Minggu, 22 Mei 2016

FANFICTION BOLLYWOOD BECAUSE I LOVE YOU part 4



BECAUSE I LOVE YOU part 4
Pagi menampakkan terangnya. Sinar matahari yang melewati celah-celah jendela kamar Anjali mulai dapat dirasakan kehangatannya oleh tubuh Anjali. Pelan-pelan ia buka kedua matanya dan sedikit terkejut ketika melihat dirinya tertidur di pelukan Aryaan.
            “kau sudah bangun?” Tanya Aryaan sebelum Anjali melontarkan sepatah katapun. Anjali tidak menjawab, ia masih tenggelam dalam keterkejutannya.
            Kelopak mata Aryaan terlihat sayu. Semalaman Aryaan tidak tidur karena menjaga Anjali yang seringkali terjaga dan histeris.
            “Sekarang kau merasa lebih baik kan? kalau begitu sekarang kau bersihkan tubuhmu, aku akan menyiapkan makanan.” aryaan mengembangkan senyumnya dan langsung turun dari tempat tidur Anjali dan menuju dapur. Setelah Aryaan diam, Anjali masih saja diam terpaku tidak mengerti apa yang sudah terjadi.
            Dalam keterpakuannya, Anjali berusaha mengingat apa yang telah terjadi padanya. Ia lihat pantulan dirinya dari cermin hias di samping kanan tempat tidurnya. Terlihat warna kebiruan menghiasi sudut bibirnya dan bekas-bekas luka di kaki dan tangannya. Hal itu membuat Anjali ingat bahwa ia hampir mengalami hal terburuk dalam hidupnya.
@@@
            Aroma  wangi daun bawang yang tercampur dalam omelet buatan aryaan sudah tercium kelezatannya. Menggugah selera bagi siapapun yang mecium aroma wanginya. Sambil menunggu matang, aryaan mengambil persediaan susu segar di kulkas dan menyajikannya di meja makan. Aryaan terlihat sangat cekatan sekali melakukan pekerjaan dapur yang biasa dilakukan oleh seorang wanita.
            “hm…kau terlihat sangat ahli sekali dalam memasak…” seru Anjali. Aryaan kaget akan kedatangan Anjali. Ia tersenyum pada Anjali dan Anjali pun membalasnya walaupun senyumnya terlihat sangat dipaksakan. Anjali terlihat lebih segar walaupun matanya masih terlihat bengkak karena terlalu banyak menangis.
            “kau sudah selesai? Well, aku hanya bisa memasak ini untukmu, makanlah!!” Aryaan mempersilakan Anjali duduk. Ia menyajikan Anjali sepotong omelet dihadapn Anjali.
            “terima kasih” ucap Anjali datar. ia langsung menyantap omelet hasil kreasi aryaan.
            Aryaan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sambil makan ia berceloteh tentang apapun bahkan melucu dengan harapan membuat Anjali lebih baik dan tersenyum kembali. Namun Anjali hanya merespon datar celotehan Aryaan.
            “Aryaan…” panggil Anjali. Aryaan menoleh ke arah Anjali.
            “terima kasih, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku jika kau tidak  datang untuk menolongku…. Terima kasih kau sudah menyelamatkan hidupku,,,, terima kasih…” ucap Anjali terbata-bata. Anjali meneteskan airmatanya. Untuk sementara Aryaan membiarkan Anjali larut dalam tangisnya. Setelah Anjali terlihat lebih tenang, Aryaan bangkit dari kursinya dan kemudian berlutut di hadapan Anjali. Aryaan meraih tangan Anjali dan menggenggamnya erat. Anjali hanya terpana melihat Aryaan yang sedang berlutut di hapannya. Dengan lembut Aryaan mengusap air mata di kedua pipi Anjali.
            “kau tidak usah berterima kasih, karena memang itu yang seharusnya aku lakukan. Seandainya saja dengan menukar hidupku akan menyelamatkan hidupmu, aku akan melakukannya Anjali.” Mata Aryaan berkaca-kaca. Mendengar hal itu Anjali hanya bisa diam terpaku, air mata Anjali mengalir kembali.
            “satu hal yang paling aku inginkan dalam hidupku adalah melihatmu tertawa dan bahagia. Aku tidak ingin melihat setitikpun air mata jatuh dari kedua matamu Anjali. Maukah kau berjanji padaku, kau akan melupakan apa yang terjadi kemarin dan tidak akan menangis kembali.” ucap Aryaan bersungguh-sungguh. Ia genggam tangan Anjali lebih erat sambil menatap kedua mata Anjali. Aryaan tak mampu membendung air matanya lagi.
            “aku janji tidak akan menangis lagi” Anjali menghapus air matanya dan kemudian menghapus air mata Aryaan. Anjali tidak bisa membendung perasaan. ia langsung memeluk Aryaan yang sedari tadi berlutut di hadapnnya. Anjali merasa sangat nyaman di pelukan Aryaan walaupun ia masih belum mengerti mengapa rasa itu ada pada dirinya dan juga Anjali tidak mengerti mengapa Aryaan melakukan semua itu padanya. Anjali belum bisa mengerti atau tidak mau memberi nama pada apa yang ia rasakan. (kita tunggu aja…hehe…)
@@@
            Dua bulan saja Aryaan hadir dalam kehidupan Anjali, namun ia sudah memberikan perubahan yang sangat besar bagi kehidupan Anjali. Sekarang Anjali menjelma menjadi gadis yang baru, ia bukan lagi gadis jutek nan kaku tapi dia sekarang adalah gadis yang ramah, periang dan penuh senyum serta kebahagiaan dalam hidupnya. Bahkan Sonia sampai dibuat heran melihat perubahan besar pada Anjali.
            “sekarang kau berubah Anjali. tapi aku senang melihatmu seperti sekarang” ujar Sonia. Ia lalu menyeruput the yang disuguhkan Anjali.
             “ya, aku juga menyukai hidupku sekarang Sonia. aku merasa lebih hidup” sahut Anjali senang. matanya terlihat sangat berbinar.
            “tapi aku heran, bagaimana bisa kau berubah sedrastis ini….Apa semua ini karena Aryaan?” Sonia memelankan suaranya ketika menyebut nama Aryaan. matanya melirik kea rah Aryaan yang tengah sibuk mengankat kock kiriman dari agen. Anjali tersenyum simpul. pipinya memerah. hati Anjali terasa diliputi kebahagiaan ketika nama Aryaan disebut.
            “kau mencintai Aryaan?” Tanya Sonia to the point. Sonia mendekatkan wajahnya pada Anjali yang sedang menulis pembukuan penjualan. ia terlihat bukan bertnaya melainkan mengintrogasi Anjali. Anjali kaget. matanya terbelalak.
            “c…i…n…t…a…!!!” Anjali mengeja kata itu. ia menoleh pada Aryaan yang tengah sibuk merapikan shuttle cock ke kaca etalase. Anjali merasa ada semilir angin sepoi-sepoi yang bertiup. Anjali memikirkan apa perasaan yang selama ini ia tak mengerti adalah cinta?
            “ya,  aku yakin kau mencintai Aryaan. kau tidak bisa berbohong Anjali. matamu mengatakan bahwa kau mencintai Aryaan. sudahlah kau katakana saja pada Aryaan tentang perasaanmu.” seloroh Sonia. Ia memelankan suaranya, khawatir Aryaan akan mendengar pembicaraan mereka.
            “tapi…”
            “tapi kenapa? karena kau perempuan?ingat Anjali, sekarang adalah zaman emansipasi. So, tidak ada yang salah kalau perempuan menyatakan cintanya terlebih dahulu pada pria yang dicintainya. Termasuk kamu.” Sonia mengedip-ngedipkan matanya pada Anjali. Anjali masih diam, ia mulai menggigiti ujung kukunya. pikirannya berputar untuk mencerna apa yang dikatakan Sonia.
            “Lagian aku yakin Aryaan juga mencintaimu, tapi dia tidak berani saja untuk mengatakan perasaannya padamu.” Sonia memandanga ke arah Aryaan da kebetulan Aryaan sedang menoleh kepadanya. Aryaanpun tersenyum manis kepada kedua wanita itu.
            “kenapa?” Anjali tak mengerti.
            “dasar kau!” Sonia menjitak kepala Anjali. Anjali mengadyh kesakitan tapi buru-buru kembali tennag.
            “mana mungkin Aryaan berani. bagaimanapun, Aryaan pasti sadar posisi dia sebagai bawahan kamu. jadi pasti dia malu. Jujur aku sangat setuju kalau kau dengan Aryaan apalagi sampai kau menikah dengannya. dia adalah pria yang baik.” Kata Sonia. Anjali hanya manggut-manggut.
@@@
            Suasana sore pantai di dekat rumah Anjali terasa sangat menyenangkan membuat Anjali betah berlama-lama di sana. sejujurnya selain karena permintaan ayahnya, anjali tetap tinggal di rumah sewaan Paman Kiron karena rumah itu dekat dengan pantai, tempat yang sangat disukainya.
            semilir angin pantai meniup rambut Anjali sehingga seringkali ia harus merapikan rambutnya. suasana sore yang indah terasa makin indah dengan kehadiran Aryaan di pantai itu. Sedari tadi Anjali hanya duduk di pasir pantai sambil memandangi Aryaan yang bermain ombak pantai seperti anak kecil.
            “Anjali, kau tidak bosan hanya duduk-duduk di situ saja. ayo kesini,” sorak Aryaan. ia melambaikan tangannya. Anjali hanya menggeleng.
            Tak lama kemudian Aryaan berlari ke arah anjali dan langsung duduk di samping kanannya. napasnya terdengar ter-engah-engah. tangannya sibuk memeras lipatan di celananya yang basah. Anjali hanya tersenyum manis. kedua matanya tetap memandang matahari sore yang akan segera tenggelam.
            “aku sangat suka menikmati matahari sore. apalagi di pantai !” seloroh Anjali. ia tersenyum pada Aryaan di sampingnya.
            “apalagi bersamamu Aryaan” bisik Anjali dalam hati.
            “aku lebih suka matahari pagi, soalnya matahari pagi banyak mengandung vitamin D. jadi tulangku makin kuat dech” Aryaan mengacungkan kedua tangannya berlaga bak seperti binaragawan yang memamerkan ototnya. hal itu membuat Anjali tertawa.
            “kau ini, tidak pernah serius” Anjali mencubit pinggang Aryaan.  Aryaan pun tertawa melihat Anjali yang kesal. tak lama kemudian tawa keduanya mereda, berganti sepi karena tak ada yang berbicara. keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
            “boleh aku bertanya sesuatu?” ucap Anjali tiba-tiba. ia menoleh pada Aryaan. Aryaan mengangguk.
            “kau pernah jatuh cinta?” Tanya Anjali ragu-ragu. Anjali terlihat kaget dengan kalimat yang baru dilontarkannya. Tak hanya Anjali, Aryaan pun terlihat keget dengan pertanyaan Anjali.
            “jatuh cinta?” Tanya Aryaan balik bertanya. Anjali mengangguk lemah. Anjali terlihat menyesali apa yang baru saja ia ucapkan.
            “kenapa kau menyanyakan hal itu?” Tanya Aryaan lagi. Ia sapukan pandangannya ke lepas pantai. Aryaan tak berani melihat Anjali yang sedang memandangnya.
            “tidak apa-apa…aku hanya bertanya. kalau kau keberatan, kau tidak usah menjawabnya.” jawab Anjali menyesal. ia takut Aryaan merasa tersinggung.
            Aryaan menghela napas pelan. Ia tersenyum untuk dirinya sendiri.
            “aku pernah jatuh cinta Anjali, bahkan sampai sekarang aku masih mencintainya dan akan selalu mencintainya.” Aryaan melirik Anjali yang sedang kacau pikirannya. Terlihat wajah Anjali tegang takut Aryaan sudah memiliki wanita lain.
            Aryaan menghela napas lembut. ia memainkan pasir seperti menuliskan sesuatu di atasnya.
            “saat pertama kali aku melihanya aku lansung jatuh cinta padanya. Dia berbeda dengan gadis yang lain. Dia gadis yang sangat misterius. tapi dibalik itu semua dia adalah gadis yang baik, periang, cerdas…hm..aku tidak punya kalimat yang cocok untuk menggambarkan dirinya Anjali. Yang pasti aku sangat mencintainya. Bahkan aku rela menukar hidupku untuk kebahagiaanya.” ujar Aryaan bersemangat. Dada Anjali mulai sesak. Ia ingin detik itu juga berhenti agar ia bisa menenggelmkan dirinya di tengah lautan di hadapannya. Haruskah ia patah hati untuk pertama kalinya?.  tapi dengan sekuat tenaga Anjali mencoba untuk tidak menangis. Bahkan ia mengembangkan senyumnya.
            “apa kau sudah menyatakan cintamu pada gadis itu.”
            “belum, aku merasa aku tidak pantas untuk dirinya Anjali. Dan aku tidak ingin cintaku akan merenggut kebahagiaanya.”
            “aku yakin gadis itu akan bahagia Aryaan karena dia sudah mendapatkan cinta yang besar darimu. siapapun kamu dan apapun kamu pasti dia akan menerimamu. Wanita itu tidak membutuhkan apa-apa dalam hidupnya Aryaan. dia hanya membutuhkan seseorang yang sangat mencintainya dan rela mengorbankan hidupnya untuk wanita itu. jadi katakana saja padanya.”  Anjali tersenyum namun suaranya mulai sengau menahan air mata yang ia tahan.
            “tapi aku takut Anjali, jika ia tahu siapa aku dia akan meningglkan aku.”
            “kalau gadis itu mencintaimu dia akan menerima kamu, dia akan menerima dirimu, keluargamu, hidupmu dan semua yang ada pada dirmu.”
            “aku harap begitu.” Aryaan memankan alis tebalnya.
            “kalau boleh aku tahu, siapa gadis itu Aryaan?”
            “kau pasti sangat mengenalnya Anjali. selama ini hanya dia gadis yang pernah aku temui yang mempunyai hobi menggigiti kuku ketika ia sedang memikirkan sesuatu.” Aryaan langsung berdiri damengerlingkan matanya pada Anjali. Ia berdiri dan berjalan menuju arah sunset.
            “aku sangat mengenalnya.”  Anjali bertanya-tanya dalam pikirannya. Tanpa sadar ia mulai menggigitu kuku tangan kananya.
            “gadis itu sangat suka menggigiti kuku” Anjali berulang-ulang mengeja kalimat itu dalam benaknya. sedang Aryaan berjalan dengan santainya kea rah matahari terbenam yang sudah semakin menampkkkan ke eksotisannya.
            Anjali memandangi Aryaan yang semakin menjauh. hatinya makin tak karuan. Anjali memeluk lututnya dan Ia mulai menitikkan airmata. Tiba-toba ketika hendak menghpus air matanya Anjali menagkap bayangan kukunya yang rusak tak karuan. Anjali menyadari sesuatu.
            “Aryaan….!!!” Teriak Anjali. Aryaan mengehnetikan langkahnya. IA berbalik.
            “Apakah gadis itu…” Anjali mengehnetikan kalimatnya. Aryaan hanya tersenyum.
            “gadis itu aku?” Tanya Anjali terbata-bata. Anjali menatap sendu ke mata Aryaan. Aryaan menngguk lemah.
            Anjali tidak bisa menyembunyikan perasaanya. Ia langsung berlari kea rah Aryaan dan langsung memeluknya.
            “Aku mencintamu Aryaan. aku sanagt mencintaimu.” isak Anjali dalam pelukan Aryaan.
            “aku juga sangat mencintaimu Anjali, bahkan lebih dari hidupku.”Aryaan memeluk Anjali dengan erat.
@@@
            Hubungan Aryaan dan Anjali yang pada awalnya adalah hubungan antara pegawai dan atasan, kini telah berubah menjadi hubungan cinta antara seorang pria dengan wanita. Akan tetapi, keduanya tetap berusaha bersikap professional dalam pekerjaan mereka. Di toko, Anjali adalah atasan Aryaan yang harus Aryaan hormati. Namun tak jarang, mereka tetap saja kadang-kadang mereka tak dapat menahan gejolak cinta dalam hati mereka (lebay.com hehe...)
            Seperti biasa, sehabis pulang dari toko Anjali dan Aryaan menghabiskan waktu di taman kota Benville tak jauh dari toko Anjali. Di taman itu seperti biasa mereka mendiskusikan apa saja yang bisa mereka diskusikan. Namun kali ini, Aryaan tidak tertarik dengan topic yang sedang dibicarakan Anjali. Ia lebih suka memperhatikan pembicarakan dua orang India yang duduk membelakanginya yang sedang asyik menceritakan tentang kunjungan Putra Mahkota Kerajaan India, Pangeranc Rohan Armaan Raichand.
            Lama-kelamaan Anjali menyadari bahwa Aryaan tidak memperhatikan pembicaraanya. Ia kibaskan tangannya di depan wajah Aryaan, namun Aryaan  bergeming.
            “Aryaan, kau tidak memperhatikanku ya…?” Anjali sedikit berteriak geregetan.    
            “ya, ada apa Anjali.” Aryaan gelagapan.
            “ah, kau ini….!” sungut Anjali berlagak sok kesal.
            “maaf sayang tadi aku sibuk mendegarkan pembicaraaan dua orang India yang duduk di belakang kita.” goda Aryaan manja. Anjali yang tak sedetikpun bisa menyimpan amarahnya untuk Aryaan kini tersipu malu. Aryaan menoleh ke belakang. Namun dua orang India yang ia maksud sudah pergi.
            “memangnya apa yang mereka bicarakan” ucap Anjali sok ketus. Ia mencoba menyembunyikan rasa tersipunya di balik sikapnya yang sok ketus.
            “kau tahu Anjali, Pangeran Rohan dan Putri Pooja akan mengadakan kunjungan kenegaraan di Amerika dan kau tahu mereka juga akan mengunjungi kota ini untuk menyapa penduduk India yang tinggal di sini.” Papar Aryaan dengan sangat antusias sedang Anjali hanya ber-o-ria datar.
            “kau nampaknya tidak senang dengan berita itu Anjali, kau tahu ini adalah hal langka seorang pangeran kerajaan India mengunjungi kota kita. hm...kita beruntung tinggal di kota yang banyak penduduk imigran india, sehingga pangeran India menyempatkan diri untuk menyapa kita.” ucap Aryaan sangat bersemangat.
            “buat apa aku peduli dengan berita itu, tidak ada untungnya bagi kita.” sahut Anjali datar.
            “tapi kan, yang datang adalah pangeran kerajaan India Anjali. Calon Raja kita. symbol Negara kita. apakah kau tidak senang?”. mata aryaan melotot
            “haruskah aku melompat-lompat kegirangan karena pangeran rohan akan kesini??? come on Aryaan…! walaupun kita melompat-lompat kegirangan, kita histeris, ataupun kita pingsan ketika bertemu pangeran rohan, apakah dia akan menghampiri kita? palingan mereka hanya melambaikan tangan dan senyum kepalsuan. Mereka yang sok berkuasa dan merasa paling dihormati, padahal keglamoran, kekuasaan dan kekayaan yang mereka nikmati berasal dari pajak yang kita bayar. Sedang banyak orang-orang miskin di India yang masih kekurangan makan.” ucap Anjali sengit. Dari uacpannya terdengar bahwa ia tidak senang dengan system kerajaan yang diterpakan di India.
            “kau sepertinya tahu banyak tentang mereka Anjali?” Aryaan tersenyum agak dipaksakan. ia terlihat kecewa.
            “aku pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan pangeran dan putra-putri dari bangsawan kerajaan India. Yang kemana-kemana diikuti oleh pengawal pribadi mereka. kau tahu apa yang mereka lakukan pada kami, pada siswa-siswi yang bisa bersekolah karena mendapatkan beasiswa? mereka tidak mau berteman dengan kami. kami di anggap siswa rendahan yang tidak berhak bersekolah. dan kau tahu Aryaan, setiap hari kami harus diperiksa dan distrelisasi, katanya takut kami membawa barang-barang yang membahayakan putra dan putri bangsawan kerajaan itu. Padahal kami juga siswa sekolah itu.” Anjali geram.
            “itu memang prosedurnya Anjali, kalau sampai terjadi sesuatu dengan mereka, Kerajaan india akan terguncang.”
            “aku tidak habis pikir dengan putra-putri bangsawan India terlebih lagi pada putra-putri keluarga kerajaan. kerjaan mereka hanya tebar pesona dan putri-putri bangsawan hanya berteriak histeris mencari perhatian. sungguh menjijikkan.” Anjali terbawa emosi. Aryaan hanya diam mendengarkan Anjali. Ia tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. itukah pemikiran kamu tentang kami Anjali? sebegitu bencikah kau pada kami Anjali? pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di benak Aryaan.
@@@
            Jam 9 pagi, Toko Anjali sudah dibuka. Namun karena masih pagi, tidak ada pengunjung yang datang. Aryaan hanya duduk santai di depan meja kasir sambil menonton televise dari saluran TV CNN. Sesekali ia menoleh pada Anjali yang sedang sibuk dengan pembukuan keuangan toko.
            “Anjali, seandainya aku berbohong padamu, apakah kau akan marah padaku?” Aryaan menatap Anjali yang masih sibuk dengan pembukuannya.
            “Aku percaya padamu. jadi aku yakin kalau kau tidak akan pernah membohongiku. lagian kalau kau berbohong, pasti aku akan langsung  tahu.” Anjali mengerlingkan matanya seraya mencubit pipi Aryaan.
            Aryaan menghela napas lembut. wajahnya terlihat serius.
            “bagaimana kalau ternyata aku adalah seorang keturunan bangsawan kerajaan India bahkan aku adalah seorang pangeran?” ucap Aryaan ragu-ragu. Ia manatap Anjali. Anjali diam. Ia balas menatap Aryaan. Aryaan harap-harap cemas menunggu respon Anjali. dan…
            “hahahahaha…kalau itu sich bukan kebohongan tapi khayalan tingkat tinggi Aryaan…” Anjali tertawa terpingkal-pingkal.
            “sudahlah Aryaan kau tidak usah berkhayal menjadi pangeran atau apapun. aku mencintaimu, mencintai dirimu. Tapi benar sich kau adalah pangeran… tapi pangeran di hatiku…” Anjali mencubit pipi Aryaan gemas. Namun bukannya menghindar, Aryaan malahan balas mencubit pipi Anjali.
            “kau juga putri di hatiku.” Aryaan balas menggombali Anjali. pipi Anjali memerah.
            Tak berhenti di situ, Anjali yang hendak kembali menulis di pembukuannya, kembali digoda Aryaan. Ia mengambil bolpen Anjali dan membawanya pergi.
            “aryaan….”teriak Anjali manja. Aryaan tertawa dan menjulur lidahnya mengejek Anjali. Aryaan berlari menghindari Anjali yang mengejarnya.
            Tiba-tiba saja, layar televisi menyiarkan sebuah breaking news.
            Pemirsa, kerajaan India berduka. Putra mahkota kerajaan India, Pangeran Rohan Armaan Raichand dinyatakan meninggal dunia akibat serangan bom bunuh diri di sela-sela acara perundingan antara Kashmir dan India. sekian sekilas info
            Dan “plek” bolpen anjali yang sedang Aryaan pegang terjatuh. Badan Aryaan jatuh berlutuk, badannya terasa lemah sampai ia tak sanggup berdiri. wajahnya pucat dan bibirnya bergetar.
            “tidak mungkin…!” hanya kalimat itu yang berulangkali Aryaan ucapkan. Anjali yang melihat hal itu hanya bisa panic karena ia tak mengerti.
            “Aryaan, kau kenapa? tenanglah. Aku di sini” Anjali memeluk Aryaan. Ia mencoba menenangkannya.
            “Aku tidak apa-apa Anjali.” Aryaan melepaskan pelukan Anjali. Ia sudah bisa mnegndalikan dirinya.
            “Tapi maaf aku harus pergi.” Lanjutnya. Aryaan melepaskan tangan Anjali dan langsung pergi meninggalkan Anjali yang tertegun tak mengerti.
@@@
            BECAUSE I LOVE YOU part 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar