BECAUSE I LOVE
YOU part 6
“Putri Pooja ada di
dalam?” Tanya Rahul pada Tabu, kepala pelayan pooja yang baru saja keluar dari
kamar Pooja.
“Putri Pooja ada
di dalam, Rajkumaar. Dan juga Pangeran Pratap ada di dalam kamar putri Pooja.”
jawab Tabu penuh hormat. Namun dari wajahnya, Rahul menagkap kesan takut dan
cemas.
“kenapa kau
terlihat takut? selidik Rahul
“ saya tidak
apa-apa Rajkumaar, saya hanya mengkhawatirkan keadaan putrid Pooja. Saya harap
kedatangan Pangeran Pratap tidak menambah beban pikiran Putri Pooja.” ucapan
Tabu terdengar sedkit keluhan.
“saya kasihan
dengan Putri Pooja, Rajkumaar. Sejak kematian Pangeran Rohan beliau sangat
terpukul. Beliau tidak seperti yang saya kenal. Saya paham bagaimana perasaan
beliau sekarang yang harus kehilangan suami yang baru dua tahun ia nikahi dan
sekarang ia harus menyandang status sebagai janda di usianya yang masih muda.”
tutur tabu panjang lebar mencurahkan iasi hatinya. Rahul hanya diam
mendegarkan.
“Ups…maaf
Rajkumaar. saya terlalu banyak bicara” sesal Tabu yang menyadari bahwa orang
yang diajak bicara adalah Rahul.
‘tidak masalah.
sekarang katakana pada Putri Pooja bahwa aku datnag untuk mengunjunginya.” Kata
Rahul seraya tersenyum
@@@
Di dalam
ruangannya, Pooja dan ayahnya, Pangeran Pratap, sudah berdiri untuk menyambut
Rahul. Mata Pooja sayu karena terlalu banyak menangis dan wajahnya terlihat
pucat. Seperti janda-janda pada umumnya, Pooja harus memakai kain saree putih
tanpa satupun perhiasan menempel di tubuhnya. Rasa iba rahul semakin bertambah
manakala pooja menyambutnya dengan senyuman mencoba untuk menyembunyikan
kesedihannya.
“
Salaam…Rajkumaar.” Pooja dan Pangeran Pratap memberi hormat hampir bersamaan.
“Silahkan
duduk, Rajkumaar.” Tuan Pratap mempersilahkan Rahul duduk. Diikuti Pangeran
Pratap yang duduk di sampingnya. sementara itu Pooja duduk di samping kanan
ayahnya tepat dihadapan Rahul.
“Bagaimana
keadaanmu Pooja.” Rahul membuka percakapan
“Seperti yang
Rajkumaar lihat. Pooja sedang tidak baik.” Pangeran Pratap menjawab pertanyaan
yang Rahul tujukan untuk pooja
“Maaf, Rajkumaar.
Ayah saya memang agak berlebihan. Saya baik-baik saja” elak Pooja. Akan tetapi
matanya terlihat berkaca-kaca
“Aku harap begitu.
hm…Aku sangat menngenalmu Pooja. Dari kecil kau sudah aku dan Rohan anggap
sebagai adik. Kita sering bemain bersama, bahkan aku dan Rohan sering
mengerjaimu. Tapi kau tak pernah menangis bahkan bahagia ketika kami mengerjaimu.
hm…aneh memang.. tapi itulah kau. Kau adalah gadis yang kuat. Seberapa banyak
kami mengerjaimu, tetap saja kau tak menangis…” kenang Rahul.
“Tapi kini, aku
seperti kehilangan Pooja kami. Aku sudah tidak lagi melihat senyum berbinarmu,
tawa lepasmu bahkan komen-komen pedasmu terhadap artis-artis bollywood…kami
merindukan itu Pooja.” Lanjut Rahul. Butiran bening di mata Pooja kini mulai
mengalir.
“Aku tahu ini
berat bagimu. Tapi, aku yakin kau bisa melewati semua ini. Rohan pasti tidak
ingin melihat kau terpuruk dalam kesedihanmu. Kau harus bisa menata hidupmu
lagi Pooja” Rahul menasehati. Pooja diam, malahan isakan tangisnya makin
menjadi.
“Sudah, hentikan,
Rajkumaar. sebanyak apapun kau menasehati pooja. itu tidak akn mengubah keadaan
Pooja sekarang. Dia tetaplah seorang janda. Anda tahu Janda itu apa?” Hardik
Pengeran Pratap sinis.
“Aku tahu Paman,
aku sangat menegrti itu. Masyarakat memang kurang bisa menerima status Janda.
Tapi seorang janda itu bukanlah aib. Janda itu bukan kutukan. Janda itu hanyalah
seorang wanita yang suaminya dipanggil Tuhan karena Tuhan lebih menyayngi
suaminya. Dan tidak berarti Tuhan tidak sayang pada wanita itu. Tuhan sayang
wanita itu, karena Dia ingin menjadikan wanita itu wanita yang lebih kuat.
seorang janda berhak itu memiliki kehidupannya. Dia bisa bekerja, bergaul,
bahkan bisa jatuh cinta lagi dan memiliki keluarga yang baru.” papar Rahul
panjang lebar.
“jatuh cinta?
punya keluarga baru? siapa yang akan menikahi seorang Janda?” sungut tuan
Pratap.
“Aku yakin Paman
di luar sana pasti banyak Pria yang menerima Pooja apa adanya. Pria yang kan
mencintai Pooja, baik masa lalunya atau statusnya.”
“Tapi Pooja adalah
gadis yang terhormat. dia adalah putrid mahkota, walaupun sekarang dia hanyalah
mantan Putri Mahkota. Sama sepertimu, di luar sana, aku juga yakin banyak Pria
yang akan mau menikahi Pooja. Tapi mereka tidak sederajat dengan Pooja….Yang
pantas menikahi Pooja hanyalah keturunan bangsawan saja bukan rakyat jelata…”
“ayah..hentikan…!!!”
Pinta Pooja.
“kenapa Pooja… Apa
ayah salah? kau memang gadis terhormat dan gadis yang cerdas bahkan kau adalah
gadis terbaik di kerajaan ini. Bahkan hanya seorang saja yang bisa sepadan
dengan statusmu”
“Siapa Paman?”
Tanya Rahul. Pangeran Pratap melirik Rahul tajam.
“kau” sahut Tuan
Pratap singkat.
“Saya???” Rahul
tak percaya dengan perkataan Pangeran Pratap.
“Ya, kau..Pria
yang sepadan untuk menikahi Pooja adalah kau, bukan yang lain. Kau mengatakan
bahwa Pooja harus menata kembali hidupnya. Dan salah satu cara ia kembali
kehidupnya jika ada seorang yang menikahinya. Dan Pria itu haruslah kau” Sahut Pangeran
Pratap sinis.
Percakapan Rahul
dan tuan Pratap semakin memanas. Tangisan pooja semakin menjadi akibat
perkataan ayahnya. Ia berkali-kali memohon ayahnya agar menghentikan
perkataannya, namun tak digubris.
‘Tidak mungkin
Paman. Aku bisa saja menikahi Pooja. Tapi aku tidak bisa menikahi seorang
wanita yang dicintai oleh Rohan, adikku.”
Emosi Rahul mulai tinggi
“Cinta???
lagi-lagi kata itu. Cinta itu bisa datang setelah pernikahan terjadi. lagian
Kau tahu Rahul, Rohan tidak pernah mencintai Pooja. Ia menikahi Pooja karena
dewan Istana yang menginginkannya.”
“Tapi, sayangnya,
kenyataannya tidak seperti itu Paman. Rohan mencintai Pooja…” Rahul mulai
mereda.
“walaupun cinta
itu hadir di akhir-akhir masa hidupnya… Pooja, aku kesini hanya untuk
memberikanmu ini. aku harap ini akan menguatkanmu, bukan melemahkanmu.” Ucap
Rahul lembut pada Pooja. Rahul menyodorkan beberapa lembar kertas pada Pooja.
dan kertas-kertas itu adalah surat Rohan untuk Rahul.
“Kalau begitu aku
permisi dulu, Pooja, Paman” Rahul memandang Pooja dan Pangeran Pratap
bergantian. lalu meninggalkan keduanya.
@@@
Di ruang kerja,
Raja Yash sedang menatap kosong pada barisan langit sore di balik jendela.
Nampknya ia sedang memikirkan sesuatu.
“Maharaj, Anda
memanggil saya?” Sapaan Rahul mengagetkan Raja Yash yang sedang melamun.
“Ya, duduklah
Rahul.!” Raja Yash terlihat menghapus bulir bening dari kedua matanya sebelum
ia berbalik mengahadap Rahul.
Raja Yash duduk di
samping Rahul. Keduanya telihat canggung. sejenak keadaan menjadi hening
“ Bagaimana
keadaanmu sekarang?” Raja Yash memecah keheningan
“Saya baik-baik
saja Maharaj” sahut Rahul datar
“seorang anak
tidak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan dari seorang ayah, Rahul.
Orang-orang memang menganggapku sebagai raja yang baik. tapi hal itu harus aku
bayar dengan mahal. Aku harus mengorbankan sisi lain dari diriku, yaitu sebagai
seorang ayah. Aku tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk kamu dan Rohan. aku
tidak bisa menjadi seperti ayah-ayah yang lain, aku tidak bisa melihat
bagaimana kalian berjalan untuk pertama
kali, aku tidak bisa mengajari kalian bersepeda, aku tidak bisa menemani kalian
bermain bahkan aku tidak bisa mengajari kalian untuk memanggilku dengan sebutan
“ayah” “Mata Raja Yash berkaca-kaca.
“Yang paling
menyedihkan, aku tidak bisa mengungkapkan betapa kehilangannya diriku dengan
kepergianmu Bahkan aku tidak bisa menangisi kematian putraku dan mengungkapkan
betapa sedihnya aku atas kematian Rohan…aku tidak bisa Rahul…Aku tidak bisa…”
Raja Yash menangis. Dengan agak canggung Rahul menggiring Raja Yash ke
pundaknya.
“Maafkan aku
Rahul, aku tidak bisa melindungi Rohan…seandainya saja aku tidak mengabulkan
permintaan Rohan untuk menggantikanku ke acara perunduingan itu...pasti Rohan
masih hidup…”
“Maharaj, tidak
perlu menyesali apa yang sudah terjadi. Semua sudah kehendak Tuhan. Saya yakin,
Anda sudah melakukan yang terbaik. Karena anda adalah Raja yang baik.” sela
Rahul.
Raja Yash semakin
terisak di pelukan Rahul. Rahul merasa aneh sekaligus bahagia dengan apa yang
ia rasakan sekarang. Bagaimana tidak, ini adalah hal yang selama ia hidup tak
pernah ia lakukan dengan ayahnya. Seorang raja Yash yang di matanya adalah Raja
yang kuat kini menangis dipelukannya. Dengan canggung, Rahul menepuk lembut
punggung Raja Yash untuk menenagkannya.
“Maharaj…” Panggil
Rahul terbata-bata.
“Putraku…”
“Aku menyayangimu
Maharaj..” Bisik Rahul
“Rahul, maukah kau
memanggilku Ayah seperti kau memanggil Ratu nandini dan Putri Seeta dengan
sebutan Ibu ketika di luar aturan protokoler” Raja Yash melepaskan pelukannya,
ia memandang Rahul penuh harap.
“Aku sangat
menyayangimu…Ayah…” ucap Rahul terbata-bata. Ia sedikit canggung dengan
kata”ayah” Mendengar itu Raja Yash memeluknya kembali dengan lebih erat.
Rahul menitikkan
air matanya. ‘Rohan seandainya kau ada di sini sekarang’ bisik Rahul dalam hati
sambil memandang foto keluarga yang terpajang di pojok ruangan.
“berjanjilah kau
tidak akan meninggalkan istana ini lagi… berjanjilah kau tidak akan
meninggalkan ayah…” Raja Yash menatap Rahul.
“Aku janji, aku
tidak akan meninggalkan Ayah.” Rahul mengusap air mata Raja Yash seraya
tersenyum.
“Kalau kau tidak
akan meninggalkan Ayah, Bagaimana dengan gadis itu? Apa kau akan
meninggalkannya?” Raja Yash mulai tenang
“Gadis? Gadis
siapa Ayah?” Elak Rahul
“Sudahlah Rahul,
Ayah sudah tahu semua?” Raja Yash tersenyum
“Maksud ayah?”
“Aku memang
seorang Raja, tapi aku tidak akan melepaskan tanggung jawabku sebagai ayah
untuk mengawasi keadaan putraku”. Raja Yash menoleh kea rah Rahul Namun Rahul
bergeming.
“Selama kau di San
Fransisco, ayah mengawasimu Rahul. Apapun yang kau lakukan, termasuk tentang
Anjali” ucap Raja Yash enteng. Rahul tesenyum kecut
“Apakah gadis itu
yang sudah membuatmu bertekad besar untuk keluar dari istana dan menjalani
hidup sebagai rakyat biasa?” Selidik Raja Yash
“Ya, Anjali adalah
salah satu alasan terbesarku aku ingin keluar dari istana.” Jawab Rahul tanpa
menoleh Raja Yash.
“Kau sangat
mencintainya?”
“Aku sangat
mencintainya, bahkan lebih dari hidupku.” Rahul menoleh pada ayahnya.
Rahul diam,
pikirannya kembali memikirkan Anjali. Mengingat hal itu, raut wajah Rahul
berubah. Ia terlihat sedih.
“Baiklah…Ayah akan
melamar Anjali untukmu dan membawanya ke Istana ini.” Raja Yash bangkit hendak
meninggalkan Rahul.
“Jangan…Jangan
bawa Anjali ke istana ini.!” Rahul menarik tangan Raja Yash. Raja Yash kembali
duduk.
“Mengapa kau tidak
ingin menikah dengannya?” Tanya Raja Yash tak mengerti.
“Seorang pria
pasti menginginkan menikah dengan orang yang dicintainya dan hidup bersama
selamanya. Aku sangat mencintai Anjali dan aku sangat ingin menikah dengannya.
Tapi jika pernikahanku dengannya hanya akan menyiksanya, selamanya aku tidak
ingin pernikahan itu terjadi.”
“Menyiksanya?
maksudmu?”
“Anjali gadis yang
berbeda, dia gadis yang sederhana dan apa adanya. dia bukanlah gadis bangsawan
istana ataupun gadis-gadis lain di India yang menyukai keglamoran, kehormatan
dan kekayaan Istana. Dia sangat tidak menyukai semua hal itu. Bahkan ketika
semua gadis-gadis mengejar para pangeran, dia hanya diam dan tidak mempedulikan
kami. Dia berbeda ayah, jika para gadis menegjar-ngejar cinta para pangeran
hanya untuk kehormatan atupun kekayaan, Anjali tidak seperti itu. Dia
mencintaiku, mencintai diriku. Dia tidak mencintai kekayaan ku ataupun
jabatanku.”
“Bagaaiman kau
tahu bahwa dia mencintaimu bukan jabatanmu atau statusmu?”
“Anjali tidak
mengetahui bahwa aku adalah seorang pangeran.” Rahul tersenyum datar.
“Aku mohon ayah,
jangan renggut kebebasan Anjali. Biarkan dia bahagia dengan kehidupannya. Jika
dia bahagia, aku bahagia Ayah. Walaupun aku tidak bersamanya. Untuk masalah
Ratuku kelak, aku serahkan semuanya pada Dewan Istana.”
“hm…sekarang Ayah
menyadari seberapa besar kau mencintai Anjali. Andai saja ayah menegetahuinya
lebih dulu dari Rohan…”
“Maksud Ayah?”
“Rohan tahu
seberapa besar kau ingin hidup di luar Istana dan bersatu dengan anjali. Namun
ia sadar bahwa akan sulit jika kau menjadi Putra Mahkota kerajaan ini. Sekarang
ayah baru menyadari mengapa Rohan sangat ngotot sekali ingin menjadi putra
mahkota.”
“Maksud Ayah?”
kini giliran Rahul yang tidak mengerti.
“Sebenarnya, ayah
ingin menobatkanmu menjadi Putra mahkota dengan harapan bahwa Dewan Istana
tidak lagi mengintimidasimu sebagai pangeran yang merupakan anak dari seorang
selir, Namun sebelum hari penobatanmu, rohan datang menemui ayah dan meminta
agar dia dijadikan putra mahkota. Rohan rela menggantikan posisimu agar kau
bisa hidup bahagia tanpa tekanan politik dan intrik dewan kerajaan.” Raja Yash
memandang Rahul yang terdiam. Rahul shock
“Jadi apakah kau
akan menyianyiakan pengorbanan Rohan” Raja Yash menayakan pertanyaan yang
menusuk hati Rahul.
“Tidak…tidak
mungkin…ayah pasti berbohong…ayah pasti bohooong…” Rahul berlari meninggalakn
ayahnya.
“Rahul…”panggil
Raja Yash. Rahul berhenti membuka knop pintu.
“Kalau Anjali bisa
mencintai Aryaan, Anjali pasti bisa mencintai Rahul.”
Rahul berbalik.
“Kalau Raja Yash
bisa mencintai Putri Geeta, kenapa dia tidak bisa mencintai Putri Seeta.” Ujar
Rahul tajam. Raja Yash terdiam.
@@@
Di ruang kerja
putra mahkota,Rahul melampiasakan perasaannya yang campur aduk, penyesalahn,
kesedihan, kecintaan, dll. Ia melemparkan benda-benda yang ada di hadapannya
sehingga berantakan.
“Maafkan aku
Rohan…maafkan aku…” ucap Rahul sambil memandang foro Rohan yang berada di
belakang meja kerjanya.
“Mengapa kau
lakukan semua ini Rohan... Mengapa? hiks…hiks…” Rahul jatuh bersimpuh.
Tiba-tiba saja
seseorang menegtuk pintu.
“Rajkumaar,,,
bolehkah saya masuk?” ucap seseorang dari luar ruangan. Mendengar itu Rahul,
langsung mengahpus air matanya dan mengatur suaranya serta langusng
berpura-pura sibuk dengan laptopnya.
“Ya, masuk saja Karan.”
ujar rahul tenang.
Karan membuka
pintu dan langsung memberi hormat pada Rahul.
“Rajkumaar, saya
hanya menginformasikan bahwa para pengawal sudah siap untuk mengawal anda ke
rapat gabungan dengan perdana menteri” kata Karan. Namun ia menangkpa wajah
Rahul semabab.
“Maaf, Rajkumaar.
Apakah anda baik-baik saja?” Tanya Karan agak takut.
“ya, saya
baik-baik saja. kau tak perlu khwatir. 10 menit lagi saya akan berangkat” Rahul
menunduk dan berpura-pura menegtik untuk menghidari tatapan curiga Karan.
“Siap” Ujar Karan
dengan lantang. (anggap saja seperti anggota polisi gitu…hehe..)
@@@
Ratu Nandini dan
Putri Seeta bertatapan satu sama lain. Mereka terheran-heran dengan apa yang
dilakukan Raja Yash, suami mereka, saat ini. Tidak biasanya Raja Yash meminta
mereka untuk berkumpul di ruangan Ratu Nandini, bukan di ruangan beliau.
“mungkin kalian
merasa heran bahkan aneh saat aku meminta kalian untuk berkumpul di ruangan
ini.” Raja Yash membuka suara. Ratu Nadidini dan Putri Seeta hanya mengiyakan.
“Aku sudah bosan
menyaksikan politik istana yang penuh rasa iri, curiga dan kekakuan bahkan
permusuhan dan saling menjatuhkan. Aku ingin melihat istana yang penuh kasih,
sayang, dan cinta sehingga Kerajaan India ini tidak lagi diperintah dan diatur
berdasarkan berdasarkan logika saja tetapi juga menggunakan hati.”
“haan, dari dulu
saya juga menginginkan seperti itu. dan saya rasa Putri Seeta juga
menginginkannya” sahut Ratu Nandini seraya memandang putri Seeta yang duduk di
kursi tepat di hadapnnya
“ji haan,
Maharani. bahkan saya menginginkan Istana dan Kerajaann ini diperintah oleh
Raja dan Ratu yang saling mengasihi dan menanyangi sehingga mereka memerintah
dengan hati mereka, bukan dengan logika mereka yang diatur oleh intrik politik
Dewan Istana” Putri Seeta berkaca-kaca, mengingat keadaan yang menimpa dirinya,
Ratu Nandini dan Raja Yash yang hanya bisa menjadi boneka bagi dewan istana.
Suasan kembali hening.
“Satu-satunya
orang yang bisa mewujudkan mimpi kita semua adalah Rahul. Hanya Rahul yang bisa
melakukannya.”
“ Maksud Maharaj?”
Ratu Nandini tak mengerti.
“Hanya Rahul yang
memiliki keyakinan kuat terhadap cinta dimana kita semua meragukannya. Dan
hanya dialah yang mampu membawa cinta itu kesini”
Ratu Nandini dan
Putri Seeta betatapan tak mengerti.
“Aku akan
menikahkan Rahul dengan orang yang dicintainya sehingga ia merasa nyaman di
Istana ini dan bisa melakukan kewajibannya bukan karena kewajiban tapi
berdasarkan kasih sayang.”
“Lalu, apakah Rahul sudah memiliki orang yang dicintainya?”
Tanya Putri Seeta
“sudah” Jawab Raja
Yash singkat. Lalu, Raja Yash menceritakan secara mendetail tentang gadis yang
dicintai Rahul, yaitu anjali.
“Ini akan sulit
Maharaj, Anjali bukan wanita bangsawan. Pasti dewan kerajaan akan menentangnya
dengan keras” Ratu Nandini khawatir
“Itulah alasanku
mengapa aku mengumuplkan kalian disini. Anjali harus bisa diterima di Istana
ini dan yang bisa melakukan itu adalah kalian.”
Dengan kaku Raja
Yash meraih tangan Ratu Nandini dan Putri Seeta dengan kedua tangannya.
“Tolong carilah
cara agar Anjali bisa diterima di Istana
ini Sehingga Rahul bisa hidup dengan orang yang dicintainya. Aku yakin kalian
bisa melakukannya. Manfaatkanlah celah sekecil apapun agar Anjali bisa
diterima. Ini semua demi mimpi kita, demi Rahul dan demi Rohan” Raja yash
menatap Ratu nandini lembut namun penuh harap.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar