BECAUSE I LOVE YOU part 11
Kamar
Raja Yash terdengar sunyi. Hanya suara bip..bip..bip.. dari alat bantu jantung
yang menghiasi kesunyian kamar Raja Yash. Ratu nandini, Rajkumaari Seema, Putri
Pooja, Rakkumaar Pratap yang sekaligus Ketua Dewan Kerajaan serta Rajkumaar
Rahul berada di kamar tersebut. Mereka mengamati para dokter yang sedang
berusaha menstabilkan kondisi Raja Yash.
“Apakah perlu kita membawa Raja Yash
ke rumah sakit ataupun ke luar nege…”Kalimar Rahul terpotong. Raja yash
menyentuh tangan Rahul yang berda di sisi kiri beliau. Kelopak mata Raja yash
terbuka.
“Maharaj…” seru Rahul senang. Raja
yash telah sadar. Semua orang ikut berbahagia.
Raja Yash menyapukan pandangannya ke
sekelilingnya. Terlihat Ratu Nandini dan Rajkumaari Seeta yang berdiri
berdampingan di ujung sisi tempat tidur. Raja yash bisa menangkap raut wajah
kesedihan dalam diri keduanya. Putri pooja tak lepas dari pandangan Raja Yash
yang berdiri memeluk Ratu Nandini. Raja Yash tersenyum melihat Pooja yang telah
berangsur-angsur melupakan kesedihan ditinggal Rohan.
“saat ini, saya hanya ingin bersama
keluargaku.!” ucap Raja yash
terbata-bata dari balik tabung oksigennya. Menegrti apa yang diinginkan raja
Yash, para dokter dan suster berbalik dan meninggalkan kamar Raja Yash.
Beberapa detik setelah suster dan
dokter pergi, pintu kamar Raja yash terbuka.
“Namaste” Anjali memberi salam diringi
senyum yang mengembang di bibirnya. Rajkumaari Seeta dan yang lain kaget
melihat kedatangan Anjali, terutama Rahul. Rajkumaar Pratap langsung
menghampiri Anjali dan lansung menegurnya dengan keras.
“Anda tidak seharusnya di sini.
Tidak sembarang orang bisa masuk kamar pribadi Raja Yash.
“Maaf, saya hanya ingin menjenguk
Raja yash. Itu saja.”
“Anda lihat orang-orang di luar
sana? Pejabat, Bansawan bahakan para pegawai ber dir di luar istana Raja Yash.
Anda piker mereka ingin apa? Mereka juga ingin menjenguk Raja yash. Tapi mereka
menegrti aturan istana yang tidak membolehkan sembarang orng masuk kamar Raja
Yash. “ cela Rajkumaar Pratap. “hei pelayan… apakah kau tidak memberitahu tuanmu
untuk tidak masuk ke ruangan ini?” hardik Pangeran Pratap pada Kiran yang
merasa bersalah. Kiran hanya menunduk dan berulangkali meminta maaf.
“Kiran tidak bersalah. Jangan
salahkan dia. dia sudah memberitahu saya tentang siapa yang boleh masuk dan tidak
boleh masuk ke ruangan ini. Tapi, tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa tamu
dilarang memasuki istana Raja Yash. Dan setahu saya, saya masih berstatus tamu
terlebih lagi saya adalah rakyat India. Jadi tidak ada aturan yang melarang
seoranga rakyat ataupun tamu untuk menjenguk rajanya.” balas Anjali tak kalah
sengit
“Rakyat India… Tapi coba anda
pikirkan rakyat macam apa anda? anda hanya……”
“Paman…” Rahul menyela ucapan
Pangeran Pratap. Ia langsung menghampiri Anjali.
“Nona Anjali, sebelumnya saya minta
maaf. Mungkin untuk kali ini anda tidak bisa menjenguk Raja Yash. Raja Yash
sedang beristirahat. Mungkin lain kali saja…” ucap Rahul. Matanya tak
berani menatap mata Anjali. ia masih merasa bersalah.
“Anjali…”panggil Raja yash dibalik
tabung oksigen. “kemarilah nak..” ucap Raja yash lirih dan terbata-bata.
Anjali berjalan mendekati tempat
tidur Raja yash dan berdiri di sisi kiri beliau. Anjali member hormat dan
menynuggingkan senyum sebisanya. Keadaan kaku. ini adalah pertama kalinya
anjali bertemu dengan ratu nandini, putrid seta dan putrid pooja setelah
insiden wawancara di acara perkenalan resmi anjali. Raja yash tersenyum dan
member isyarat agar anjali lebih mendekat.
“Apa kabar maharaj?” tanya anjali
ragu. Raja yash tesenyum. . Ia meraih tangan Anjali dan menggenggamnya. Anjali
agak kikuk. Raja Yash menarik anjali agar mendekatkan wajahnya. Anjali
menurutinya. Tangan Raja yash meRaja Yash meraih wajah anjali dan mengelu
lembut pipinya. kini Raja yash bisa melihat ke dalam mata Anjali
“kau baik-baik saja?” tanya raja
yash terbata-bata. Anjali mengangguk lemah.
“Rahul tidak salah memilihmu.”
Tangan kanan raja yash meraih tangan
rahul dan menyatukannya dengan tangan Anjali.
“Aku tidak akan bisa lagi membantu
kalian. Sekarang kalian sendiri yang harus memperjuangkan cinta kalian. Jangan
pernah menyerah.”
“Ayah, ku mohon jangan bicara
seperti itu.” Anjali berusaha tersenyum
dihadapan raja Yash. Kedua istri Raja Yash kini mulai terisak
Raja Yash memandang satu persatu
anggota keluarganya
“Nandini,,, Seeta,,,, Pooja,,,,
Rahul,,, Anjali… aku bangga memiliki kalian….” Suara Raja Yash menghilang
diiringi kelopak matanya yang pelan-pelan tertutup.
“Maharaj…” Isak Ratu Nandini dan
putri seta berbarengan.
@@@
Kerajaan India berduka kembali.
Belum dua bulan pangeran Rohan meningalkan dunia untuk selama-lamanya, kini
Sang raja juga harus berpulang. Kesedihan nampak dirasakan oleh seluruh
kerajaan India. Bahkan langit india pun ikut berduka atas wafatnya raja yang
mereka hormati.
“Jujur, aku benci sekali dengan raja
yash. Karena belialah yang telah merenggut kebebasan dan kebahagiaanku.
Bukankah aku seharusnya aku bahagia beliau telah tiada. namun entah kenapa aku
mersa sebongkah bara api bersemayam dalam hatiku sehingga mendorong airmataku
untuk jatuh meratapi kepergiannya.” Mata Anjali menerawang jauh melintasi
barisan awan mendung di langit India dari balik jendela pavilunnya. Sedang
televisi yang sedang menyiarkan secara live penobatan Rahul sebagai raja yang baru
diruangannya dibiarkan menyala.
“Semua orang pantas merasa
kehilangan raja yash. Beliau raja yang sangat baik dan bijaksana sehingga tak
heran seluruh rakyat sangat kehilangan beliau.”
Kiran mengahmpiri Anjali
“Jangan menangis, Nona. Air mata
Nona akan semakin membuat Kondisi istana ini semakin rapuh. Sekarang hapuslah
airmata Nona. Kita harus segera ke kuil. Lihatlah, Penobatan pangeran Rahul
sebagai raja sudah selesai.” Kiran melirik televise flat yang berada di tengah
ruangan. “Sebentar lagi upacara kremasi raja yash akan dilaksanakan.
@@@
Di perjalanan menuju kuil, tampak
Rahul dan para pengawalnya juga menuju arah kuil. Anjali dan rombongannya
berhenti untuk memebri kesempatan rombongan Raja lewat terlebih dahulu.
“Maharaj..” Anjali memberi hormat.
Rahul berhenti.
“Hatiku terasa sakit ketika semua orang memanggilku dengans ebutan itu. Dan
hatiku lebih sakit ketika kau juga memangilku dengan sebutan itu.” Mata Rahul
berkaca-kaca menahan air matanya. Ia langsung
berlalu
“Maaf” gumam anjali dalam hati
@@@
Sejak diangkat menjadi Raja, Rahul
tenggelam dalam kesibukan menjalankan tugas kenegaraannya. Sampai-sampai,
jawdal yang sudah diatur untuk sarapan pagi dengan Anjali tidak pernah
dipenuhinya. Setiap harinya Anjali harus mendaptkan kecewa karena rahul tak
kunjung memenuhi jadwal untuk sarapan ataupun bertemu dengan Anjali. Di satu
sisi Anjali merasa lega karena tidak harus bertemu dengan rahul namun tanpa
adari ada rasa rindu menyelimuti dirinya.
Tak hanya itu, sejak kematian Raja
Yash, jadwal rutinitas ANjali untuk mendapatkan pelajaran tentang Istana juga
dihentikan. Setelah ditelusuri ternyata, Rahullah yang meminta untuk
mengehntikannya. Tak ayal, anjali tidak punya aktifitas apapun di Istana. Yang
ia lakukan hanyalah tidur, makan, nonto Tv dan mengobrol dengan pelayan istana
serta berjalan-jalan mengelilingi Istana wanita.
Suatu hari di pagi hari yang cerah,
Anjali telah bersiap dengan baju olahraga serta handuk kecil di lehernya. Ia
keluar dari pavilunnya dan berlari-lari kecil tanpa sepengerahuan Kiran.
“nona, Anda mau kemana?” teriak
Kiran dari belakang. Ia berlari mengejar Anjali dengan baju formalnya dan
sepatu fantoflenya yang tinggi. Kiran nampak lucu sekali.
“Ayo kiran, kejar aku.” goda Anjali
sambil tertawa.
Tak terasa Anjali berlari sudah
hampir melewati batas Istana Wanita.
“Nona, jangan kesana.” Teriak kiran.
Anjali berhenti sehingga Kiran bisa
menyusulnya.. Anjali menangkap sebuah tempat yang belum pernah ia ketahui
sebelumnya. Danau.
“Danau, aku baru tahu kalau istana
ini memiliki danau
“Kenapa?”
“Di sana adalah daerah Istana Pria. Waniat tidak boleh kesana.”
tutur Kiran sambil mengatur nafasnya.
“Aku ingin kesana.” Anjali menunjuk
kearah danau buatan yang sedang ramai para putra bangsawan berkumpul.
Kiran terbelalak kaget. Di tengah
kekagetannya, Anjali sudah kembali berlari kea rah danau.
@@@
Tatapan aneh menyambut kedatangan
anjali dan kiran di area danau. Namun anjali tetap saja cuek dan asyik
menikmati pertandingan canoe yang dilakukan oleh para putra bangsawan india.
Menyadari kehadiran orang yang berbeda dengan mereak, para putra bangsawan
menghentikan kegiatannya. Beberapa putra bangsawan menepi dan emnghampiri
Anjali
“Hei, Ngapain kalian berdua kesini?”
gertak pria berbadan besar dengan Jenggot lebat di dagunya. Dia adalah Raju.
Putra dari salah satu bangsawan India yang selalu menjuarai pertandingan canoe
antar bangsawan.
Kiran menggenggam erat tangan
Anjali.
“Nona, ayao kita pergi. Kita akan
mendapatkan masalah.” Ujar Kiran takut. Ia tak berani menatap Raju. Anjali
tesenyum tenang.
“Kami tidak melakukan apa-apa. Aku
hanya ingin melihat kalian bermain Canoe. Itu saja.” sahut Anjali tenang.
“Hei, Pelayan! Apa Kau tidak memebri
tahu tuanmu yang anak pelacur ini untuk tidak kearea ini.”
“Saya minta maaf tuan. Kami akan
segera pergi” Ujar Kiran. Ia menarik tangan anjali agar pergi. Namun Anjali
menepisnya.
“Mengapa kami tidak boleh kesini.
Apakah kalian takut dikarenakan cara bermain canoe kalian salah?” Anjali
tersenyum sinis
“Apa kau bilang? Cara bermain canoe
kami salah? hei, siapa kau berani mengatakan cara kami salah. Kau hanya anak
pelacur yang beruntung bisa ditunangkan dengan raja. Tapi aku yakin pertunangan
itu akan dibatalkan. haha…” seluruh putra bangsawan tertawa.
“Aku berani mengatakan itu karena
aku tahu bagaimana cara bermain yang benar.”
“kau tahu, aku adalah juara pertandingan
canoe nasional.”
“Aku tidak percaya dengan permainan
seburuk itu kau bisa menjuarai turnamen canoe nasional. Jangan-jangan kau
menyogok peserta canoe yang lain.”
“Kau berani ya bicara seperti itu.
Kau belum tahu kemampuanku. Kalau begitu kita buktikan saja”
“Oke, siapa takut. Tapi kalau kau
kalah, jangan menangis ya…hehe” ledek Anjali.
Raju mengambil Canoenya sedang
anjali diberikan pinjaman oleh salah satu putra bangsawan
Pertandingan berjalan sangat seru.
Bahkan menyita perhatian sebagian besar pelayan Istana dan pengawal Istana
walaupun mereka memperhatikan dari kejauhan pertandingan tersebut. Para putra
bangsawan yang ada bersorak menyemangati Raju. Namun, Anjali berhasil mencapai
finis terlebih dahulu dengan gap yang besar.
“Nona, anda keren sekali.” seru
Kiran. seraya membantu Anjali naik ke daratan. Para putra bangsawan hanya bisa
tertunduk malu.
Beberapa saat kemudian Raju mencapai
finis dengan wajah kesal menahan amarah. Anjali menjulurkan tangannya untuk
membantu ke daratan. Namun, Raju tepis.
Raju dan para putra bangsawan
langsung pergi. Namun masih sempat mengancam Anjali.
“Awas, kau….!”
Anjali hanya tersenyum mengiringi
kepergian para putra bangsawan itu.
“Saya tidak menyangka Nona bisa
bermain canoe dan mengalahkan Tuan Raju. Padahal dia adalah atlet canoe
nasional.”
“Aku juga seorang atlet canoe. Dulu
aku pernah menjuarai pertandingan Canoe internasional antar mahasiswa”
“Wow, Keren!!!” seru Kiran
terkagum-kagum.
“Lupakan saja. Kau tahu, tadi aku
melihat banyak ikan-ikan di danau ini. Ayo kita tangkap beberapa dan kita bisa
barbequean.” Anjali memainkan alis tebalnya.
“Tapi, Nona. Kita gak punya
peralatannya. Lagian, kita sudah melanggar Nona”
“Sudahlah, sekarang aku tidak ingin
mendengar tentang hal itu.” Anjali langsung menceburkan dirinya ke danau yang
dalamnya hanya sebatas pinggang
“Nona, Apa yang anda lakukan?”
“Menangkap ikan.” seloroh Anjali.
Matanya sibuk memperhatikan gerakan ikan.
“Kita tidak punya peralatannya”
“Tapi kita masih punyadua tangan
kan?” Anjali menunjukkan kedua tangannya yang sudah berlumuran lumpur.
“Nona, Jangan…!!!” tolak Kiran.
Namun sudah terlambat. Anjali sudah menarik tubuh Kiran. Kiran terjatuh.
badannya basah kuyup. Anjali tertawa terbahak-bahak.
Tanpa disadari, dari kejauhan,
beberapa pasang mata memperhatikan keduanya.
“Biarkan Anjali melakukan apa yang
dia inginkan” ujar Rahul pada Karan yang berada di belakangnya.
Tanpa disadari, Rahul menyunggingkan
senyumnya melihat Anjali yang sedang tertawa bahagia. Bersamaan dengan itu,
Karan juga ikut tersenyum melihat Rajanya kembali tersenyum.
@@@
“Brukkkk….” Putri Seeta melemparkan
setumpukan Koran dan majalah ke meja tepat di depan Anjali yang sedang melamun
memandang barisan awan dilangit. Anjali kaget namun mampu menguasai dirinya. Ia
segera member hormat.
“Apa yang telah kau lakukan Anjali.”
hardik putrid Seeta. Ia tak kuasa menahan amarahnya. keanggunan yang selama ini
ia pertahankan runtuh. Sedangakn Ratu nandini hanya diam dan memperhatikan saja
tanpa memberikan komentar apapun
Dengan ragu anjali mengambil Koran
tersebut dan membaca satu persatu headline yang terpampang di Koran.
“Putri,, saya…” Anjali mencoba untuk
menjelaskan
“Sudah, cukup. aku tidak mau dengar
penjelasan apapun dari kamu.
“Maaf”
“Hanya itu saja yang bisa kau
katakan. Tidak bisakah kau melakukan sesuatu yang tidak mebuat istana ini dan
Negara ini kacau. Lihat apa akibat dari semua kelakuanmu. Negara ini kacau,
kurs rupee turun, saham-saham turun drastis, dan Negara sahabat membicarakan
ini semua. dan dewan istana menekan Rahul untuk membatalkan pertunangannya
denganmu. Anjali, bisakah kau piker dulu sebelum bertindak. Kau adalah calon
tunangan dari raja Negara ini. Kau diperhatikan semua orang, kau menjadi
panutan semua orang. Jika calon ratu mereka seperti ini, bagaimana Negara lain
akan berpikir tentang kita.” Emosi putri seta meledak.
Anjali tertunduk diam.
“Setudaknya, kau pikirkan tentang
Rahul.” Nada bicara putrid seta menurun.
“Rahul sudah menanggung beban yang
terlalu besar. Negara ini, Istana ini dan kau. Dia tengah berusaha meredam
berita tentang latar belakngmu namun kau malah menambhanya dengan kelakuanmu
yang melanggar aturan Istana. Sudah terlalu banyak yang Rahul pikirkan dan yang
harus Rahul urus, sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk mengurus dirinya
sendiri. Cobalah untuk peduli padanya atau setidaknya kasihanilah dia.” Ujar
Ratu seta seraya pergi.
Anjali diam merenungi apa yang telah
ia lakukan. Ratu Nandini yang sudah duduk di sampingnya mengelus rambut Anjali
yang terurai hingga membuat Anjali sadar dari lamunannya. Ratu Nandini
tersenyum datar.
“Maafkan Putri seeta jika
perkataanya menyakitimu.”
“Saya minta maaf. Saya sadar saya
memang salah. saya memang tidak pantas berda di istana ini,,,,” butiran bening
mulai membasahi pipi Anjali. Ratu nandini memeluk Anjali.
“Aku tahu ini memang sulit bagimu.
Kau adalah gadis yang selalu melakuan apa yang kau inginkan. Dan aku tahu bahwa
itu adalah hakmu. Tapi keadaan memaksamu untuk hidup di istana ini menjadi
calon Ratu dari bangsa yang besar ini. Dimana seorang ratu memiliki posisi
penting untuk menentukan kebijakan dalam Istana dan menjadi panutan bagi
rakyatnya. Aku tahu kau tidak pernah menginginkan semua ini. aku tahu Kau belum
terbiasa dengan aturan Istana ini. Tapi, aku yakin suatu saat nanti kau akan
beradaptasi bahkan menyukai istana ini. ”
Ratu Nandini melepaskan pelukannya.
Ia menahan dagu Anjali dengan kedua tangannya dan menatap ke dalam mata Anjali
“Sejak pertama kali aku melihatmu,
aku yakin bahwa kau wanita yang paling pantas untuk mendampingi Rahul. Dan aku
yakin kau memiliki kemampuan untuk menghadapi semua tantangan yang ada di
hadapnmu.” Ratu Nandini tersenyum.
@@@
“Maafkan aku, Kiran.! ujar anjali
pada kiran yang baru saja kembali dari ruangan Putri Seeta.
“Sudahla Nona, tidak apa-apa. Ini
memang salah saya.” Kiran mengelak.
“Tapi, kau dimarahi Putri Seeta itu
karena aku. Aku janji aku akan menuruti semua perkataanmu. Aku janji tidak akan
melanggar peraturan lagi. Kalau ada keinginanku yang akan melanggar, maka kau
boleh memarahiku.” ucap Anjalai dengan sungguh-sungguh.
Kiran tersenyum mengangguk. Anjali
langsung memeluknya erat.
“Nona, jangan memeluk saya seperti
ini. Saya tidak bisa bernapas” Anjali melepaskan pelukannya. Keduanya pun
tertawa bak sehabat karib.
@@@
Malam mulai larut. Sebagian besar
penghuni istana sudah kembali ke peraduannya. Hanya beberapa pengawal saja yang
bertugas untuk menjaga istana masih terjaga. Anjali keluar dari pavilunnya dan
berjalan mengikuti langkah kakiny menyusuri koridpr-koridor istana.
“Nona, Anda mau kemana?” tanya Kiran
“Aku hanya ingin berjalan-jalan
mengirup udara segar.” jawab Anjali seraya melanjutkan langkah kainya. Kiran
mengangguk. ia bermaksud mengikuti Anjali.
“Kiran, kau boleh beristirahat. Aku
ingin sendiri. lagi pula aku hanya berjalan-jalan mengelilingi istana, jadi
tidak butuh pengawalan.”
@@@
Walaupun sudah hampir dua bulan
Anjali berada di istana, namun Anjali masih belum memamhami seluk beluk istana.
Di malam yang larut itu, Anjali tidak tahu harus pergi kemana. ia menuruti saja
langkah kaki yang membawanya ke lantai tertinggi Istana, tepatnya di menara
Istana. Anjali diam memandangi anak tangga menuju atas menara. Seperti ada
sesuatu yang mendorong hatinya untuk menuju ke atas menara.
satu persatu anak tangga ia naiki
dan ternyata di atas menara terdapat sebuah ruangan yang nampak bersih dan
indah serta terawat.
“Apakah menjadi keluarga kerajaan
adalah sebuah berkah atau kutukan? Aku tidak pernah menginginkan semua ini. Aku
tidak pernah menginginkan menjadi keluaraga kerajaan apalagi menjadi raja. Aku
hanya ingin hidup bersama orang yang kucintai di tengah-tengah orang yang
mencintaiku. Tapi kenapa Tuhan, kau mengambil semuanya. Ayah, Rohan dan kini
kau ingin mengambil Anjali dariku. Apakah seorang raja memang tidak pantas
untuk memiliki cinta? Jawab aku. Mengapa kau mengambil semuanya? Dan mengapa
semua orang harus berkorban untukku. Rohan…. bukankah kita berjanji bahwa kita
akan selalu bersama. Tapi mengapa kau meninggalkanku? Dan mengapa kau
mengorbankan hidupmu demi aku.” Teriak Rahul. Ia tak kuasa berdiri.
“Mengapa Tuhan??? semua ini terjadi
padaku?/?” Kepala Rahul menengadah. Isak Rahul sambil meremas lemabarn kertas
yang berada di tangannya.
Tanpa anjali sadari, kakinya
melangkah mendekati Rahul
“Rahul…..” ucap anjali lirih Ia
memegang pundak Rahul. Rahul menoleh. Ia menatap Anjali sendu.
“Anjali…” bisik Rahul.
anjali berlutuk di hadapan Rahul. Ia
memegang pipi Rahul. Rahul merespon dengan langsung memeluknya.Rahul menangis
dipelukan Anjali.
Anjali mengelus lembut punggung
Rahul. ia tidak tahu harus melakukan apa karena ia jugai merasakan sesuatu
dalam hatinya seakan merasakan sakit yang Rahul rasakan.
beberapa saat kemudian, isakan tangis
Rahul pelan-pelan menghilang dan berganti hembusan napas hangat Rahul. Rahul
tertidur di pelukan Anjali.
menegtahui hal itu, hati anjali
sedikit lega. Ia mengubah posisi Rahul agar tertidur di pangkuannya. kini ia
bisa melihat wajah seorang raja yang penuh tekanan terlelap dengan tenang
dipangkuannya. Ia mengelus mata Rahul, terlihat dengan jelas kantung matanya
yang menadakan sudah berhari-hari ia tidak beristirahat.
Tiba-tiba mata anjali melihat sebuah
agenda yang digenggam Rahul. karena penasaran ia mengambilnya dan membacanya.
dilembar pertama
Janji Rahul dan Rohan
Kami akan selalu bersama selamanya
dan akan selalu saling mangasihi dan menyayangi.
Kami akan selalu jujur satu sama
lain dan tidak boleh ada yang disembunyikan.
Tanggal
10-10-1981
Surat pengakuan 1
“kakak, maaf ya aku mengambil
cokelatmu. Aku lapar, jadinya aku mangambil jatah cokelat punyamu. sekali lagi
aku minta maaf ya…!
Surat pengakuan 3
Aku harap jika suatu saat nanti kau
membaca surat pengakuan ini, kau tidak akan marah padaku. kakak, maafkan aku,
aku sudah membaca surat pengakuanmu, sekarang aku tahu siapa gadis yang kau
cintai selama ini. Maaf ya jika aku diam-diam membaca surat pengakuanmu,
habisnya kau tidak mau terbuka padaku.
Surat pengakuan 7
Aku iri padamu, Ayah lebih sayang
padamu.
surat pengakuan 9
kakak, sekarang aku tahu mengapa
dewan istana lebih menginginkanku menjadi putra mahkota. Mereka menganggap aku
orang yang lemah sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Tapi aku tidak akan
membiarkan harapan mereka terkabul. kau harus menjadi putra mahkota.
Surat pengakuan ke 15
Sekarang aku tahu seberapa besar kau
mencintai Anjali. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku
mendukungmu menjadi putra mahkkota ataukah harus membantumu meraih cinta
anjali?
Surat pengakuan ke 18
kau adalah orang yang pantas untuk
menjadi putra mahkota. maafkan aku jika aku harus memaksa ayah untuk
menjadikanku putra mahkota. Aku tidak punya pilihan lain. Aku ingin kau meraih
cintamu. Aku sudah bosan melihat istana ini diurus oleh orang yang tidak punya
hati. Aku piker kau memiliki kekuatan
yang lebih untuk mempertahankan cintamu. aku harap keputusan ini tidak salah.
Surat pengakuan 21
Aku
merasa nyawa ayah terancam. Entah kenapa perasaanku mengatakan kalau seseorang
ingin membunuh ayah. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak ingin menjadi
raja. Aku menjadi putra mahkota hanya sementara agar kau punya kesempatan untuk
memiliki cinta anjali.
Anjali menutup agenda Rohan dengan
linangan air mata. Dia memandang wajah Rahul dan mengelus lembut rambutnya.
“Aku sangat mencintaimu. Tapi hatiku
masih sakit karena kebohonganmu” bisik Anjali dalam hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar