BECAUSE I LOVE YOU part 8
“Kiran,
apakah ini tidak terlalu berlebihan?” Anjali memandang dirinya yang terlihat
sangat berbeda dengan kesehariaanya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berbusana
dan berpenampilan seperti ia sekarang. Dengan lehenga berwarna hijau dan segala
aksesoris yang ia kenakan, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
“Malahan ini sangat sederhana
dibandingkan dengan Putri-putri yang lain.”
“Tak bisakah aku memakai bajuku
saja. paling tidak aku memakai baju seprti kemarin anarkali atau salwar kameez.
aku benci pakai rok.” Gerutu Anjali
“Tidak bisa, Nona. Istana memiliki
aturan tersendiri terhadap busana yang dikenakan oleh anggota kerajaan. Dan
untuk kali ini memang anda diwajibkan memakai lehengga.” Papar Kiran sambil mengaitkan sisi selendang
anjali menajadi keruding.
Anjali kecewa.
@@@
Semilir angin pagi berhembus
menggerakkan ranting-ranting pohon dan bunga-bunga di taman samping Istana.
Terlihat Anjali yang sedang duduk menghadap meja bundar yang dihiasi
bunga-bunga. Sesekali anjali merapikan kerudungnya yang terlepas tertiup angin.
10 menit berlalu, namun orang yang
diperintahkan untuk ditunggu tak kunjung menampkkan batang hidungnya.
“Sampai kapan aku harus menunggu, Kiran.” Tanya
Anjali pada Kiran yang berada di belakangnya.
“Sabar, Nona. sebentar lagi beliau
akan datang. Mungkin sekarang beliau sedang berdoa di kuil.”
Tiba-tiba dari kejauhan terlihat
seseorang yang diikuti oleh bebrapa pengawal berjalan menuju arah Anjali. Tanpa
dikomando, para pelayan langsung berbaris rapi dan memberi salam hormat
pada Rahul. Sedang Anjali bergeming. Ia duduk diam tanpa menoleh pada Rahul
yang sudah duduk di hadapannya.
“Maaf, sudah membuatmu menunggu
lama.” sapa Rahul ramah.
“Perkenalkan, namaku Rahul. Dan
anda?” Ujar Rahul sopan.
“Masa anda tidak mengetahui nama
saya. Bukankah orang tua anda yang sudah memerintahkan saya ke istana ini
untuk…” Anjali ragu.” ah…lupakan saja.’ sambungnya ketus.
“Sekali lagi saya mohon maaf jika
semua ini membuat anda tidak nyaman, Nona Anjali Sharma.” Rahul tetap
memberikan senyum terbaiknya. Dengan sweater turtlenecknya ia terlihat cool
ditambah kacamata minus yang terpasang di wajahnya menambah kesan cool dan
cerdas.
Acara sarapan pagi pertama Rahul dan
Anjali terasa sangat membosankan. Hampir tidak ada satupun percakapan yang
tercipta. Anjali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ditambah lagi setiap Rahul
ingin memulai obrolan, Anjali meresponnya dengan sikap yang cuek bahkan
cenderung jutek.
“Saya harap anda merasa nyaman di
Istana ini.” ucap Rahul sebelum meninggalkan meja makan.
@@@
“Nona Anjali, ini semua adalah
agenda selama anda menjalani process penyesuaian diri di Istana ini.”
Anjali menerima tumpukan
kertas yang diberikan Kepala Rumah Tangga Istana. Matanya terbelalak membaca
setiap huruf demi huruf di atas kertas-kertas tersebut.
“Pelajaran ketatanegaraan, public speaking,
keuangan, table manner,,,,Haruskah saya mempelajari ini semua?”
“Yeah, Anda adalah calon yang
diajukan langsung oleh Ratu Nandini dan Putri Seeta menjadi istri sekaligus
Ratu kerajaan ini. jadi saya harap anda sudah bisa cepat memahami semua ini agar
anda layak menjadi ratu negeri ini. Dan satu lagi, saya harap anda bisa menjaga
sikap anda. Sekarang anda menjadi pusat perhatian wartawan nasional bahkan
internasional. jika anda melakukan sedikit saja kesalahan maka anda akan
menyulitkan semua orang. Terimakasih.” Ujar Nyonya Shanti tanpa basa basi. Ia
langsung meninggalkan anjali yang wajahnya mulai memucat.
“Saya yakin, nona pasti bisa
melakukannya. Semangat.” Kiran mengacungkan kedua tanggnnya untuk menyemangati
Anjali.
@@@
Di sisi lain, para wartawan
berlomba-lomba untuk mengetahui
lebih jauh tentang Anjali, calon istri pangeran rahul. Bahkan setiap hari, para
wartwan itu menunggu didepan pagar istana untuk menangkap moment-moment Anjali
sebagai penghuni baru istana, walaupun hasilnya nihil. Tak hanya itu, keadaan
di dalam istana juga heboh dengan rencana pertunangan pangeran rahul dengan
Anjali.
“Bagaimana bisa Maharaj mengambil
keputusan sebesar ini tanpa mempertimbangkan pendapat kami. Ini sudah menyalahi
aturan, Maharaj.” Ucap Pangeran Pratap.
“Aturan apa yang kami
langgar,Pangeran.” Putri seta menyela.
“Seharusnya calon ratu kerajaan ini
berasal dari kalangan bangsawan. Bukan rakyat jelata.”
“ya, benar. selain itu, dewan istanalah yang berhak mengajukan calon
ratu kerajaan ini.”
“Dewan istana berhak mengajukan
calon isteri dari putra mahkota. Ya, kalian benar. sangat benar.”
“Tentu. semua telah diatur oleh Peraturan istana”
“Benar, tapi anda melupakan satu hal
pangeran.”
Para dewan istana saling bertanya-tanya.
“Mahaguru Kripa, anda adalah orang
yang ikut merumuskan tentang undang-undang perkawinan pengeran india sejak
pertama kali india menjadi monarki konstitusional. Anda pasti hafal betul isi
dari undang-undang itu. Sekarang saya ingin bertanya pada anda, apakah hanya
dewan istana yang berhak mengajukan calon istri dari pangeran?”
Mahaguru kripa berpikir. Para dewan
istana menatapnya tajam, menunggu jawaban dari guru kripa.
“Ya, Rajkumaari benar. Ratulah yang
lebih berhak untuk mengajukan calon istri dari pangeran.”
“apa??” para dewan istana terlihat
shock.
Putri Seeta memberi kode pada pelayan pribadinya.
Dengan cekatan, Shilpa, sang pelayan meberikan lembaran kertas pada masing-masing dewan istana.
“Itu adalah salinan dari
undang-undang perkawinan istana. Mungkin ada sebagian dari anda yang belum membacanya. Ratu Nandini telah
menandai beberapa pasal dari undang-undang itu. Silahkan dibaca dan
dipahami.” Putri Seeta melirik Ratu
Nandini yang tersenyum padanya. Raja Yash tersenyum bangga.
“Di dalam Undang-Undang perkawinan
Istana. Dalam pasal 2 ayat satu disebutkan bahwa calon istri pangeran mahkota
diajukan oleh ratu. Dan di pasal 2 ayat
2 menyebutkan bahwa jika ratu tidak bisa mengajukan calon istri untuk pangeran mahkota,
maka masing-masing dewan istana bisa mengajukan gadis yang akan dijadikan calon
istri pangeran mahkota untuk dipilih di sidang istana.” Putri seeta memandang
wajah satu persatu dewan istana.
“Apakah ada yang tidak dimengerti?”
“Akan tetapi, gadis yang diajukan
Ratu, siapa namanya…”
“Anjali Sharma, Tuan Mehra.”
“Ya, Anjali. Dia bukan dari kalangan
bangsawan. Dia bukan bukan seorang bangsawan. Dia tidak tahu tentang kerajaan ini, tradisi, adat dan istiadat
kerajaan ini. Bagaimana bisa dia bisa mengatur Istana ini kelak.”
“Tenang saja, Saya yang memilih
Anjali. dan saya juga yang akan bertanggungjawab terhadap semua itu. Oleh
karena itu, sebelum ditunangkan dengan Pangeran rahul, dia akan ditempa dan
dididik dengan cara Istana. Dan nanti kalian bisa melihat sendiri kemampuan dan
kelayakannya menjadi Calon Ratu Kerajaan India ini.” Ujar Ratu Nandini lembut.
@@@
Keesokan harinya, setelah sarapan
pagi bersama pangeran rahul Anjali harus mengikuti pelajaran demi pelajaran
yang disampaikan oleh guru dan pelatih yang disediakan oleh pihak Istana. Selama satu minggu, Anjali tidak
punya waktu untuk sekadar berjalan-jalan ataupun member kabar pada ayahnya.
Waktunya hanya habis untuk mengikuti pelajaran dan pelatihan tentang bagaimana menjadi seorang Tuan Putri yang
sempurna.
“Aku capek, Kiran.” Keluh Anjali.
Hanya kepada Kiranlah Anjali berkeluh kesah di Istana. Bagi Anjali, Kiran bukan
sebagai pelayannya, tetapi sahabatnya.
Wajah Anjali terlihat sangat
kelelahan. Ia rebahkan badannya di atas kasur. Baru saja ia mendapatkan
pelajaran tentang tatakrama dan sopan santun di istana.
“Sabar, Nona. Saya yakin, Nona pasti
bisa menjalani ini semua.” Ucap Kiran sambil memijit kaki Anjali.
“Apakah semua Tuan Putri Istana
diperlakukan seperti ini?”
“Ya, Nona. Bahkan mereka sudah
dipaksa mengikuti tatacara istana sejak mereka bisa berjalan.”
Mata Anjali menerawang. Tak terasa
airmatanya meleleh.
“Ayah, aku merindukanmu.” bisik
Anjali dalam hati.
@@@
Dengan setia, Kiran menunggui di
depan ruangan dimana anjali mendapatkan pelajraan tentang ke-istana-an.
“Materi apa yang sedang Anjali ikuti
sekarang?” Tanya Rahul.
“Rajkumaar…Mohon maaf,
Rajkumaar”Ucap Kiran kaget menyadari Pangeran Rahul sudah ada di belakangnya.
“Tidak masalah. Materi apa yang
sedang anjali pelajari sekarang.”
“Nona, Anjali sedang mendapat materi
tentang hokum ketatanegaraan dari Guru Drona.”
“Apa dia baik-baik saja?” Kiran
diam.
“Kenapa kau diam?”
“Sejujurnya, Nona Anjali tidak
baik-baik saja, Rajkumaar. Bagaimana beliau baik-baik saja. Setiap hari beliau
dipaksa menerima materi demi materi tentang segala tetek bengek kerajaan dengan
cepat. Padahal, putri-putri bangsawanpun mempelajari semua itu bertahun-tahun.”
“Aku tahu dia pasti tertekan, Kiran.
Aku juga tidak menginginkan seperti ini, Kiran. Tapi ini semua kehendak Raja
yang tak bisa ditolak. Yang terpenting sekarang, kau bersabar untuk menemaninya
dan menyemangatinya.”
“Tentu saja, Rajkumaar. Lalu, untuk
apa anda kemari?”
“Aku hanya ingin memberikan ini
untuk Anjali.” Rahul menyodorkan sebuah kotak transparan sehingga Kiran bisa
menenbaknya.
“oh..Ini gaun untuk acara makan
malam, Rajkumaar? Hm..tenang saja. Saya akan membuat Nona Anjali tampil
secantik mungkin di pertemuan resminya dengan anggota keluarga Istana.”
“Buatlah dia senyaman mungkin” Rahul
tersenyum seraya pergi diikuti Karan, pengawal setianya.
@@@
“Sonali, apakah kau sudah selesai
merias Nona Anjali? Nona anjali harus segera ke ruang makan.” Ujar Kiran agak
gemas melihat Sonali yang tak kunjung selesai dengan pekerjaannya.
“Tunggu sebentar. Nona Anjali harus
tampil sempurna malam ini. Jadi dia butuh waktu yang lama.” Sahut Sonali sambil
mengaitkan kerudung ke kepala Anjali.
“Iya, tapi cepetan.” Kiran makin
gemas. Anjali hanya diam tanpa berkomentar
“Nah, sudah selesai.” Ucap Sonali
riang membanggakan hasil karyanya.
Kiran memperhatikan Anjali dari
ujung kaki hingga ke ujung kepala. Ia berdecak kagum.
“Nona, anda cantik sekali. Cantik,
manis dan eksotis.” Puji kiran tak berkedip.
Anjali diam saja. Ia memperhatikan
wajahnya di cermin, nampak sangat berbeda dengan dirinya yang sebenarnya.
“Mari, Nona. Rajkumaar Rahul telah
menungu anda di luar.”
“Buat apa di menungguku. Dia bisa
pergi duluan kan ke ruang makan” ucap Anjali sambil menahan sesuatu. Ia nampak
tak nyaman dengan tatanan rambutnya.
“Bagaimana Anda ini. Ini acara
penting anda dan Rajkumaar Rahul. Dalam acaar ini anda akan diperkenalkan
dengan anggota keluarga raja dan ratu secara resmi sebagai calon istri
rajkumaar Rahul seblum anda diperkenlakan secara resmi ke seluruh rakyat India.
Jadi anda harus datang bersama pangeran Rahul. Selain itu, mungkin Ratu ingin
melihat perkembangan hubungan anda dengan pangeran Rahul” papar Kiran.
@@@
Pintu kamar Anjali terbuka . Ia
disambut dengan senyuman manis Rajkumaar Rahul dan penghormatan dari asiten dan
pengawal istana. Rajkumaar Rahul terlihat tampan dengan kurta yang senada
dengan anarkali Anjali.
“Silahkan…!” Rahul mempersilahkan
Anjali berjalan terlebih dahulu. Dengan tanpa ekspresi Anjali langsung menarik
tangan Kiran dan berjalan mendahului Rahul.
Sesekali Anjali berhenti untuk
menyeimbangkan tubuhnya dan berulang kali ia meraba leher belakangnya.
“Berhenti!”
Anjali berhenti. Ia mebalikkan
badannya. Anjali memandang Rahul seolah bertanya apa maksud Rahul memintanya
berhenti.
Rahul berjalan mendekati Anjali.
Perlahan Rahul menurunkan kerudung dari kepala Anjali dan satu persatu
melepaskan gulungan rambut Anjali sehingga rambut panjangnya terurai. Anjali
hanya bisa terpaku menyaksikan apa yang Rahul lakukan padanya. Dalam benaknya
ia ingin mengelak namun otot-otot tubuhnya tak mampu menolak.
“Tadi kau sangat sempurna, tapi
dengan seperti ini, kau terlihat lebih manis.” Ucap Rahul seraya mesangkan
kembali kerudung Anjali.
@@@
Protokoler Istana telah mengatur
secara detail tata letak aturan temapt duduk para anggota keluarga Raja Yash.
Di meja yang berbentuk persegi panjang itu, Raja Yash duduk di kursi dibawah
lukisan ikan mas koki. Dari tempat duduknya ia bisa mengawasi anggota
keluarganya. Di samping kanannya adalah tempat untuk Ratu Nadini sedang Putri
Seeta duduk di samping kirinya. Dan saudar Raja Yash, Pangeran Pratap duduk
berhadapan dengan Raja Yash.
Ketika sampai di ruang makan
kerajaan, Raja Yash dan kedua istrinya telah menunggu. Setelah memberi hormat,
Rahul menempati kursi di samping Putri Seeta dan Anjali duduk di samping Rahul.
Tak berapa lama kemudian, datanglah seorang wanita bersaree putih dengan wajah
pucat. Dari sorot matanya terlihat kedukaan yang mendalam. Anjali menatap
wanita itu penasaran.
“Baiklah, sebelum kita mulai makan
malam kali ini. saya akan mengenalkan calon anggota keluarga istana yang baru.
Gadis yang duduk di samping Rajkumaar Rahul itu bernama Anjali Sharma. Dia
adalah calon tunangan Rajkumaar Rahul.”
“Salaam” Ucap Anjali datar. Anjali
memberi hormat kepada semua yang hadir termasuk kepada Rajkumaar Pratap yang
membalasnya dengan tatapan tajam.
“Perkenalkan, ini adalah Nandini
Raichand. Dia adalah istri pertamaku dan juga Ratu Kerjaan India. Dia adalah
ibu dari Pangeran Rohan.” Ratu Nandini tersenyum.
“Ini adalah Seeta Raichand. Dia
adalah istri keduaku. Dia membantu tugas Ratu Nandini menjalankan tugas
kenegaraan. Dia adalah ibu dari Pangeran Rahul.” Putri Seeta tersenyum.
“dan di samping Ratu Nandini dia
adalah menantuku. Namanya Pooja Keshav raichand. dia adalah istri dari pangeran
rohan.” Pooja berusaha tersenyum. Namun tetap saja hambar.
“Aku harap kau bisa berteman baik dengan Pooja.”
Ucap Raja yash lembut penuh harap.
“Dan yang duduk di ujung sana..”
Anjali menoleh ke samping kirinya. “ Dia adalah saudaraku. Dia juga ayah dari
Pooja. Namanya Pangeran Pratap.” Pangera Pratap memandang Anjali sinis.
“Nah, Anjali. Apa ada yang ingin kau
tanyakan?”
“Maharaj, Anda mengatakan jika Ratu
Nandini memiliki seorang putra, lalu dimana beliau? Mengapa sampai saat ini
beliau belum datang” Anjali menoleh pada Raja Yash lalu menatap heran dengan
kursi diantara Ratu Nandini dan Pooja yang masih kosong.
Semua terlihat kaget mendengar
pertanyaan Anjali.
“Kau rakyat India macam apa? Masa
kau tidak tahu kalau pangeran Rohan telah wafat. Kalau beliau masih hidup,
tentulah Pangeran Rahul tidak akan menjadi putra mahkota dan putriku tidak akan
mengalami takdir buruk seperti saat ini.” Sahut Pangeran Pratap sinis. Raut
wajah Rahul berubah.
“Kata siapa Pangeran Rohan telah
wafat. Dia hanya berganti dimensi saja sehingga kita tidak bisa melihat dan
menyentuhnya langsung. Tapi saya masih bisa merasakan kehadirannya. Aku masih
bisa merasakan dia ada di sini, di ruangan ini, di kursi dimana dia biasa
duduk.” Dengan mata berkaca-kaca,Rahul menatap kursi yang berada tepat di
hadapnnya. Putri Seeta menngenggam tangan Rahul seolah merasakan kesedihan
Rahul
“Halah, itu Cuma imajinasimu saja.”
Ucap Pangeran Pratap kasar.
“Cukup!” Perintah Raja Yash. Semua
kembali diam. Ratu Nandini diam-diam menghapus airmatanya.
@@@
Atas permintaan Ratu Nandini, Kiran
membawa Anjali ke ruang galeri Istana untuk mengetahui lebih jauh tentang
anggota keluarga istana. Ketika memasuki ruangan sebuah foto keluarga berukuran
1 x 1 meter menyapa Anjali. Anjali memperhatikan foto keluarga itu dengan
seksama.
“Apakah ini Pangeran Rohan?” Anjali
menunjuk gambar seorang pria yang berdiri di belakang Ratu Nandini.
“Ya.”
“Aku tidak menyangka kalau Raja Yash
memiliki 2 orang putra?” Anjali berjalan pelan mengelilingi ruangan
memperhatikan satu demi satu foto yang terpajang. Kiran mengikuti Anjali dari
belakang
“Masa anda tidak tahu.”
“Tidak. Yang aku tahu Raja Yash
memiliki seorang putra. Karena dulu putranya bersekolah di sekolah yang sama
denganku. Dan aku kira itu Rahul.”
“Bagaimana bisa? setahu saya
pangeran Rohan dan pangeran Rahul bahkan seluruh putra-putri bangsawan ikerajaan India bersekolah di sekolah yang sama. Kalau anda
tahu pangeran Rohan, pastilah anda tahu pangeran Rahul.”
“Bahkan aku tidak tahu seperti apa
wajah pangeran yang bersekolah di sekolahku. Walaupun aku tahu bahwa sekolahku
adalah sekolah para putra bangsawan, aku tidak pernah bergaul dengan mereka.
Bahkan, aku tahu kalau ada putra raja yang bersekolah di sekolahku karena
hampir setiap hari aku aku menjalani pemeriksaan sebelum memasuki area
sekolah.”
“Jadi anda tidak tahu kalau pangeran
Rohan dan pangeran Rahul belajar di sekolah yang sama dengan anda.?
“Tidak. Yanga aku tahu, para gadis
sering membicarakan putra raja yang gendut tapi mempesona dan aku kira itu
Rahul. Mereka tidak membicarakan bahwa ada pangeran lain”
“Nona, Nona. Anda ini aneh. Masa
anda tidak tahu pangeran rahul dan pangeran rohan. Tapi memang wajar kalau
teman-teman anda hanya membicarkan pangeran Rohan, karena memang beliau ramah
dan suka bergaul sehingga lebih sering terekspose media, sedang pangeran Rahul
memang jarang bahkan tidak pernah terekspose media karena beliau orangnya
tertutup dan lebih suka menyendiri.”
Anjali memandang foto bersama
Pangeran Rohan dan Rahul.
“Hm…pantas saja siswi-siswi histeris
membicarakan pangeran gendut tapi mempesona itu. Rohan memang tampan. ”
“Dan saya yakin, anda juga termasuk
siswi-siswi yang histeris dengan ketampanan pangeran rohan. Siapa sich wanita
yang mampu menolak pesona para pengeran tampan seperti Pangeran Rahul dan
Rohan. Mungkin menjadi istri seorang pangeran adalh impian bagis setiap gadis
india”
“Tidak, bahkan sedikitpun aku tidak
pernah bermimpi ataupun menginginkan menjadi istri dari pangeran siapapun”
Anjali menoleh pada Kiran. Raut wajahnya berubah.
“Maaf” sesal Kiran
Bersamaan dengan itu, terdengar
suara riuh dari luar ruangan galeri. Segera Kiran mengajak Anjali untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Satu persatu pelayan dan pangawal
istana melewati Anjali dan kiran yang baru saja keluar dari ruang galeri
istana. Wajah mereka nampak panic menuju ke arah ruangan pribadi keluarga kerajaan.
“Hei, Banu! Ada apa?” Tanya Kiran
pada salah seorang pelayan yang hendak menuju ruang pribadi keluarga kerajaan.
Banu berhenti.
“Raja Yash jatuh
pingsan.” Sahut Banu singkat. Ia langsung pergi meninggalkan Anjali dan Kiran.