “Rajkumaar…Mohon maaf, Rajkumaar”Ucap Kiran kaget menyadari Pangeran Rahul sudah ada di belakangnya.
            “Tidak masalah. Materi apa yang sedang anjali pelajari sekarang.”
            “Nona, Anjali sedang mendapat materi tentang hokum ketatanegaraan dari Guru Drona.”
            “Apa dia baik-baik saja?” Kiran diam.
            “Kenapa kau diam?”
            “Sejujurnya, Nona Anjali tidak baik-baik saja, Rajkumaar. Bagaimana beliau baik-baik saja. Setiap hari beliau dipaksa menerima materi demi materi tentang segala tetek bengek kerajaan dengan cepat. Padahal, putri-putri bangsawanpun mempelajari semua itu bertahun-tahun.”
            “Aku tahu dia pasti tertekan, Kiran. Aku juga tidak menginginkan seperti ini, Kiran. Tapi ini semua kehendak Raja yang tak bisa ditolak. Yang terpenting sekarang, kau bersabar untuk menemaninya dan menyemangatinya.”
            “Tentu saja, Rajkumaar. Lalu, untuk apa anda kemari?”
            “Aku hanya ingin memberikan ini untuk Anjali.” Rahul menyodorkan sebuah kotak transparan sehingga Kiran bisa menenbaknya.
            “oh..Ini gaun untuk acara makan malam, Rajkumaar? Hm..tenang saja. Saya akan membuat Nona Anjali tampil secantik mungkin di pertemuan resminya dengan anggota keluarga Istana.”
            “Buatlah dia senyaman mungkin” Rahul tersenyum seraya pergi diikuti Karan, pengawal setianya.
@@@
            “Sonali, apakah kau sudah selesai merias Nona Anjali? Nona anjali harus segera ke ruang makan.” Ujar Kiran agak gemas melihat Sonali yang tak kunjung selesai dengan pekerjaannya.
            “Tunggu sebentar. Nona Anjali harus tampil sempurna malam ini. Jadi dia butuh waktu yang lama.” Sahut Sonali sambil mengaitkan kerudung ke kepala Anjali.
            “Iya, tapi cepetan.” Kiran makin gemas. Anjali hanya diam tanpa berkomentar
            “Nah, sudah selesai.” Ucap Sonali riang membanggakan hasil karyanya.
            Kiran memperhatikan Anjali dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Ia berdecak kagum.
            “Nona, anda cantik sekali. Cantik, manis dan eksotis.” Puji kiran tak berkedip.
            Anjali diam saja. Ia memperhatikan wajahnya di cermin, nampak sangat berbeda dengan dirinya yang sebenarnya.
            “Mari, Nona. Rajkumaar Rahul telah menungu anda di luar.”
            “Buat apa di menungguku. Dia bisa pergi duluan kan ke ruang makan” ucap Anjali sambil menahan sesuatu. Ia nampak tak nyaman dengan tatanan rambutnya.
            “Bagaimana Anda ini. Ini acara penting anda dan Rajkumaar Rahul. Dalam acaar ini anda akan diperkenalkan dengan anggota keluarga raja dan ratu secara resmi sebagai calon istri rajkumaar Rahul seblum anda diperkenlakan secara resmi ke seluruh rakyat India. Jadi anda harus datang bersama pangeran Rahul. Selain itu, mungkin Ratu ingin melihat perkembangan hubungan anda dengan pangeran Rahul” papar Kiran.
@@@
            Pintu kamar Anjali terbuka . Ia disambut dengan senyuman manis Rajkumaar Rahul dan penghormatan dari asiten dan pengawal istana. Rajkumaar Rahul terlihat tampan dengan kurta yang senada dengan anarkali Anjali.
            “Silahkan…!” Rahul mempersilahkan Anjali berjalan terlebih dahulu. Dengan tanpa ekspresi Anjali langsung menarik tangan Kiran dan berjalan mendahului Rahul.
            Sesekali Anjali berhenti untuk menyeimbangkan tubuhnya dan berulang kali ia meraba leher belakangnya.
            “Berhenti!”
            Anjali berhenti. Ia mebalikkan badannya. Anjali memandang Rahul seolah bertanya apa maksud Rahul memintanya berhenti.
            Rahul berjalan mendekati Anjali. Perlahan Rahul menurunkan kerudung dari kepala Anjali dan satu persatu melepaskan gulungan rambut Anjali sehingga rambut panjangnya terurai. Anjali hanya bisa terpaku menyaksikan apa yang Rahul lakukan padanya. Dalam benaknya ia ingin mengelak namun otot-otot tubuhnya tak mampu menolak.
            “Tadi kau sangat sempurna, tapi dengan seperti ini, kau terlihat lebih manis.” Ucap Rahul seraya mesangkan kembali kerudung Anjali.
@@@
            Protokoler Istana telah mengatur secara detail tata letak aturan temapt duduk para anggota keluarga Raja Yash. Di meja yang berbentuk persegi panjang itu, Raja Yash duduk di kursi dibawah lukisan ikan mas koki. Dari tempat duduknya ia bisa mengawasi anggota keluarganya. Di samping kanannya adalah tempat untuk Ratu Nadini sedang Putri Seeta duduk di samping kirinya. Dan saudar Raja Yash, Pangeran Pratap duduk berhadapan dengan Raja Yash.
            Ketika sampai di ruang makan kerajaan, Raja Yash dan kedua istrinya telah menunggu. Setelah memberi hormat, Rahul menempati kursi di samping Putri Seeta dan Anjali duduk di samping Rahul. Tak berapa lama kemudian, datanglah seorang wanita bersaree putih dengan wajah pucat. Dari sorot matanya terlihat kedukaan yang mendalam. Anjali menatap wanita itu penasaran.
            “Baiklah, sebelum kita mulai makan malam kali ini. saya akan mengenalkan calon anggota keluarga istana yang baru. Gadis yang duduk di samping Rajkumaar Rahul itu bernama Anjali Sharma. Dia adalah calon tunangan Rajkumaar Rahul.”
            “Salaam” Ucap Anjali datar. Anjali memberi hormat kepada semua yang hadir termasuk kepada Rajkumaar Pratap yang membalasnya dengan tatapan tajam.
            “Perkenalkan, ini adalah Nandini Raichand. Dia adalah istri pertamaku dan juga Ratu Kerjaan India. Dia adalah ibu dari Pangeran Rohan.” Ratu Nandini tersenyum.
            “Ini adalah Seeta Raichand. Dia adalah istri keduaku. Dia membantu tugas Ratu Nandini menjalankan tugas kenegaraan. Dia adalah ibu dari Pangeran Rahul.” Putri Seeta tersenyum.
            “dan di samping Ratu Nandini dia adalah menantuku. Namanya Pooja Keshav raichand. dia adalah istri dari pangeran rohan.” Pooja berusaha tersenyum. Namun tetap saja hambar.
            “Aku harap kau bisa berteman baik dengan Pooja.” Ucap Raja yash lembut penuh harap.
            “Dan yang duduk di ujung sana..” Anjali menoleh ke samping kirinya. “ Dia adalah saudaraku. Dia juga ayah dari Pooja. Namanya Pangeran Pratap.” Pangera Pratap memandang Anjali sinis.
            “Nah, Anjali. Apa ada yang ingin kau tanyakan?”
            “Maharaj, Anda mengatakan jika Ratu Nandini memiliki seorang putra, lalu dimana beliau? Mengapa sampai saat ini beliau belum datang” Anjali menoleh pada Raja Yash lalu menatap heran dengan kursi diantara Ratu Nandini dan Pooja yang masih kosong.
            Semua terlihat kaget mendengar pertanyaan Anjali.
            “Kau rakyat India macam apa? Masa kau tidak tahu kalau pangeran Rohan telah wafat. Kalau beliau masih hidup, tentulah Pangeran Rahul tidak akan menjadi putra mahkota dan putriku tidak akan mengalami takdir buruk seperti saat ini.” Sahut Pangeran Pratap sinis. Raut wajah Rahul berubah.
            “Kata siapa Pangeran Rohan telah wafat. Dia hanya berganti dimensi saja sehingga kita tidak bisa melihat dan menyentuhnya langsung. Tapi saya masih bisa merasakan kehadirannya. Aku masih bisa merasakan dia ada di sini, di ruangan ini, di kursi dimana dia biasa duduk.” Dengan mata berkaca-kaca,Rahul menatap kursi yang berada tepat di hadapnnya. Putri Seeta menngenggam tangan Rahul seolah merasakan kesedihan Rahul
            “Halah, itu Cuma imajinasimu saja.” Ucap Pangeran Pratap kasar.
            “Cukup!” Perintah Raja Yash. Semua kembali diam. Ratu Nandini diam-diam menghapus airmatanya.
@@@
            Atas permintaan Ratu Nandini, Kiran membawa Anjali ke ruang galeri Istana untuk mengetahui lebih jauh tentang anggota keluarga istana. Ketika memasuki ruangan sebuah foto keluarga berukuran 1 x 1 meter menyapa Anjali. Anjali memperhatikan foto keluarga itu dengan seksama.
            “Apakah ini Pangeran Rohan?” Anjali menunjuk gambar seorang pria yang berdiri di belakang Ratu Nandini.
            “Ya.”
            “Aku tidak menyangka kalau Raja Yash memiliki 2 orang putra?” Anjali berjalan pelan mengelilingi ruangan memperhatikan satu demi satu foto yang terpajang. Kiran mengikuti Anjali dari belakang
            “Masa anda tidak tahu.”
            “Tidak. Yang aku tahu Raja Yash memiliki seorang putra. Karena dulu putranya bersekolah di sekolah yang sama denganku. Dan aku kira itu Rahul.”
            “Bagaimana bisa? setahu saya pangeran Rohan dan pangeran Rahul bahkan seluruh putra-putri bangsawan ikerajaan India  bersekolah di sekolah yang sama. Kalau anda tahu pangeran Rohan, pastilah anda tahu pangeran Rahul.”
            “Bahkan aku tidak tahu seperti apa wajah pangeran yang bersekolah di sekolahku. Walaupun aku tahu bahwa sekolahku adalah sekolah para putra bangsawan, aku tidak pernah bergaul dengan mereka. Bahkan, aku tahu kalau ada putra raja yang bersekolah di sekolahku karena hampir setiap hari aku aku menjalani pemeriksaan sebelum memasuki area sekolah.”
            “Jadi anda tidak tahu kalau pangeran Rohan dan pangeran Rahul belajar di sekolah yang sama dengan anda.?
            “Tidak. Yanga aku tahu, para gadis sering membicarakan putra raja yang gendut tapi mempesona dan aku kira itu Rahul. Mereka tidak membicarakan bahwa ada pangeran lain”
            “Nona, Nona. Anda ini aneh. Masa anda tidak tahu pangeran rahul dan pangeran rohan. Tapi memang wajar kalau teman-teman anda hanya membicarkan pangeran Rohan, karena memang beliau ramah dan suka bergaul sehingga lebih sering terekspose media, sedang pangeran Rahul memang jarang bahkan tidak pernah terekspose media karena beliau orangnya tertutup dan  lebih suka menyendiri.”
            Anjali memandang foto bersama Pangeran Rohan dan Rahul.
            “Hm…pantas saja siswi-siswi histeris membicarakan pangeran gendut tapi mempesona itu. Rohan memang tampan. ”
            “Dan saya yakin, anda juga termasuk siswi-siswi yang histeris dengan ketampanan pangeran rohan. Siapa sich wanita yang mampu menolak pesona para pengeran tampan seperti Pangeran Rahul dan Rohan. Mungkin menjadi istri seorang pangeran adalh impian bagis setiap gadis india”
            “Tidak, bahkan sedikitpun aku tidak pernah bermimpi ataupun menginginkan menjadi istri dari pangeran siapapun” Anjali menoleh pada Kiran. Raut wajahnya berubah.
            “Maaf” sesal Kiran
            Bersamaan dengan itu, terdengar suara riuh dari luar ruangan galeri. Segera Kiran mengajak Anjali untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
            Satu persatu pelayan dan pangawal istana melewati Anjali dan kiran yang baru saja keluar dari ruang galeri istana. Wajah mereka nampak panic menuju ke arah ruangan pribadi keluarga kerajaan.
            “Hei, Banu! Ada apa?” Tanya Kiran pada salah seorang pelayan yang hendak menuju ruang pribadi keluarga kerajaan. Banu berhenti.
            “Raja Yash jatuh pingsan.” Sahut Banu singkat. Ia langsung pergi meninggalkan Anjali dan Kiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar