Rabu, 24 Agustus 2016

Fanfiction Bollywood BECAUSE I LOVE YOU part 11



BECAUSE I LOVE YOU part 11
Kamar Raja Yash terdengar sunyi. Hanya suara bip..bip..bip.. dari alat bantu jantung yang menghiasi kesunyian kamar Raja Yash. Ratu nandini, Rajkumaari Seema, Putri Pooja, Rakkumaar Pratap yang sekaligus Ketua Dewan Kerajaan serta Rajkumaar Rahul berada di kamar tersebut. Mereka mengamati para dokter yang sedang berusaha menstabilkan kondisi Raja Yash.
            “Apakah perlu kita membawa Raja Yash ke rumah sakit ataupun ke luar nege…”Kalimar Rahul terpotong. Raja yash menyentuh tangan Rahul yang berda di sisi kiri beliau. Kelopak mata Raja yash terbuka.
            “Maharaj…” seru Rahul senang. Raja yash telah sadar. Semua orang ikut berbahagia.
            Raja Yash menyapukan pandangannya ke sekelilingnya. Terlihat Ratu Nandini dan Rajkumaari Seeta yang berdiri berdampingan di ujung sisi tempat tidur. Raja yash bisa menangkap raut wajah kesedihan dalam diri keduanya. Putri pooja tak lepas dari pandangan Raja Yash yang berdiri memeluk Ratu Nandini. Raja Yash tersenyum melihat Pooja yang telah berangsur-angsur melupakan kesedihan ditinggal Rohan.
            “saat ini, saya hanya ingin bersama keluargaku.! ucap Raja yash terbata-bata dari balik tabung oksigennya. Menegrti apa yang diinginkan raja Yash, para dokter dan suster berbalik dan meninggalkan kamar Raja Yash.
            Beberapa detik setelah suster dan dokter pergi, pintu kamar Raja yash terbuka.
            “Namaste” Anjali memberi salam diringi senyum yang mengembang di bibirnya. Rajkumaari Seeta dan yang lain kaget melihat kedatangan Anjali, terutama Rahul. Rajkumaar Pratap langsung menghampiri Anjali dan lansung menegurnya dengan keras.
            “Anda tidak seharusnya di sini. Tidak sembarang orang bisa masuk kamar pribadi Raja Yash.
            “Maaf, saya hanya ingin menjenguk Raja yash. Itu saja.”
            “Anda lihat orang-orang di luar sana? Pejabat, Bansawan bahakan para pegawai ber dir di luar istana Raja Yash. Anda piker mereka ingin apa? Mereka juga ingin menjenguk Raja yash. Tapi mereka menegrti aturan istana yang tidak membolehkan sembarang orng masuk kamar Raja Yash. “ cela Rajkumaar Pratap. “hei pelayan… apakah kau tidak memberitahu tuanmu untuk tidak masuk ke ruangan ini?” hardik Pangeran Pratap pada Kiran yang merasa bersalah. Kiran hanya menunduk dan berulangkali meminta maaf.
            “Kiran tidak bersalah. Jangan salahkan dia. dia sudah memberitahu saya tentang siapa yang boleh masuk dan tidak boleh masuk ke ruangan ini. Tapi, tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa tamu dilarang memasuki istana Raja Yash. Dan setahu saya, saya masih berstatus tamu terlebih lagi saya adalah rakyat India. Jadi tidak ada aturan yang melarang seoranga rakyat ataupun tamu untuk menjenguk rajanya.” balas Anjali tak kalah sengit
            “Rakyat India… Tapi coba anda pikirkan rakyat macam apa anda? anda hanya……”
            “Paman…” Rahul menyela ucapan Pangeran Pratap. Ia langsung menghampiri Anjali.
            “Nona Anjali, sebelumnya saya minta maaf. Mungkin untuk kali ini anda tidak bisa menjenguk Raja Yash. Raja Yash sedang beristirahat. Mungkin lain kali saja…” ucap Rahul. Matanya tak berani menatap mata Anjali. ia masih merasa bersalah.
            “Anjali…”panggil Raja yash dibalik tabung oksigen. “kemarilah nak..” ucap Raja yash lirih dan terbata-bata.
            Anjali berjalan mendekati tempat tidur Raja yash dan berdiri di sisi kiri beliau. Anjali member hormat dan menynuggingkan senyum sebisanya. Keadaan kaku. ini adalah pertama kalinya anjali bertemu dengan ratu nandini, putrid seta dan putrid pooja setelah insiden wawancara di acara perkenalan resmi anjali. Raja yash tersenyum dan member isyarat agar anjali lebih mendekat.
            “Apa kabar maharaj?” tanya anjali ragu. Raja yash tesenyum. . Ia meraih tangan Anjali dan menggenggamnya. Anjali agak kikuk. Raja Yash menarik anjali agar mendekatkan wajahnya. Anjali menurutinya. Tangan Raja yash meRaja Yash meraih wajah anjali dan mengelu lembut pipinya. kini Raja yash bisa melihat ke dalam mata Anjali
            “kau baik-baik saja?” tanya raja yash terbata-bata. Anjali mengangguk lemah.
            “Rahul tidak salah memilihmu.”
            Tangan kanan raja yash meraih tangan rahul dan menyatukannya dengan tangan Anjali.
            “Aku tidak akan bisa lagi membantu kalian. Sekarang kalian sendiri yang harus memperjuangkan cinta kalian. Jangan pernah menyerah.”
            “Ayah, ku mohon jangan bicara seperti itu.”  Anjali berusaha tersenyum dihadapan raja Yash. Kedua istri Raja Yash kini mulai terisak
            Raja Yash memandang satu persatu anggota keluarganya
            “Nandini,,, Seeta,,,, Pooja,,,, Rahul,,, Anjali… aku bangga memiliki kalian….” Suara Raja Yash menghilang diiringi kelopak matanya yang pelan-pelan tertutup.
            “Maharaj…” Isak Ratu Nandini dan putri seta berbarengan.
@@@
            Kerajaan India berduka kembali. Belum dua bulan pangeran Rohan meningalkan dunia untuk selama-lamanya, kini Sang raja juga harus berpulang. Kesedihan nampak dirasakan oleh seluruh kerajaan India. Bahkan langit india pun ikut berduka atas wafatnya raja yang mereka hormati.
            “Jujur, aku benci sekali dengan raja yash. Karena belialah yang telah merenggut kebebasan dan kebahagiaanku. Bukankah aku seharusnya aku bahagia beliau telah tiada. namun entah kenapa aku mersa sebongkah bara api bersemayam dalam hatiku sehingga mendorong airmataku untuk jatuh meratapi kepergiannya.” Mata Anjali menerawang jauh melintasi barisan awan mendung di langit India dari balik jendela pavilunnya. Sedang televisi yang sedang menyiarkan secara live penobatan Rahul sebagai raja yang baru diruangannya dibiarkan menyala.
            “Semua orang pantas merasa kehilangan raja yash. Beliau raja yang sangat baik dan bijaksana sehingga tak heran seluruh rakyat sangat kehilangan beliau.”
            Kiran mengahmpiri Anjali
            “Jangan menangis, Nona. Air mata Nona akan semakin membuat Kondisi istana ini semakin rapuh. Sekarang hapuslah airmata Nona. Kita harus segera ke kuil. Lihatlah, Penobatan pangeran Rahul sebagai raja sudah selesai.” Kiran melirik televise flat yang berada di tengah ruangan. “Sebentar lagi upacara kremasi raja yash akan dilaksanakan.
@@@
            Di perjalanan menuju kuil, tampak Rahul dan para pengawalnya juga menuju arah kuil. Anjali dan rombongannya berhenti untuk memebri kesempatan rombongan Raja lewat terlebih dahulu.
            “Maharaj..” Anjali memberi hormat. Rahul berhenti.
            Hatiku terasa sakit ketika semua orang memanggilku dengans ebutan itu. Dan hatiku lebih sakit ketika kau juga memangilku dengan sebutan itu.” Mata Rahul berkaca-kaca menahan air matanya. Ia langsung berlalu
            “Maaf” gumam anjali dalam hati
@@@
            Sejak diangkat menjadi Raja, Rahul tenggelam dalam kesibukan menjalankan tugas kenegaraannya. Sampai-sampai, jawdal yang sudah diatur untuk sarapan pagi dengan Anjali tidak pernah dipenuhinya. Setiap harinya Anjali harus mendaptkan kecewa karena rahul tak kunjung memenuhi jadwal untuk sarapan ataupun bertemu dengan Anjali. Di satu sisi Anjali merasa lega karena tidak harus bertemu dengan rahul namun tanpa adari ada rasa rindu menyelimuti dirinya.
            Tak hanya itu, sejak kematian Raja Yash, jadwal rutinitas ANjali untuk mendapatkan pelajaran tentang Istana juga dihentikan. Setelah ditelusuri ternyata, Rahullah yang meminta untuk mengehntikannya. Tak ayal, anjali tidak punya aktifitas apapun di Istana. Yang ia lakukan hanyalah tidur, makan, nonto Tv dan mengobrol dengan pelayan istana serta berjalan-jalan mengelilingi Istana wanita.
            Suatu hari di pagi hari yang cerah, Anjali telah bersiap dengan baju olahraga serta handuk kecil di lehernya. Ia keluar dari pavilunnya dan berlari-lari kecil tanpa sepengerahuan Kiran.
            “nona, Anda mau kemana?” teriak Kiran dari belakang. Ia berlari mengejar Anjali dengan baju formalnya dan sepatu fantoflenya yang tinggi. Kiran nampak lucu sekali.
            “Ayo kiran, kejar aku.” goda Anjali sambil tertawa.
            Tak terasa Anjali berlari sudah hampir melewati batas Istana Wanita.
            “Nona, jangan kesana.” Teriak kiran.
            Anjali berhenti sehingga Kiran bisa menyusulnya.. Anjali menangkap sebuah tempat yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Danau.
            “Danau, aku baru tahu kalau istana ini memiliki danau
            “Kenapa?”
            “Di sana adalah daerah  Istana Pria. Waniat tidak boleh kesana.” tutur Kiran sambil mengatur nafasnya.
            “Aku ingin kesana.” Anjali menunjuk kearah danau buatan yang sedang ramai para putra bangsawan berkumpul.
            Kiran terbelalak kaget. Di tengah kekagetannya, Anjali sudah kembali berlari kea rah danau.
@@@
            Tatapan aneh menyambut kedatangan anjali dan kiran di area danau. Namun anjali tetap saja cuek dan asyik menikmati pertandingan canoe yang dilakukan oleh para putra bangsawan india. Menyadari kehadiran orang yang berbeda dengan mereak, para putra bangsawan menghentikan kegiatannya. Beberapa putra bangsawan menepi dan emnghampiri Anjali
            “Hei, Ngapain kalian berdua kesini?” gertak pria berbadan besar dengan Jenggot lebat di dagunya. Dia adalah Raju. Putra dari salah satu bangsawan India yang selalu menjuarai pertandingan canoe antar bangsawan.
            Kiran menggenggam erat tangan Anjali.
            “Nona, ayao kita pergi. Kita akan mendapatkan masalah.” Ujar Kiran takut. Ia tak berani menatap Raju. Anjali tesenyum tenang.
            “Kami tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ingin melihat kalian bermain Canoe. Itu saja.” sahut Anjali tenang.
            “Hei, Pelayan! Apa Kau tidak memebri tahu tuanmu yang anak pelacur ini untuk tidak kearea ini.”
            “Saya minta maaf tuan. Kami akan segera pergi” Ujar Kiran. Ia menarik tangan anjali agar pergi. Namun Anjali menepisnya.
            “Mengapa kami tidak boleh kesini. Apakah kalian takut dikarenakan cara bermain canoe kalian salah?” Anjali tersenyum sinis
            “Apa kau bilang? Cara bermain canoe kami salah? hei, siapa kau berani mengatakan cara kami salah. Kau hanya anak pelacur yang beruntung bisa ditunangkan dengan raja. Tapi aku yakin pertunangan itu akan dibatalkan. haha…” seluruh putra bangsawan tertawa.
            “Aku berani mengatakan itu karena aku tahu bagaimana cara bermain yang benar.”
            “kau tahu, aku adalah juara pertandingan canoe nasional.”
            “Aku tidak percaya dengan permainan seburuk itu kau bisa menjuarai turnamen canoe nasional. Jangan-jangan kau menyogok peserta canoe yang lain.”
            “Kau berani ya bicara seperti itu. Kau belum tahu kemampuanku. Kalau begitu kita buktikan saja”
            “Oke, siapa takut. Tapi kalau kau kalah, jangan menangis ya…hehe” ledek Anjali.
            Raju mengambil Canoenya sedang anjali diberikan pinjaman oleh salah satu putra bangsawan
            Pertandingan berjalan sangat seru. Bahkan menyita perhatian sebagian besar pelayan Istana dan pengawal Istana walaupun mereka memperhatikan dari kejauhan pertandingan tersebut. Para putra bangsawan yang ada bersorak menyemangati Raju. Namun, Anjali berhasil mencapai finis terlebih dahulu dengan gap yang besar.
            “Nona, anda keren sekali.” seru Kiran. seraya membantu Anjali naik ke daratan. Para putra bangsawan hanya bisa tertunduk malu.
            Beberapa saat kemudian Raju mencapai finis dengan wajah kesal menahan amarah. Anjali menjulurkan tangannya untuk membantu ke daratan. Namun, Raju tepis.
            Raju dan para putra bangsawan langsung pergi. Namun masih sempat mengancam Anjali.
            “Awas, kau….!”
            Anjali hanya tersenyum mengiringi kepergian para putra bangsawan itu.
            “Saya tidak menyangka Nona bisa bermain canoe dan mengalahkan Tuan Raju. Padahal dia adalah atlet canoe nasional.”
            “Aku juga seorang atlet canoe. Dulu aku pernah menjuarai pertandingan Canoe internasional antar mahasiswa”
            “Wow, Keren!!!” seru Kiran terkagum-kagum.
            “Lupakan saja. Kau tahu, tadi aku melihat banyak ikan-ikan di danau ini. Ayo kita tangkap beberapa dan kita bisa barbequean.” Anjali memainkan alis tebalnya.
            “Tapi, Nona. Kita gak punya peralatannya. Lagian, kita sudah melanggar Nona”
            “Sudahlah, sekarang aku tidak ingin mendengar tentang hal itu.” Anjali langsung menceburkan dirinya ke danau yang dalamnya hanya sebatas pinggang
            “Nona, Apa yang anda lakukan?”
            “Menangkap ikan.” seloroh Anjali. Matanya sibuk memperhatikan gerakan ikan.
            “Kita tidak punya peralatannya”
            “Tapi kita masih punyadua tangan kan?” Anjali menunjukkan kedua tangannya yang sudah berlumuran lumpur. 
            “Nona, Jangan…!!!” tolak Kiran. Namun sudah terlambat. Anjali sudah menarik tubuh Kiran. Kiran terjatuh. badannya basah kuyup. Anjali tertawa terbahak-bahak.
            Tanpa disadari, dari kejauhan, beberapa pasang mata memperhatikan keduanya.
            “Biarkan Anjali melakukan apa yang dia inginkan” ujar Rahul pada Karan yang berada di belakangnya.
            Tanpa disadari, Rahul menyunggingkan senyumnya melihat Anjali yang sedang tertawa bahagia. Bersamaan dengan itu, Karan juga ikut tersenyum melihat Rajanya kembali tersenyum.
@@@
            “Brukkkk….” Putri Seeta melemparkan setumpukan Koran dan majalah ke meja tepat di depan Anjali yang sedang melamun memandang barisan awan dilangit. Anjali kaget namun mampu menguasai dirinya. Ia segera member hormat.
            “Apa yang telah kau lakukan Anjali.” hardik putrid Seeta. Ia tak kuasa menahan amarahnya. keanggunan yang selama ini ia pertahankan runtuh. Sedangakn Ratu nandini hanya diam dan memperhatikan saja tanpa memberikan komentar apapun
            Dengan ragu anjali mengambil Koran tersebut dan membaca satu persatu headline yang terpampang di Koran.
            “Putri,, saya…” Anjali mencoba untuk menjelaskan
            “Sudah, cukup. aku tidak mau dengar penjelasan apapun dari kamu.
            “Maaf”
            “Hanya itu saja yang bisa kau katakan. Tidak bisakah kau melakukan sesuatu yang tidak mebuat istana ini dan Negara ini kacau. Lihat apa akibat dari semua kelakuanmu. Negara ini kacau, kurs rupee turun, saham-saham turun drastis, dan Negara sahabat membicarakan ini semua. dan dewan istana menekan Rahul untuk membatalkan pertunangannya denganmu. Anjali, bisakah kau piker dulu sebelum bertindak. Kau adalah calon tunangan dari raja Negara ini. Kau diperhatikan semua orang, kau menjadi panutan semua orang. Jika calon ratu mereka seperti ini, bagaimana Negara lain akan berpikir tentang kita.” Emosi putri seta meledak.
            Anjali tertunduk diam.
            “Setudaknya, kau pikirkan tentang Rahul.” Nada bicara putrid seta menurun.
            “Rahul sudah menanggung beban yang terlalu besar. Negara ini, Istana ini dan kau. Dia tengah berusaha meredam berita tentang latar belakngmu namun kau malah menambhanya dengan kelakuanmu yang melanggar aturan Istana. Sudah terlalu banyak yang Rahul pikirkan dan yang harus Rahul urus, sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Cobalah untuk peduli padanya atau setidaknya kasihanilah dia.” Ujar Ratu seta seraya pergi.
            Anjali diam merenungi apa yang telah ia lakukan. Ratu Nandini yang sudah duduk di sampingnya mengelus rambut Anjali yang terurai hingga membuat Anjali sadar dari lamunannya. Ratu Nandini tersenyum datar.
            “Maafkan Putri seeta jika perkataanya menyakitimu.”
            “Saya minta maaf. Saya sadar saya memang salah. saya memang tidak pantas berda di istana ini,,,,” butiran bening mulai membasahi pipi Anjali. Ratu nandini memeluk Anjali.
            “Aku tahu ini memang sulit bagimu. Kau adalah gadis yang selalu melakuan apa yang kau inginkan. Dan aku tahu bahwa itu adalah hakmu. Tapi keadaan memaksamu untuk hidup di istana ini menjadi calon Ratu dari bangsa yang besar ini. Dimana seorang ratu memiliki posisi penting untuk menentukan kebijakan dalam Istana dan menjadi panutan bagi rakyatnya. Aku tahu kau tidak pernah menginginkan semua ini. aku tahu Kau belum terbiasa dengan aturan Istana ini. Tapi, aku yakin suatu saat nanti kau akan beradaptasi bahkan menyukai istana ini. ”
            Ratu Nandini melepaskan pelukannya. Ia menahan dagu Anjali dengan kedua tangannya dan menatap ke dalam mata Anjali
            “Sejak pertama kali aku melihatmu, aku yakin bahwa kau wanita yang paling pantas untuk mendampingi Rahul. Dan aku yakin kau memiliki kemampuan untuk menghadapi semua tantangan yang ada di hadapnmu.” Ratu Nandini tersenyum.
@@@
            “Maafkan aku, Kiran.! ujar anjali pada kiran yang baru saja kembali dari ruangan Putri Seeta.
            “Sudahla Nona, tidak apa-apa. Ini memang salah saya.” Kiran mengelak.
            “Tapi, kau dimarahi Putri Seeta itu karena aku. Aku janji aku akan menuruti semua perkataanmu. Aku janji tidak akan melanggar peraturan lagi. Kalau ada keinginanku yang akan melanggar, maka kau boleh memarahiku.” ucap Anjalai dengan sungguh-sungguh.
            Kiran tersenyum mengangguk. Anjali langsung memeluknya erat.
            “Nona, jangan memeluk saya seperti ini. Saya tidak bisa bernapas” Anjali melepaskan pelukannya. Keduanya pun tertawa bak sehabat karib.
@@@
            Malam mulai larut. Sebagian besar penghuni istana sudah kembali ke peraduannya. Hanya beberapa pengawal saja yang bertugas untuk menjaga istana masih terjaga. Anjali keluar dari pavilunnya dan berjalan mengikuti langkah kakiny menyusuri koridpr-koridor istana.
            “Nona, Anda mau kemana?” tanya Kiran
            “Aku hanya ingin berjalan-jalan mengirup udara segar.” jawab Anjali seraya melanjutkan langkah kainya. Kiran mengangguk. ia bermaksud mengikuti Anjali.
            “Kiran, kau boleh beristirahat. Aku ingin sendiri. lagi pula aku hanya berjalan-jalan mengelilingi istana, jadi tidak butuh pengawalan.”
@@@
            Walaupun sudah hampir dua bulan Anjali berada di istana, namun Anjali masih belum memamhami seluk beluk istana. Di malam yang larut itu, Anjali tidak tahu harus pergi kemana. ia menuruti saja langkah kaki yang membawanya ke lantai tertinggi Istana, tepatnya di menara Istana. Anjali diam memandangi anak tangga menuju atas menara. Seperti ada sesuatu yang mendorong hatinya untuk menuju ke atas menara.
            satu persatu anak tangga ia naiki dan ternyata di atas menara terdapat sebuah ruangan yang nampak bersih dan indah serta terawat.
            “Apakah menjadi keluarga kerajaan adalah sebuah berkah atau kutukan? Aku tidak pernah menginginkan semua ini. Aku tidak pernah menginginkan menjadi keluaraga kerajaan apalagi menjadi raja. Aku hanya ingin hidup bersama orang yang kucintai di tengah-tengah orang yang mencintaiku. Tapi kenapa Tuhan, kau mengambil semuanya. Ayah, Rohan dan kini kau ingin mengambil Anjali dariku. Apakah seorang raja memang tidak pantas untuk memiliki cinta? Jawab aku. Mengapa kau mengambil semuanya? Dan mengapa semua orang harus berkorban untukku. Rohan…. bukankah kita berjanji bahwa kita akan selalu bersama. Tapi mengapa kau meninggalkanku? Dan mengapa kau mengorbankan hidupmu demi aku.” Teriak Rahul. Ia tak kuasa berdiri.
            “Mengapa Tuhan??? semua ini terjadi padaku?/?” Kepala Rahul menengadah. Isak Rahul sambil meremas lemabarn kertas yang berada di tangannya.
            Tanpa anjali sadari, kakinya melangkah mendekati Rahul
            “Rahul…..” ucap anjali lirih Ia memegang pundak Rahul. Rahul menoleh. Ia menatap Anjali sendu.
            “Anjali…” bisik Rahul.
            anjali berlutuk di hadapan Rahul. Ia memegang pipi Rahul. Rahul merespon dengan langsung memeluknya.Rahul menangis dipelukan Anjali.
            Anjali mengelus lembut punggung Rahul. ia tidak tahu harus melakukan apa karena ia jugai merasakan sesuatu dalam hatinya seakan merasakan sakit yang Rahul rasakan.
            beberapa saat kemudian, isakan tangis Rahul pelan-pelan menghilang dan berganti hembusan napas hangat Rahul. Rahul tertidur di pelukan Anjali.
            menegtahui hal itu, hati anjali sedikit lega. Ia mengubah posisi Rahul agar tertidur di pangkuannya. kini ia bisa melihat wajah seorang raja yang penuh tekanan terlelap dengan tenang dipangkuannya. Ia mengelus mata Rahul, terlihat dengan jelas kantung matanya yang menadakan sudah berhari-hari ia tidak beristirahat.
            Tiba-tiba mata anjali melihat sebuah agenda yang digenggam Rahul. karena penasaran ia mengambilnya dan membacanya.
            dilembar pertama
            Janji Rahul dan Rohan
            Kami akan selalu bersama selamanya dan akan selalu saling mangasihi dan menyayangi.
            Kami akan selalu jujur satu sama lain dan tidak boleh ada yang disembunyikan.
Tanggal 10-10-1981
            Surat pengakuan 1
            “kakak, maaf ya aku mengambil cokelatmu. Aku lapar, jadinya aku mangambil jatah cokelat punyamu. sekali lagi aku minta maaf ya…!

            Surat pengakuan 3
            Aku harap jika suatu saat nanti kau membaca surat pengakuan ini, kau tidak akan marah padaku. kakak, maafkan aku, aku sudah membaca surat pengakuanmu, sekarang aku tahu siapa gadis yang kau cintai selama ini. Maaf ya jika aku diam-diam membaca surat pengakuanmu, habisnya kau tidak mau terbuka padaku.

            Surat pengakuan 7
            Aku iri padamu, Ayah lebih sayang padamu.

            surat pengakuan 9
            kakak, sekarang aku tahu mengapa dewan istana lebih menginginkanku menjadi putra mahkota. Mereka menganggap aku orang yang lemah sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Tapi aku tidak akan membiarkan harapan mereka terkabul. kau harus menjadi putra mahkota.

            Surat pengakuan ke 15
            Sekarang aku tahu seberapa besar kau mencintai Anjali. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku mendukungmu menjadi putra mahkkota ataukah harus membantumu meraih cinta anjali?

            Surat pengakuan ke 18
            kau adalah orang yang pantas untuk menjadi putra mahkota. maafkan aku jika aku harus memaksa ayah untuk menjadikanku putra mahkota. Aku tidak punya pilihan lain. Aku ingin kau meraih cintamu. Aku sudah bosan melihat istana ini diurus oleh orang yang tidak punya hati.  Aku piker kau memiliki kekuatan yang lebih untuk mempertahankan cintamu. aku harap keputusan ini tidak salah.

Surat pengakuan 21
            Aku merasa nyawa ayah terancam. Entah kenapa perasaanku mengatakan kalau seseorang ingin membunuh ayah. Aku tidak mau hal itu terjadi. Aku tidak ingin menjadi raja. Aku menjadi putra mahkota hanya sementara agar kau punya kesempatan untuk memiliki cinta anjali.
            Anjali menutup agenda Rohan dengan linangan air mata. Dia memandang wajah Rahul dan mengelus lembut rambutnya.
            “Aku sangat mencintaimu. Tapi hatiku masih sakit karena kebohonganmu” bisik Anjali dalam hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar