Kamis, 28 Juli 2016

fanfiction bollywood BECAUSE I LOVE YOU PART 8



BECAUSE I LOVE YOU part 8

“Kiran, apakah ini tidak terlalu berlebihan?” Anjali memandang dirinya yang terlihat sangat berbeda dengan kesehariaanya. Seumur hidupnya ia tidak pernah berbusana dan berpenampilan seperti ia sekarang. Dengan lehenga berwarna hijau dan segala aksesoris yang ia kenakan, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
            “Malahan ini sangat sederhana dibandingkan dengan Putri-putri yang lain.”
            “Tak bisakah aku memakai bajuku saja. paling tidak aku memakai baju seprti kemarin anarkali atau salwar kameez. aku benci pakai rok.” Gerutu Anjali
            “Tidak bisa, Nona. Istana memiliki aturan tersendiri terhadap busana yang dikenakan oleh anggota kerajaan. Dan untuk kali ini memang anda diwajibkan memakai lehengga.” Papar Kiran sambil mengaitkan sisi selendang anjali menajadi keruding.
            Anjali kecewa.
@@@
            Semilir angin pagi berhembus menggerakkan ranting-ranting pohon dan bunga-bunga di taman samping Istana. Terlihat Anjali yang sedang duduk menghadap meja bundar yang dihiasi bunga-bunga. Sesekali anjali merapikan kerudungnya yang terlepas tertiup angin.
            10 menit berlalu, namun orang yang diperintahkan untuk ditunggu tak kunjung menampkkan batang hidungnya.
            “Sampai kapan aku harus menunggu, Kiran.” Tanya Anjali pada Kiran yang berada di belakangnya.
            “Sabar, Nona. sebentar lagi beliau akan datang. Mungkin sekarang beliau sedang berdoa di kuil.”
            Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seseorang yang diikuti oleh bebrapa pengawal berjalan menuju arah Anjali. Tanpa dikomando, para pelayan langsung berbaris rapi dan memberi salam hormat pada Rahul. Sedang Anjali bergeming. Ia duduk diam tanpa menoleh pada Rahul yang sudah duduk di hadapannya.
            “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama.” sapa Rahul ramah.
            “Perkenalkan, namaku Rahul. Dan anda?” Ujar Rahul sopan.
            “Masa anda tidak mengetahui nama saya. Bukankah orang tua anda yang sudah memerintahkan saya ke istana ini untuk…” Anjali ragu.” ah…lupakan saja.’ sambungnya ketus.
            “Sekali lagi saya mohon maaf jika semua ini membuat anda tidak nyaman, Nona Anjali Sharma.” Rahul tetap memberikan senyum terbaiknya. Dengan sweater turtlenecknya ia terlihat cool ditambah kacamata minus yang terpasang di wajahnya menambah kesan cool dan cerdas.
            Acara sarapan pagi pertama Rahul dan Anjali terasa sangat membosankan. Hampir tidak ada satupun percakapan yang tercipta. Anjali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ditambah lagi setiap Rahul ingin memulai obrolan, Anjali meresponnya dengan sikap yang cuek bahkan cenderung jutek.
            “Saya harap anda merasa nyaman di Istana ini.” ucap Rahul sebelum meninggalkan meja makan.
@@@
            “Nona Anjali, ini semua adalah agenda selama anda menjalani process penyesuaian diri di Istana ini.”
            Anjali menerima tumpukan kertas yang diberikan Kepala Rumah Tangga Istana. Matanya terbelalak membaca setiap huruf demi huruf di atas kertas-kertas tersebut.
            “Pelajaran ketatanegaraan, public speaking, keuangan, table manner,,,,Haruskah saya mempelajari ini semua?”
            “Yeah, Anda adalah calon yang diajukan langsung oleh Ratu Nandini dan Putri Seeta menjadi istri sekaligus Ratu kerajaan ini. jadi saya harap anda sudah bisa cepat memahami semua ini agar anda layak menjadi ratu negeri ini. Dan satu lagi, saya harap anda bisa menjaga sikap anda. Sekarang anda menjadi pusat perhatian wartawan nasional bahkan internasional. jika anda melakukan sedikit saja kesalahan maka anda akan menyulitkan semua orang. Terimakasih.” Ujar Nyonya Shanti tanpa basa basi. Ia langsung meninggalkan anjali yang wajahnya mulai memucat.
            “Saya yakin, nona pasti bisa melakukannya. Semangat.” Kiran mengacungkan kedua tanggnnya untuk menyemangati Anjali.
@@@
            Di sisi lain, para wartawan berlomba-lomba untuk mengetahui lebih jauh tentang Anjali, calon istri pangeran rahul. Bahkan setiap hari, para wartwan itu menunggu didepan pagar istana untuk menangkap moment-moment Anjali sebagai penghuni baru istana, walaupun hasilnya nihil. Tak hanya itu, keadaan di dalam istana juga heboh dengan rencana pertunangan pangeran rahul dengan Anjali.
            “Bagaimana bisa Maharaj mengambil keputusan sebesar ini tanpa mempertimbangkan pendapat kami. Ini sudah menyalahi aturan, Maharaj.” Ucap Pangeran Pratap.
            “Aturan apa yang kami langgar,Pangeran.” Putri seta menyela.
            “Seharusnya calon ratu kerajaan ini berasal dari kalangan bangsawan. Bukan rakyat jelata.”
            “ya, benar. selain itu,  dewan istanalah yang berhak mengajukan calon ratu kerajaan ini.”
            “Dewan istana berhak mengajukan calon isteri dari putra mahkota. Ya, kalian benar. sangat benar.”
            “Tentu. semua telah diatur oleh Peraturan istana”
            “Benar, tapi anda melupakan satu hal pangeran.”
            Para dewan istana saling bertanya-tanya.
            “Mahaguru Kripa, anda adalah orang yang ikut merumuskan tentang undang-undang perkawinan pengeran india sejak pertama kali india menjadi monarki konstitusional. Anda pasti hafal betul isi dari undang-undang itu. Sekarang saya ingin bertanya pada anda, apakah hanya dewan istana yang berhak mengajukan calon istri dari pangeran?”
            Mahaguru kripa berpikir. Para dewan istana menatapnya tajam, menunggu jawaban dari guru kripa.
            “Ya, Rajkumaari benar. Ratulah yang lebih berhak untuk mengajukan calon istri dari pangeran.”
            “apa??” para dewan istana terlihat shock.
            Putri Seeta memberi kode pada pelayan pribadinya. Dengan cekatan, Shilpa, sang pelayan meberikan lembaran kertas pada masing-masing dewan istana.
            “Itu adalah salinan dari undang-undang perkawinan istana. Mungkin ada sebagian dari anda yang belum membacanya. Ratu Nandini telah menandai beberapa pasal dari undang-undang itu. Silahkan dibaca dan dipahami.”  Putri Seeta melirik Ratu Nandini yang tersenyum padanya. Raja Yash tersenyum bangga.
            “Di dalam Undang-Undang perkawinan Istana. Dalam pasal 2 ayat satu disebutkan bahwa calon istri pangeran mahkota diajukan oleh ratu. Dan di pasal 2  ayat 2 menyebutkan bahwa jika ratu tidak bisa mengajukan calon istri untuk pangeran mahkota, maka masing-masing dewan istana bisa mengajukan gadis yang akan dijadikan calon istri pangeran mahkota untuk dipilih di sidang istana.” Putri seeta memandang wajah satu persatu dewan istana.
            “Apakah ada yang tidak dimengerti?”
            “Akan tetapi, gadis yang diajukan Ratu, siapa namanya…”
            “Anjali Sharma, Tuan Mehra.”
            “Ya, Anjali. Dia bukan dari kalangan bangsawan. Dia bukan bukan seorang bangsawan. Dia tidak tahu tentang kerajaan ini, tradisi, adat dan istiadat kerajaan ini. Bagaimana bisa dia bisa mengatur Istana ini kelak.”
            “Tenang saja, Saya yang memilih Anjali. dan saya juga yang akan bertanggungjawab terhadap semua itu. Oleh karena itu, sebelum ditunangkan dengan Pangeran rahul, dia akan ditempa dan dididik dengan cara Istana. Dan nanti kalian bisa melihat sendiri kemampuan dan kelayakannya menjadi Calon Ratu Kerajaan India ini.” Ujar Ratu Nandini lembut.
@@@
            Keesokan harinya, setelah sarapan pagi bersama pangeran rahul Anjali harus mengikuti pelajaran demi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan pelatih yang disediakan oleh pihak Istana. Selama satu minggu, Anjali tidak punya waktu untuk sekadar berjalan-jalan ataupun member kabar pada ayahnya. Waktunya hanya habis untuk mengikuti pelajaran dan pelatihan tentang bagaimana menjadi seorang Tuan Putri yang sempurna.
            “Aku capek, Kiran.” Keluh Anjali. Hanya kepada Kiranlah Anjali berkeluh kesah di Istana. Bagi Anjali, Kiran bukan sebagai pelayannya, tetapi sahabatnya.
            Wajah Anjali terlihat sangat kelelahan. Ia rebahkan badannya di atas kasur. Baru saja ia mendapatkan pelajaran tentang tatakrama dan sopan santun di istana.
            “Sabar, Nona. Saya yakin, Nona pasti bisa menjalani ini semua.” Ucap Kiran sambil memijit kaki Anjali.
            “Apakah semua Tuan Putri Istana diperlakukan seperti ini?”
            “Ya, Nona. Bahkan mereka sudah dipaksa mengikuti tatacara istana sejak mereka bisa berjalan.”
            Mata Anjali menerawang. Tak terasa airmatanya meleleh.
            “Ayah, aku merindukanmu.” bisik Anjali dalam hati.
@@@
            Dengan setia, Kiran menunggui di depan ruangan dimana anjali mendapatkan pelajraan tentang ke-istana-an.
            “Materi apa yang sedang Anjali ikuti sekarang?” Tanya Rahul.
            “Rajkumaar…Mohon maaf, Rajkumaar”Ucap Kiran kaget menyadari Pangeran Rahul sudah ada di belakangnya.
            “Tidak masalah. Materi apa yang sedang anjali pelajari sekarang.”
            “Nona, Anjali sedang mendapat materi tentang hokum ketatanegaraan dari Guru Drona.”
            “Apa dia baik-baik saja?” Kiran diam.
            “Kenapa kau diam?”
            “Sejujurnya, Nona Anjali tidak baik-baik saja, Rajkumaar. Bagaimana beliau baik-baik saja. Setiap hari beliau dipaksa menerima materi demi materi tentang segala tetek bengek kerajaan dengan cepat. Padahal, putri-putri bangsawanpun mempelajari semua itu bertahun-tahun.”
            “Aku tahu dia pasti tertekan, Kiran. Aku juga tidak menginginkan seperti ini, Kiran. Tapi ini semua kehendak Raja yang tak bisa ditolak. Yang terpenting sekarang, kau bersabar untuk menemaninya dan menyemangatinya.”
            “Tentu saja, Rajkumaar. Lalu, untuk apa anda kemari?”
            “Aku hanya ingin memberikan ini untuk Anjali.” Rahul menyodorkan sebuah kotak transparan sehingga Kiran bisa menenbaknya.
            “oh..Ini gaun untuk acara makan malam, Rajkumaar? Hm..tenang saja. Saya akan membuat Nona Anjali tampil secantik mungkin di pertemuan resminya dengan anggota keluarga Istana.”
            “Buatlah dia senyaman mungkin” Rahul tersenyum seraya pergi diikuti Karan, pengawal setianya.
@@@
            “Sonali, apakah kau sudah selesai merias Nona Anjali? Nona anjali harus segera ke ruang makan.” Ujar Kiran agak gemas melihat Sonali yang tak kunjung selesai dengan pekerjaannya.
            “Tunggu sebentar. Nona Anjali harus tampil sempurna malam ini. Jadi dia butuh waktu yang lama.” Sahut Sonali sambil mengaitkan kerudung ke kepala Anjali.
            “Iya, tapi cepetan.” Kiran makin gemas. Anjali hanya diam tanpa berkomentar
            “Nah, sudah selesai.” Ucap Sonali riang membanggakan hasil karyanya.
            Kiran memperhatikan Anjali dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Ia berdecak kagum.
            “Nona, anda cantik sekali. Cantik, manis dan eksotis.” Puji kiran tak berkedip.
            Anjali diam saja. Ia memperhatikan wajahnya di cermin, nampak sangat berbeda dengan dirinya yang sebenarnya.
            “Mari, Nona. Rajkumaar Rahul telah menungu anda di luar.”
            “Buat apa di menungguku. Dia bisa pergi duluan kan ke ruang makan” ucap Anjali sambil menahan sesuatu. Ia nampak tak nyaman dengan tatanan rambutnya.
            “Bagaimana Anda ini. Ini acara penting anda dan Rajkumaar Rahul. Dalam acaar ini anda akan diperkenalkan dengan anggota keluarga raja dan ratu secara resmi sebagai calon istri rajkumaar Rahul seblum anda diperkenlakan secara resmi ke seluruh rakyat India. Jadi anda harus datang bersama pangeran Rahul. Selain itu, mungkin Ratu ingin melihat perkembangan hubungan anda dengan pangeran Rahul” papar Kiran.
@@@
            Pintu kamar Anjali terbuka . Ia disambut dengan senyuman manis Rajkumaar Rahul dan penghormatan dari asiten dan pengawal istana. Rajkumaar Rahul terlihat tampan dengan kurta yang senada dengan anarkali Anjali.
            “Silahkan…!” Rahul mempersilahkan Anjali berjalan terlebih dahulu. Dengan tanpa ekspresi Anjali langsung menarik tangan Kiran dan berjalan mendahului Rahul.
            Sesekali Anjali berhenti untuk menyeimbangkan tubuhnya dan berulang kali ia meraba leher belakangnya.
            “Berhenti!”
            Anjali berhenti. Ia mebalikkan badannya. Anjali memandang Rahul seolah bertanya apa maksud Rahul memintanya berhenti.
            Rahul berjalan mendekati Anjali. Perlahan Rahul menurunkan kerudung dari kepala Anjali dan satu persatu melepaskan gulungan rambut Anjali sehingga rambut panjangnya terurai. Anjali hanya bisa terpaku menyaksikan apa yang Rahul lakukan padanya. Dalam benaknya ia ingin mengelak namun otot-otot tubuhnya tak mampu menolak.
            “Tadi kau sangat sempurna, tapi dengan seperti ini, kau terlihat lebih manis.” Ucap Rahul seraya mesangkan kembali kerudung Anjali.
@@@
            Protokoler Istana telah mengatur secara detail tata letak aturan temapt duduk para anggota keluarga Raja Yash. Di meja yang berbentuk persegi panjang itu, Raja Yash duduk di kursi dibawah lukisan ikan mas koki. Dari tempat duduknya ia bisa mengawasi anggota keluarganya. Di samping kanannya adalah tempat untuk Ratu Nadini sedang Putri Seeta duduk di samping kirinya. Dan saudar Raja Yash, Pangeran Pratap duduk berhadapan dengan Raja Yash.
            Ketika sampai di ruang makan kerajaan, Raja Yash dan kedua istrinya telah menunggu. Setelah memberi hormat, Rahul menempati kursi di samping Putri Seeta dan Anjali duduk di samping Rahul. Tak berapa lama kemudian, datanglah seorang wanita bersaree putih dengan wajah pucat. Dari sorot matanya terlihat kedukaan yang mendalam. Anjali menatap wanita itu penasaran.
            “Baiklah, sebelum kita mulai makan malam kali ini. saya akan mengenalkan calon anggota keluarga istana yang baru. Gadis yang duduk di samping Rajkumaar Rahul itu bernama Anjali Sharma. Dia adalah calon tunangan Rajkumaar Rahul.”
            “Salaam” Ucap Anjali datar. Anjali memberi hormat kepada semua yang hadir termasuk kepada Rajkumaar Pratap yang membalasnya dengan tatapan tajam.
            “Perkenalkan, ini adalah Nandini Raichand. Dia adalah istri pertamaku dan juga Ratu Kerjaan India. Dia adalah ibu dari Pangeran Rohan.” Ratu Nandini tersenyum.
            “Ini adalah Seeta Raichand. Dia adalah istri keduaku. Dia membantu tugas Ratu Nandini menjalankan tugas kenegaraan. Dia adalah ibu dari Pangeran Rahul.” Putri Seeta tersenyum.
            “dan di samping Ratu Nandini dia adalah menantuku. Namanya Pooja Keshav raichand. dia adalah istri dari pangeran rohan.” Pooja berusaha tersenyum. Namun tetap saja hambar.
            “Aku harap kau bisa berteman baik dengan Pooja.” Ucap Raja yash lembut penuh harap.
            “Dan yang duduk di ujung sana..” Anjali menoleh ke samping kirinya. “ Dia adalah saudaraku. Dia juga ayah dari Pooja. Namanya Pangeran Pratap.” Pangera Pratap memandang Anjali sinis.
            “Nah, Anjali. Apa ada yang ingin kau tanyakan?”
            “Maharaj, Anda mengatakan jika Ratu Nandini memiliki seorang putra, lalu dimana beliau? Mengapa sampai saat ini beliau belum datang” Anjali menoleh pada Raja Yash lalu menatap heran dengan kursi diantara Ratu Nandini dan Pooja yang masih kosong.
            Semua terlihat kaget mendengar pertanyaan Anjali.
            “Kau rakyat India macam apa? Masa kau tidak tahu kalau pangeran Rohan telah wafat. Kalau beliau masih hidup, tentulah Pangeran Rahul tidak akan menjadi putra mahkota dan putriku tidak akan mengalami takdir buruk seperti saat ini.” Sahut Pangeran Pratap sinis. Raut wajah Rahul berubah.
            “Kata siapa Pangeran Rohan telah wafat. Dia hanya berganti dimensi saja sehingga kita tidak bisa melihat dan menyentuhnya langsung. Tapi saya masih bisa merasakan kehadirannya. Aku masih bisa merasakan dia ada di sini, di ruangan ini, di kursi dimana dia biasa duduk.” Dengan mata berkaca-kaca,Rahul menatap kursi yang berada tepat di hadapnnya. Putri Seeta menngenggam tangan Rahul seolah merasakan kesedihan Rahul
            “Halah, itu Cuma imajinasimu saja.” Ucap Pangeran Pratap kasar.
            “Cukup!” Perintah Raja Yash. Semua kembali diam. Ratu Nandini diam-diam menghapus airmatanya.
@@@
            Atas permintaan Ratu Nandini, Kiran membawa Anjali ke ruang galeri Istana untuk mengetahui lebih jauh tentang anggota keluarga istana. Ketika memasuki ruangan sebuah foto keluarga berukuran 1 x 1 meter menyapa Anjali. Anjali memperhatikan foto keluarga itu dengan seksama.
            “Apakah ini Pangeran Rohan?” Anjali menunjuk gambar seorang pria yang berdiri di belakang Ratu Nandini.
            “Ya.”
            “Aku tidak menyangka kalau Raja Yash memiliki 2 orang putra?” Anjali berjalan pelan mengelilingi ruangan memperhatikan satu demi satu foto yang terpajang. Kiran mengikuti Anjali dari belakang
            “Masa anda tidak tahu.”
            “Tidak. Yang aku tahu Raja Yash memiliki seorang putra. Karena dulu putranya bersekolah di sekolah yang sama denganku. Dan aku kira itu Rahul.”
            “Bagaimana bisa? setahu saya pangeran Rohan dan pangeran Rahul bahkan seluruh putra-putri bangsawan ikerajaan India  bersekolah di sekolah yang sama. Kalau anda tahu pangeran Rohan, pastilah anda tahu pangeran Rahul.”
            “Bahkan aku tidak tahu seperti apa wajah pangeran yang bersekolah di sekolahku. Walaupun aku tahu bahwa sekolahku adalah sekolah para putra bangsawan, aku tidak pernah bergaul dengan mereka. Bahkan, aku tahu kalau ada putra raja yang bersekolah di sekolahku karena hampir setiap hari aku aku menjalani pemeriksaan sebelum memasuki area sekolah.”
            “Jadi anda tidak tahu kalau pangeran Rohan dan pangeran Rahul belajar di sekolah yang sama dengan anda.?
            “Tidak. Yanga aku tahu, para gadis sering membicarakan putra raja yang gendut tapi mempesona dan aku kira itu Rahul. Mereka tidak membicarakan bahwa ada pangeran lain”
            “Nona, Nona. Anda ini aneh. Masa anda tidak tahu pangeran rahul dan pangeran rohan. Tapi memang wajar kalau teman-teman anda hanya membicarkan pangeran Rohan, karena memang beliau ramah dan suka bergaul sehingga lebih sering terekspose media, sedang pangeran Rahul memang jarang bahkan tidak pernah terekspose media karena beliau orangnya tertutup dan  lebih suka menyendiri.”
            Anjali memandang foto bersama Pangeran Rohan dan Rahul.
            “Hm…pantas saja siswi-siswi histeris membicarakan pangeran gendut tapi mempesona itu. Rohan memang tampan. ”
            “Dan saya yakin, anda juga termasuk siswi-siswi yang histeris dengan ketampanan pangeran rohan. Siapa sich wanita yang mampu menolak pesona para pengeran tampan seperti Pangeran Rahul dan Rohan. Mungkin menjadi istri seorang pangeran adalh impian bagis setiap gadis india”
            “Tidak, bahkan sedikitpun aku tidak pernah bermimpi ataupun menginginkan menjadi istri dari pangeran siapapun” Anjali menoleh pada Kiran. Raut wajahnya berubah.
            “Maaf” sesal Kiran
            Bersamaan dengan itu, terdengar suara riuh dari luar ruangan galeri. Segera Kiran mengajak Anjali untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
            Satu persatu pelayan dan pangawal istana melewati Anjali dan kiran yang baru saja keluar dari ruang galeri istana. Wajah mereka nampak panic menuju ke arah ruangan pribadi keluarga kerajaan.
            “Hei, Banu! Ada apa?” Tanya Kiran pada salah seorang pelayan yang hendak menuju ruang pribadi keluarga kerajaan. Banu berhenti.
            “Raja Yash jatuh pingsan.” Sahut Banu singkat. Ia langsung pergi meninggalkan Anjali dan Kiran.

Selasa, 26 Juli 2016

fanfiction bollywood BECAUSE I LOVE YOU PART 7



BECAUSE I LOVE YOU part 7
            Dua mobil mewah pelan-pelan berhenti di depan sebuah rumah sederhana namun pekarangannya dipenuhi banyak tanaman hias. Pemilik  rumah itu mengintip dari balik jendela untuk mengetahui milik siapa di mobil itu karena dia tak memiliki saudara ataupun kerabat yang mampu membeli mobil semacam itu. Tak berapa lama kemudian, dua orang wanita dan seorang pria yang perwakannya sangat ia kenal keluar dari salah satu mobil mewah itu.
            “Raja Yash???” seru Tuan Sharma Kaget. Segera ia merapikan bajunya dan keluar untuk menyambut Raja yang sangat ia hormati.
            “silahkan masuk maharaj!” Tuan Sharma membukakan pintu dan mempersilahkan Raja Yash beserta kedua istrinya duduk sedang beberapa pengawalnya berjaga di luar pagar.
            “Maaf maharaj, inilah rumah saya, maaf jika anda kurang nyaman. Dan hanya inilah yang bisa saya suguhkan” Tuan Sharma meletakkan teh dan beberapa kue di meja depan Raja Yash dengan penuh hormat. Ia memandang Raja Yash dengan penuh kekaguman dan keraguan karena ia belum percaya bahwa Raja yang sangat junjung berada di hadapnnya sedang Ratu Nandini dan Putri Seeta duduk saling berhadapan  di samping Raja Yash
            “Tidak apa-apa, ini juga salah kami tidak memberitahumu terlebih dahulu.” Raja Yash tersenyum. “sekarang duduklah” sambung Raja Yash.
            Tuan Sharma meletakkan nampan yang ia pegang di bawah meja dan ia hendak duduk di lantai.
            “duduklah di atas kursi” cegah Raja Yash. Tuan Sharma kembali berdiri. “Kami adalah tamumu, aku dan kedua istriku datang ke sini bukan sebagai raja ataupun ratu kerajan india yang harus dilayani dan harus dihormati sedemikian rupa,  tetapi kami datang kesini sebagai orang biasa yang ingin bertamu karena kami ada keperluan denganmu.sebagai orang tua. Jadi kau tidak perlu seperti itu.”
            Dengan ragu, Tuan Sharma duduk di kursi tepat di hadapan Raja Yash.
            Raja Yash memandang sekeliling ruangan itu. Nampak rapi sekali dengan pajangan foto-foto Tuan Sharma dan putrinya. Raja Yash mengambil sebuah potret Tuan Shrama yang berseragam dan memeluk seorang putri kecil yang berada di meja kecil di sampingnya.
            “Kau adalah tentara?” Raja Yash mengembalikan foto itu ke tempatnya.
            “ya, tapi sekarang saya sudah pension.
            “ini siapa? putrimu?” Tanya Ratu Nandini menunjuk gadis yang dipeluk Tuan Sharama.
            “ya,dia adalah putrid saya, namanya Anjali.” Jawab Tuan Sharma bersemangat.
            “Nama yang manis, semanis orangnya.”  Tuan Sharma tersenyum mendegar pujian Ratu Nandini.
            “dimana putrimu sekarang?” Putri Seeta angkat bicara.
            “dia sedang…” belum sempat Tuan Sharma melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba saja sebuah suara memanggilnya dan pintu terbuka.
            “ayah,,, siapa sich orang yang parkir di depan rumah kita….?” cerocos Anjali tanpa spasi. ia tak menyadari bahwa ada orang lain selain ayahnya. Sedang ayahnya hanya mengedip-ngedipkan matanya agar anjali melihat orang yang berada dihapan Tuan Sharma.
            “Mentang-mentang mobil mewah, parkir sembarangan. Mana sopirnya menyeram…” ucapan Anjali terputus. Ia menyadari ayahnya tak sendiri. Walaupun sudah 10 tahun ia meninggalakn India, ia masih bisa mengenali bahwa orang yang bersama ayahnya adalah Raja Yash yang fotonya selalu terpampang di buku sejarahnya.
            “Raja Yash…” ucap Anjali lirih.
            “Maafkan putri saya Maharaj.” sesal Tuan Sharam. Ia memebri isyarat agar Anjali member hormat pada raja Yash. Namun Anjali bergeming.
            “Tidak apa-apa. Silahkan duduk!” Raja Yash tersenyum.
            Om Sharma menarik tangan Anjali agar duduk di sampingnya.
            “Kau Anjali?” Tanya Raja Yash
            “Ya.” Sahut Anjali tegas agak ketus.
            “Kau lebih manis aslinya dari pada fotonya.” Sanjung Ratu Nandini seraya dibenarkan Putri Seeta.
            “Terimakasih.”
            Raja Yash menoleh ke arah Ratu Nandini dan Putri Seeta bergantian membri isyarat. Keduanya mengangguk mengerti.
            “Anjali, nampaknya ayahmu punya banyak koleksi tanaman hias, maukah kau menemani kami melihat koleksi tanaman hias ayahmu.” Ujar Putri Seeta ramah.
            “Maaf, nyonya. Saya kurang paham tentang masalah tanaman hias. Tetapi anda bisa Tanyakan langsung ke ayah.” Anjali menekuk wajahnya. Dia terlihat kurang senang dengan permintaan Putri Seeta. Om melotot tajam.
            “Kalau hanya menemani, kamu pasti bisa kan Anjali,?” Om sedikit mengeja kalimatnya dan menekan intonasi serta melotot tajam pada Anjali.
            “ya” sahut Anjali sangat terpaksa.
            Suasana menjadi hening ketika Ratu nandini dan Putri Seeta meninggalkan ruang tamu. Perasaan canggung meliputi Tuan Sharma.
            “Sebelumnya aku minta maaf atas kedatanganku yang tiba-tiba. Akan tetapi kedatanganku kesini bukan hanya sekedar untuk bertamu. Aku menginginkan sesuatu darimu.” ucap raja yash tanpa basa-basi.
            “Apa Maharaj? Apapun yang anda minta dan anda perintahkan saya pasti akan melakukannya.”
            “Aku menginginkan putrimu.” kata Raja Yash datar penuh wibawa. Tuan Sharma melotot kaget.
            “pu..putri saya?” Tanya Tuan  Sharma tak mengerti. mengapa raja yash menginginkan putrinya, untuk apa ia menginginkan putrinya. apakah ia mebutuhkan pelayan istana? pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalm pikiran Tuan Sharma
            “Ya, aku kesini untuk melamar putrimu untuk putraku, Pangeran Rahul.”
            “melamar? Anjali? Pangeran Rahul? menikah? ah.. tidak mungkin…Anda pasti bercanda” Om mencoba mengatasi kekagetannya.
            “Ya, Aku akan menikahkan Pangeran Rahul dengan Anjali.?”
            Tuan Sharma tertunduk. Ia bimbang. Di satu sisi Raja yang sangat ia junjung datang untuk melamar putrinya dan di sisi lain ia tahu bahwa Anjali putrid yang sangat ia sayangi telah mencintai orang lain. Ia juga tidak bisa membayangkan jika Anjali harus hidup dlilingkungan Istana
            “Maharaj, Anjali hanyalah anak dari prajurit rendahan. Ia tidak pantas untuk bersanding dengan pangeran Rahul. Dan saya yakin seluruh India akan menolaknya bahkan pangeran Rahulpun akan menolaknya.”
            “Aku sudah memikirkan itu semua Om. Setelah Anjali berada di Istana, itu semua adalah urusanku. Yang terpenting sekarang apakah kau menerima lamaranku?”
@@@
            Sejak kepulangan Raja Yash dan rombongannya, tingkah laku ayah Anjali berubah. Ia menjadi ayah yang pendiam. Bahkan ia selalu menghindari Anjali.
            “Ayah, tadi dari jendela aku lihat ada pengawal istana di depan rumah kita? untuk apa? apa ada barang raja yash yang tertinggal.” Selidik Anjali pada ayahnya yang baru saja memasuki rumah.
            “tidak,,, tidak apa-apa?” Om berusaha menyembunyikan sebuah kotak di belakang badannya. Ia buru-buru berjalan ke kamarnya.
            “ayah…” Anjali berdiri di hadapan ayahnya.
            “sudah dua hari ini ayah tidak bicara padaku. ada apa ayah? apakah ayah punya masalah? atau aku yang telah menyakiti hatimu.?” Lanjut Anjali.
            “Tidak ada.” Om langsung masuk ke kamarnya.
@@@
            Anjali menutup lid laptopnya. Napasnya berat. Sonia hanya member kabar tentang kemajuan toko Anjali bukan kabar tentang Aryaan. Anjali nampak sangat kecewa. Di sisi lain Anjali bingung dengan perubahan sikap ayahnya akhir-akhir ini. Anjali menjatuhkan kepalanya di atas meja. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
            “Anjali, apakah kau di dalam? bolehkah ayah masuk?” Suara Om terdengar di balik pintu.
            “masuk saja ayah, pintunya tidak dikunci.” sahut anjali sambil merapikan meja kerjanya.
            Om langsung duduk di pinggir kasur Anjali. Wajah Om tertunduk.. Om tak sanggup memandang Anjali.
            “Anjali, ke sini putriku!” Om menepuk-nepuk kasur di sampingnya. Anjali mengikuti keinginan ayahnya. Kepalanya langsung disandarkan pada pundak ayahnya.
            “Ada apa Ayah? Apa ayah mempunyai masalah? sejak kemarin ayah hanya diam saja. tolong katakana sesuatu. Ayah membuatku bingung.”
            “Ayah sangat mencintaimu putriku.” Om merangkul badan Anjali.
            “Anjali juga mencintai ayah, bahakan lebih dari hidupku.” Anjali spontan langsung mencium ayahnya. keduanya tersenyum.
            Suasana menjadi hening. Anjali menutup kedua kelopak matanya. Ia nampak sangat nyaman berada didekapan Om. Seperti segala beban dalam hatinya menghilang bersamaan dengan hembusan lembut napas Ayahnya.
            “Anjali, apakah selama ini ayah pernah meminta sesuatu yang memberatkanmu?”
            Anjali berpikir sejenak. Bola matanya melirik kesana kemari.
            “hm…tidak pernah. bahkan ayah tidak pernah meminta apapun dariku. Hm… tapi tumben ayah bertanya seperti itu.” Anjali menatap ayahnya penuh curiga.
            “Seandainya ayah meminta sesuatu darimu, apakah kau akan mengabulkannya?”
            “Tentu saja. Apapun yang ayah minta, pasti aku kabulkan. Asalkan tidak meminta aku untuk berlari mengelilingi India saja” Keduanya tertawa.
            Tawa Om terhenti mengingat apa yang ia minta akan menyakiti Anjali. Raut wajahnya kembali berubah suram.
            “Menikahlah dengan pangeran Rahul?” Om memandang Anjali. Anjali terdiam. Ia nampak shock sekali. Namun 2 detik kemudian, gelak tawanya meledak.
            “wkwkwkwk…Ayah, ini lucu sekali. Ternyata ayah punya bakat juga untuk menjadi komedian, wkwkw…” Anjali melirik nakal ayahnya.
            “Ayah sedang tidak bercanda Anjali. Ayah serius.”
            “Sudah Ayah, sudah. Ini sudah berlebihan. Ternyata kedatangan Raja Yash membuat ayah mempunyai selera humor yang tinggi.” Ujar Anjali setengah meledek.
            “Anjali, ayah serius.” Tangan Om yang sudah mulai keriput memegang kedua pipi Anjali. Kedua mata Ayah dan anak itu bertatapan. Anjali bisa melihat keseriusan ucapan Ayahnya.
            “Kemarin, Raja Yash kesini untuk melamar kamu. Raja yash melamarmu untuk menikah dengan Rajkumaar Rahul. Dan besok lusa, kau akan dibawa ke istana untuk dididik menjadi anggota keluarga istana sebelum kau secara resmi kau ditunangkan dengan Rajkumaar Rahul. Bahkan, Ratu Nandini telah mengirimkan gaun yang akan kau pakai untuk ke Istana.” Om meninggalkan Anjali dan beberapa saat kemudian kembali dengan kotak yang kemarin ia sembunyikan dari anjali.
            “Ini untuk kamu. Utusan pribadi Ratu Nandini sendiri yang mengantarkannya ke sini kemarin.” Om menyodorkan kotak berstempel kerajaan tersebut ke tangan Anjali. Tangan Anjali bergetar membuka kotak itu. Di dalamnya terlipat rapi satu anarkali berwana kuning lengkap dengan perhiasannya.
            Anjali menatap sendu Ayahnya.
            “ini tidak mungkin kan ayah? ini tidak mungkin kan?” butiran bening meluncur bebas dari sudut mata anjali.
            “maafkan ayah anjali…maafkan ayah…ayah tidak kuasa menolak permintaan Raja Yash”  Ujar Om seraya terduduk lemah di hadapn Anjali. Ia menyadari keputusannya akan sangat menyakiti hati putri kesayangannya.
            “Tidak mungkin…tidak mungkin…” anjali histeris. Ia buang kotak yang ia pegang hingga isinya berhamburan. Ia langsung membenamkan wajahnya di bantal. Badannya berguncang seirng isak tangisnya.
            “maafkan ayah anjali.” gumam Om hampir tidak terdengar.
@@@
            “Anjali, dari kemarin kau belum makan. Ayolah nak makan. Kau akan sakit.”
            Anjali bergeming. Matanya menatap kosong pada Jendela kamarnya yang menghadap ke arah pagar rumahnya.
            “Anjali,,,,Ayah tahu kau pasti kecewa pada Ayah. Kau berhak marah pada ayah. Ayah memang bukan ayah yang baik. Ayah tidak bisa membahagiakanmu.” Om memgang pundak anjali. Namun segera di tepis. Air mata anjali kembali menetes. Ia semakin memeluk erat selembar foto di pelukannya.
            “Anjali….” ujar Om penuh harap. Namun Anjali semakin larut dalam tangisnya.
@@@
            Pintu depan rumah terbuka. Terdengar suara langkah kaki yang tertatih keluar dari rumah. Sesosok bayangan yang sedang berjalan menuju pagar rumah terlihat dari kamar Anjali.
            “Ayah, mau kemana dia? buat apa dia berpakaian seragam tentaranya? buat apa?” piker Anjali.
            Om melambaikan tangannya ke arah jendela Anjali. Om meyakini bahwa Anjali melihatnya.
            “Selamat tinggal anjali.” gumam ayahnya. seraya berjalan menuju pagar.
            “ayah….ayah….” teriak Anjali sambil berlari. Om menghentikan langkahnya.
            “ayah mau pergi kemana?”
            “Ayah akan menemui Raja Yash.”
            “Untuk apa?”
            “Untuk membatalkan rencana pertunanganmu dengan pangeran Rahul.”
            “Lalu, kenapa ayah harus berpakaian seperti ini.?”
            “Ayah adalah seorang prajurit, Anjali. Sampai kapanpun Ayah adalah seorang prajurit yang akan selalu patuh pada semua perkataan rajanya. Perkataan raja adalah hokum yang harus dilakukan bagi seorang prajurit seperti ayah. Namun jika prajurit itu tidak bisa melakukannya, maka hukuman yang pantas baginya adalah kematian.” (sorry...agak lebay dikit....hehe...)
            Anjali menyadari sebegitu besar ayahnya mencintai profesinya, mencintai rajanya.
            Om memegang tangan Anjali, dan menciuminya seraya menghapu air mata anjali.
            “Aku memang seorang prajurit, tapi aku juga seorang ayah. Hal yang paling menyakiti bagi seorang ayah adalah melihat putrinya menangis. Seorang ayah bisa mnegorbankan apapun, bahkan harga dirinya untuk kebahagiaan putrinya. Jika hidup ayah akan mengembalikan senyumanmu, Ayah akan melakukannya Anjali.”
            “Ayah…”
            “Berhentilah menangis…tersenyumlah….bertahun-tahun ayah kehilangan senyummu, dan ketika senyum itu telah kembali, ayah tidak akan sanggup mengambilnya. Kembalilah ke San Fransisco. Ayah yakin Aryaan sudah menunggumu di sana. Semoga kau bahagia Anjali.” Om mengecup kening Anjali sebagai salam perpisahan. Anjali tak kuasa Manahan keharuannya. Ia langusng memeluk ayahnya dan menangis di pelukannya.
            “Anjali mohon, jangan pergi. Maafkan Anjali, ayah. Anjali akan melakukan apapun kemauan ayah. apapun permintaaan ayah. jika ayah bahagia, anjali juga bahagia.” Anjali melepaskan pelukannya.
            “Aku akan menikah dengan pangeran Rahul.” Ucap Anjali tegas.
@@@
            Suara jepretan dan kilatan kamera wartawan mengiringi laju mobil yang membawa Anjali memasuki ke lingkungan Istana. Istana New Palace, istana dimana kepala Negara India dan keluarganya tinggal. Istana dimana budaya, adat dan istiadat India dijalanakan dan dipertahankan. Mata anjali menerawang jauh memendang kemegahan Istana New Palace. Selamat tinggal kebebasan! selamat datang segala aturan!
            Di depan pintu utama Istana, Ratu Nandini dan Putri Seeta beserta beberapa pelayan istana berdiri dengan senyum mengembang di bibir mereka menyambut kedatangan calon Putri mahkota mereka.
            “Selamat datang di rumah kami, Anjali!” seru Ratu Nandini ketika kaki Anjali menginjakkan pertama kali di bumi Istana.
            “Semoga kau bahagia dan membawa kebahagiaan untuk rakyat India.” Putri Seeta mengalungkan rangkaian bunga. Anjali hanya tersenyum tipis.
            “Anjali, perkenalkan, ini Kiran. Dia yang akan bertanggung jawab padamu di sini. Dan dia juga yang akan membantu segala kebutuhanmu dan dia juga yang akan menjagamu.” Putri Seeta memperkenalkan seorang gadis di sampingnya.
            “Salam,Nona!” Ucap gadis itu renyah.
@@@
            Gadis yang akan menemani Anjali itu bernama Kiran. Kiran lebih muda dari Anjali. Namun Kiran lebih tinggi dari Anjali dan ia memliki postur tubuh yang tegap. Dimata Anjali, Ia tidak cocok menjadi pelayan, tetapi lebih cocok menjadi seorang polisi. (anggap aja Kiran itu Bipasha Bashu).
            “Apa ini Kiran?” Tanya Anjali tak mengerti. Kiran tidak membawa Anjali ke kamarnya, namun Anjali dibawa ke sebuah kotak transparan dengan alat-alat yang pertama kali Anjali temui.
            “Tenanglah, Nona. Ini bukan apa-apa. Ini hanya prosedur pengamanan istana.” kiran memeprsilakan Anjali untuk memasuki kotak transparan itu.
            “Ini adalah body scan. Alat itu akan menyimpan semua informasi Anda, seperti sidik jari, suara, kornea, detak jantung. Semua ini diperlukan agar anda diidentifikasi sebagai penghuni baru Istana ini. Jika seseorang yang tidak teridentifikasi memasuki Istana, maka alat pendeteksi akan berbunyi dan memperingatkan seluruh penghuni istana untuk bersiaga”
            “Haruskah aku melakukan ini semua?”
            “ya, Nona. Ini adalah cara kami untuk melindungi penghuni istana ini, terutama raja dan ratu beserta keluarganya, dan anda akan menjadi keluarga istana ini. Dan kami tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Anda.”
@@@
            “Nona, karena anda adalah orang special maka tidak seperti calon-calon istri pangeran mahkota terdahulu yang ditempatkan di Paviliun tamu, Anda akan ditempatkan di Paviliun Chandnii. Dan ini dia pavilion chandnii…” seru Kiran.
            “Pavilion ini adalah ruangan yang di design langsung oleh pangeran rahul. Makanya designnya agak berbeda dari design Istana pada umumnya. tapi menurut saya pribadi, Pangeran Rahul mempunyai taste yang bagus.” celoteh Kiran. Anjali hanya memperhatikan detail exterior pavilion yang bergaya minimalis. Tidak seperti design Istana pada umunya yang bergaya glamor, pavilion ini seperti rumah.
            “Silahkan anda membukanya.” Kiran menunjuk sebuah alat yang terpasang di sisi pintu.
            “Aku?”
            “Ya, pintu ini hanya bisa terbuka dan terkunci oleh Anda dan Pangeran Rahul. Jadi saya mohon, jika Anda tidak keberatan jangan mengunci pintu karena ini kana menyulitkan saya dan pelayan yang kan membersihkan pavilion ini.” Kiran tersenyum.
@@@
            Rapat gabungan antara kepala Negara dan kepala pemerintahan kerajaan india yang dijadwalkan pukul 10.00 Wib di Istana perdana menteri belum dimulai. Sambil menunggu kedatangan perdana mentri yang terjebak macet, Rahul membuka Tablet pribadinya. Rupanya Rahul sedang membaca berita tentang kedatangan Anjali ke Istana yang menjadi trending topic worldwide saat itu.
            “Aku dengar kau memberikan pavilion pribadimu untuk ditempati oleh Anjali?, Bukankah kau tidak menginginkan Anjali di Istana?” sindir Raja Yash pada Rahul yang duduk di sampingnya.
            “saya tahu bahwa saya tidak bisa mencegah apa yang ingin anda lakukan. Sebagai orang yang mencintai anjali, saya hanya ingin dia merasa nyaman. oleh sebab itu saya harap pavilion itu bisa membuat dia merasa tinggal di sebuah rumah sehingga ia merasa nyaman berada di Istana.”
            “Jujurlah, Rahul! bahwa sebenranya kau memang menyiapkan pavilion itu untuk tempat tinggalmu kelak dengan Anjali, bukan?” ujar raja yash sedikit meledek. Rahul hanya diam.
@@@
            “Nona…bangun Nona. hari sudah pagi.” Kiran menggoncangkan tubuh anjali yang tertidur di samping kasurnya dengan kepala yang hanya menempel di sisi kasur kasur.
            “Aryaan… jangan tinggalkan aku. jangan…ku mohon.” Anjali langsung memeluk kiran erat.  Butiran bening mengalir dari sudut matanya. Kiran bingung mendapati Anjali yang mengigau tak karuan tentang Aryaan.
            “Nona, bangunlah! saya Kiran.” Kiran menepuk-nepuk lembut pipi Anjali.
            “Kiran…” Anjali membuka mata.” se..sejak kapan kau di sini.” sambungnya terbata-bata sambil mengusap sisa air matanya. Mata Anjali nampak sayu dan bengkak.
            “Sejak tadi Nona.” Kiran tersenyum.” Nona, tidak apa-apa kan? Apakah Nona menangis?” Tanya Kiran khwatir yang melihat mata Anjali sembab dan sayu.
            “aku tidak apa-apa” kilah anjali. Kiran bernapas lega.
            “Kalau begitu silahkan Nona menyiapkan diri. Kami sudah menyiapkan peralatan mandi Anda. Kepala rumah tangga sudah mengatur sarapan pagi anda dengan pangeran Rahul.”
            “Pangeran Rahul?” mata Anjali terbelalak
            “Ya, Nona. Kepala Rumah Tangga Istana telah mengatur bahwa Anda dan Pangeran Rahul akan sarapan bersama setiap hari. Tentunya jika Pangeran Rahul tidak dalam perjalanan dinas. Ini semua adalah permintaan langsung Ratu Nandini dan Putri Seeta agar kedekatan anda dan pangeran rahul semakin terjalin.”
            “bisakah aku sarapan sendiri saja seperti kemarin.” rajuk Anjali.
            “tidak bisa, Nona.” Anjali menghembuskan napas. Ia kecewa karena ia belum siap untuk bertemu dengan Rahul, calon tunangannya.
@@@
            BECAUSE I LOVE YOU PART 8