BECAUSE I LOVE YOU part 4
Pagi
menampakkan terangnya. Sinar matahari yang melewati celah-celah jendela kamar
Anjali mulai dapat dirasakan kehangatannya oleh tubuh Anjali. Pelan-pelan ia
buka kedua matanya dan sedikit terkejut ketika melihat dirinya tertidur di
pelukan Aryaan.
“kau sudah bangun?” Tanya Aryaan
sebelum Anjali melontarkan sepatah katapun. Anjali tidak menjawab, ia masih
tenggelam dalam keterkejutannya.
Kelopak mata Aryaan terlihat sayu.
Semalaman Aryaan tidak tidur karena menjaga Anjali yang seringkali terjaga dan
histeris.
“Sekarang kau merasa lebih baik kan?
kalau begitu sekarang kau bersihkan tubuhmu, aku akan menyiapkan makanan.”
aryaan mengembangkan senyumnya dan langsung turun dari tempat tidur Anjali dan
menuju dapur. Setelah Aryaan diam, Anjali masih saja diam terpaku tidak
mengerti apa yang sudah terjadi.
Dalam keterpakuannya, Anjali
berusaha mengingat apa yang telah terjadi padanya. Ia lihat pantulan dirinya
dari cermin hias di samping kanan tempat tidurnya. Terlihat warna kebiruan
menghiasi sudut bibirnya dan bekas-bekas luka di kaki dan tangannya. Hal itu
membuat Anjali ingat bahwa ia hampir mengalami hal terburuk dalam hidupnya.
@@@
Aroma wangi daun bawang yang tercampur dalam omelet
buatan aryaan sudah tercium kelezatannya. Menggugah selera bagi siapapun yang
mecium aroma wanginya. Sambil menunggu matang, aryaan mengambil persediaan susu
segar di kulkas dan menyajikannya di meja makan. Aryaan terlihat sangat cekatan
sekali melakukan pekerjaan dapur yang biasa dilakukan oleh seorang wanita.
“hm…kau terlihat sangat ahli sekali
dalam memasak…” seru Anjali. Aryaan kaget akan kedatangan Anjali. Ia tersenyum
pada Anjali dan Anjali pun membalasnya walaupun senyumnya terlihat sangat
dipaksakan. Anjali terlihat lebih segar walaupun matanya masih terlihat bengkak
karena terlalu banyak menangis.
“kau sudah selesai? Well, aku hanya
bisa memasak ini untukmu, makanlah!!” Aryaan mempersilakan Anjali duduk. Ia
menyajikan Anjali sepotong omelet dihadapn Anjali.
“terima kasih” ucap Anjali datar. ia
langsung menyantap omelet hasil kreasi aryaan.
Aryaan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Sambil makan ia berceloteh tentang apapun bahkan melucu dengan harapan membuat
Anjali lebih baik dan tersenyum kembali. Namun Anjali hanya merespon datar
celotehan Aryaan.
“Aryaan…” panggil Anjali. Aryaan
menoleh ke arah Anjali.
“terima kasih, aku tidak tahu apa
yang akan terjadi pada diriku jika kau tidak
datang untuk menolongku…. Terima kasih kau sudah menyelamatkan
hidupku,,,, terima kasih…” ucap Anjali terbata-bata. Anjali meneteskan
airmatanya. Untuk sementara Aryaan membiarkan Anjali larut dalam tangisnya.
Setelah Anjali terlihat lebih tenang, Aryaan bangkit dari kursinya dan kemudian
berlutut di hadapan Anjali. Aryaan meraih tangan Anjali dan menggenggamnya
erat. Anjali hanya terpana melihat Aryaan yang sedang berlutut di hapannya.
Dengan lembut Aryaan mengusap air mata di kedua pipi Anjali.
“kau tidak usah berterima kasih,
karena memang itu yang seharusnya aku lakukan. Seandainya saja dengan menukar
hidupku akan menyelamatkan
hidupmu, aku akan melakukannya Anjali.” Mata Aryaan berkaca-kaca. Mendengar hal
itu Anjali hanya bisa diam terpaku, air mata Anjali mengalir kembali.
“satu hal yang paling aku inginkan
dalam hidupku adalah melihatmu tertawa dan bahagia. Aku tidak ingin melihat
setitikpun air mata jatuh dari kedua matamu Anjali. Maukah kau berjanji padaku,
kau akan melupakan apa yang terjadi kemarin dan tidak akan menangis kembali.”
ucap Aryaan bersungguh-sungguh. Ia genggam tangan Anjali lebih erat sambil
menatap kedua mata Anjali. Aryaan tak mampu membendung air matanya lagi.
“aku janji tidak akan menangis lagi”
Anjali menghapus air matanya dan kemudian menghapus air mata Aryaan. Anjali
tidak bisa membendung perasaan. ia langsung memeluk Aryaan yang sedari tadi
berlutut di hadapnnya. Anjali merasa sangat nyaman di pelukan Aryaan walaupun
ia masih belum mengerti mengapa rasa itu ada pada dirinya dan juga Anjali tidak
mengerti mengapa Aryaan melakukan semua itu padanya. Anjali belum bisa mengerti
atau tidak mau memberi nama pada apa yang ia rasakan. (kita tunggu aja…hehe…)
@@@
Dua bulan saja Aryaan hadir dalam
kehidupan Anjali, namun ia sudah memberikan perubahan yang sangat besar bagi
kehidupan Anjali. Sekarang Anjali menjelma menjadi gadis yang baru, ia bukan
lagi gadis jutek nan kaku tapi dia sekarang adalah gadis yang ramah, periang
dan penuh senyum serta kebahagiaan dalam hidupnya. Bahkan Sonia sampai dibuat
heran melihat perubahan besar pada Anjali.
“sekarang kau berubah Anjali. tapi
aku senang melihatmu seperti sekarang” ujar Sonia. Ia lalu menyeruput the yang
disuguhkan Anjali.
“ya, aku juga menyukai hidupku sekarang Sonia.
aku merasa lebih hidup” sahut Anjali senang. matanya terlihat sangat berbinar.
“tapi aku heran, bagaimana bisa kau
berubah sedrastis ini….Apa semua ini karena Aryaan?” Sonia memelankan suaranya
ketika menyebut nama Aryaan. matanya melirik kea rah Aryaan yang tengah sibuk
mengankat kock kiriman dari agen. Anjali tersenyum simpul. pipinya memerah.
hati Anjali terasa diliputi kebahagiaan ketika nama Aryaan disebut.
“kau mencintai Aryaan?” Tanya Sonia
to the point. Sonia mendekatkan wajahnya pada Anjali yang sedang menulis
pembukuan penjualan. ia terlihat bukan bertnaya melainkan mengintrogasi Anjali.
Anjali kaget. matanya terbelalak.
“c…i…n…t…a…!!!” Anjali mengeja kata
itu. ia menoleh pada Aryaan yang tengah sibuk merapikan shuttle cock ke kaca
etalase. Anjali merasa ada semilir angin sepoi-sepoi yang bertiup. Anjali
memikirkan apa perasaan yang selama ini ia tak mengerti adalah cinta?
“ya,
aku yakin kau mencintai Aryaan. kau tidak bisa berbohong Anjali. matamu
mengatakan bahwa kau mencintai Aryaan. sudahlah kau katakana saja pada Aryaan
tentang perasaanmu.” seloroh Sonia. Ia memelankan suaranya, khawatir Aryaan
akan mendengar pembicaraan mereka.
“tapi…”
“tapi kenapa? karena kau
perempuan?ingat Anjali, sekarang adalah zaman emansipasi. So, tidak ada yang
salah kalau perempuan menyatakan cintanya terlebih dahulu pada pria yang
dicintainya. Termasuk kamu.” Sonia mengedip-ngedipkan matanya pada Anjali.
Anjali masih diam, ia mulai menggigiti ujung kukunya. pikirannya berputar untuk
mencerna apa yang dikatakan Sonia.
“Lagian aku yakin Aryaan juga
mencintaimu, tapi dia tidak berani saja untuk mengatakan perasaannya padamu.”
Sonia memandanga ke arah Aryaan da kebetulan Aryaan sedang menoleh kepadanya.
Aryaanpun tersenyum manis kepada kedua wanita itu.
“kenapa?” Anjali tak mengerti.
“dasar kau!” Sonia menjitak kepala
Anjali. Anjali mengadyh kesakitan tapi buru-buru kembali tennag.
“mana mungkin Aryaan berani.
bagaimanapun, Aryaan pasti sadar posisi dia sebagai bawahan kamu. jadi pasti
dia malu. Jujur aku sangat setuju kalau kau dengan Aryaan apalagi sampai kau
menikah dengannya. dia adalah pria yang baik.” Kata Sonia. Anjali hanya
manggut-manggut.
@@@
Suasana sore pantai di dekat rumah
Anjali terasa sangat menyenangkan membuat Anjali betah berlama-lama di sana.
sejujurnya selain karena permintaan ayahnya, anjali tetap tinggal di rumah
sewaan Paman Kiron karena rumah itu dekat dengan pantai, tempat yang sangat
disukainya.
semilir angin pantai meniup rambut
Anjali sehingga seringkali ia harus merapikan rambutnya. suasana sore yang
indah terasa makin indah dengan kehadiran Aryaan di pantai itu. Sedari tadi
Anjali hanya duduk di pasir pantai sambil memandangi Aryaan yang bermain ombak
pantai seperti anak kecil.
“Anjali, kau tidak bosan hanya
duduk-duduk di situ saja. ayo kesini,” sorak Aryaan. ia melambaikan tangannya.
Anjali hanya menggeleng.
Tak lama kemudian Aryaan berlari ke
arah anjali dan langsung duduk di samping kanannya. napasnya terdengar
ter-engah-engah. tangannya sibuk memeras lipatan di celananya yang basah.
Anjali hanya tersenyum manis. kedua matanya tetap memandang matahari sore yang
akan segera tenggelam.
“aku sangat suka menikmati matahari
sore. apalagi di pantai !” seloroh Anjali. ia tersenyum pada Aryaan di
sampingnya.
“apalagi bersamamu Aryaan” bisik
Anjali dalam hati.
“aku lebih suka matahari pagi,
soalnya matahari pagi banyak mengandung vitamin D. jadi tulangku makin kuat
dech” Aryaan mengacungkan kedua tangannya berlaga bak seperti binaragawan yang
memamerkan ototnya. hal itu membuat Anjali tertawa.
“kau ini, tidak pernah serius”
Anjali mencubit pinggang Aryaan. Aryaan
pun tertawa melihat Anjali yang kesal. tak lama kemudian tawa keduanya mereda,
berganti sepi karena tak ada yang berbicara. keduanya larut dalam pikiran
masing-masing.
“boleh aku bertanya sesuatu?” ucap
Anjali tiba-tiba. ia menoleh pada Aryaan. Aryaan mengangguk.
“kau pernah jatuh cinta?” Tanya
Anjali ragu-ragu. Anjali terlihat kaget dengan kalimat yang baru
dilontarkannya. Tak hanya Anjali, Aryaan pun terlihat keget dengan pertanyaan
Anjali.
“jatuh cinta?” Tanya Aryaan balik
bertanya. Anjali mengangguk lemah. Anjali terlihat menyesali apa yang baru saja
ia ucapkan.
“kenapa kau menyanyakan hal itu?”
Tanya Aryaan lagi. Ia sapukan pandangannya ke lepas pantai. Aryaan tak berani
melihat Anjali yang sedang memandangnya.
“tidak apa-apa…aku hanya bertanya.
kalau kau keberatan, kau tidak usah menjawabnya.” jawab Anjali menyesal. ia
takut Aryaan merasa tersinggung.
Aryaan menghela napas pelan. Ia
tersenyum untuk dirinya sendiri.
“aku pernah jatuh cinta Anjali,
bahkan sampai sekarang aku masih mencintainya dan akan selalu mencintainya.”
Aryaan melirik Anjali yang sedang kacau pikirannya. Terlihat wajah Anjali
tegang takut Aryaan sudah memiliki wanita lain.
Aryaan menghela napas lembut. ia
memainkan pasir seperti menuliskan sesuatu di atasnya.
“saat pertama kali aku melihanya aku
lansung jatuh cinta padanya. Dia berbeda dengan gadis yang lain. Dia gadis yang
sangat misterius. tapi dibalik itu semua dia adalah gadis yang baik, periang,
cerdas…hm..aku tidak punya kalimat yang cocok untuk menggambarkan dirinya
Anjali. Yang pasti aku sangat mencintainya. Bahkan aku rela menukar hidupku
untuk kebahagiaanya.” ujar Aryaan bersemangat. Dada Anjali mulai sesak. Ia
ingin detik itu juga berhenti agar ia bisa menenggelmkan dirinya di tengah
lautan di hadapannya. Haruskah ia patah hati untuk pertama kalinya?. tapi
dengan sekuat tenaga Anjali mencoba untuk tidak menangis. Bahkan ia
mengembangkan senyumnya.
“apa kau sudah menyatakan cintamu
pada gadis itu.”
“belum, aku merasa aku tidak pantas
untuk dirinya Anjali. Dan aku tidak ingin cintaku akan merenggut
kebahagiaanya.”
“aku yakin gadis itu akan bahagia
Aryaan karena dia sudah mendapatkan cinta yang besar darimu. siapapun kamu dan
apapun kamu pasti dia akan menerimamu. Wanita itu tidak membutuhkan apa-apa
dalam hidupnya Aryaan. dia hanya membutuhkan seseorang yang sangat mencintainya
dan rela mengorbankan hidupnya untuk wanita itu. jadi katakana saja
padanya.” Anjali tersenyum namun
suaranya mulai sengau menahan air mata yang ia tahan.
“tapi aku takut Anjali, jika ia tahu
siapa aku dia akan meningglkan aku.”
“kalau gadis itu mencintaimu dia
akan menerima kamu, dia akan menerima dirimu, keluargamu, hidupmu dan semua
yang ada pada dirmu.”
“aku harap begitu.” Aryaan memankan
alis tebalnya.
“kalau boleh aku tahu, siapa gadis
itu Aryaan?”
“kau pasti sangat mengenalnya Anjali.
selama ini hanya dia gadis yang pernah aku temui yang mempunyai hobi menggigiti
kuku ketika ia sedang memikirkan sesuatu.” Aryaan langsung berdiri
damengerlingkan matanya pada Anjali. Ia berdiri dan berjalan menuju arah
sunset.
“aku sangat mengenalnya.” Anjali bertanya-tanya dalam pikirannya. Tanpa
sadar ia mulai menggigitu kuku tangan kananya.
“gadis itu sangat suka menggigiti
kuku” Anjali berulang-ulang mengeja kalimat itu dalam benaknya. sedang Aryaan
berjalan dengan santainya kea rah matahari terbenam yang sudah semakin
menampkkkan ke eksotisannya.
Anjali memandangi Aryaan yang
semakin menjauh. hatinya makin tak karuan. Anjali memeluk lututnya dan Ia mulai
menitikkan airmata. Tiba-toba ketika hendak menghpus air matanya Anjali
menagkap bayangan kukunya yang rusak tak karuan. Anjali menyadari sesuatu.
“Aryaan….!!!” Teriak Anjali. Aryaan
mengehnetikan langkahnya. IA berbalik.
“Apakah gadis itu…” Anjali
mengehnetikan kalimatnya. Aryaan hanya tersenyum.
“gadis itu aku?” Tanya Anjali
terbata-bata. Anjali menatap sendu ke mata Aryaan. Aryaan menngguk lemah.
Anjali tidak bisa menyembunyikan
perasaanya. Ia langsung berlari kea rah Aryaan dan langsung memeluknya.
“Aku mencintamu Aryaan. aku sanagt
mencintaimu.” isak Anjali dalam pelukan Aryaan.
“aku juga sangat mencintaimu Anjali,
bahkan lebih dari hidupku.”Aryaan memeluk Anjali dengan erat.
@@@
Hubungan Aryaan dan Anjali yang pada
awalnya adalah hubungan antara pegawai dan atasan, kini telah berubah menjadi
hubungan cinta antara seorang pria dengan wanita. Akan tetapi, keduanya tetap
berusaha bersikap professional dalam pekerjaan mereka. Di toko, Anjali adalah
atasan Aryaan yang harus Aryaan hormati. Namun tak jarang, mereka tetap saja
kadang-kadang mereka tak dapat menahan gejolak cinta dalam hati mereka (lebay.com hehe...)
Seperti biasa, sehabis pulang dari
toko Anjali dan Aryaan menghabiskan waktu di taman kota Benville tak jauh dari
toko Anjali. Di taman itu seperti biasa mereka mendiskusikan apa saja yang bisa
mereka diskusikan. Namun kali ini, Aryaan tidak tertarik dengan topic yang
sedang dibicarakan Anjali. Ia lebih suka memperhatikan pembicarakan dua orang
India yang duduk membelakanginya yang
sedang asyik menceritakan tentang kunjungan Putra Mahkota Kerajaan India,
Pangeranc Rohan Armaan Raichand.
Lama-kelamaan Anjali menyadari bahwa
Aryaan tidak memperhatikan pembicaraanya. Ia kibaskan tangannya di depan wajah
Aryaan, namun Aryaan bergeming.
“Aryaan, kau tidak memperhatikanku
ya…?” Anjali sedikit berteriak geregetan.
“ya, ada apa Anjali.” Aryaan
gelagapan.
“ah, kau ini….!” sungut Anjali
berlagak sok kesal.
“maaf sayang tadi aku sibuk
mendegarkan pembicaraaan dua orang India yang duduk di belakang kita.” goda
Aryaan manja. Anjali yang tak sedetikpun bisa menyimpan amarahnya untuk Aryaan
kini tersipu malu. Aryaan menoleh ke belakang. Namun dua orang India yang ia
maksud sudah pergi.
“memangnya apa yang mereka
bicarakan” ucap Anjali sok ketus. Ia mencoba menyembunyikan rasa tersipunya di
balik sikapnya yang sok ketus.
“kau tahu Anjali, Pangeran Rohan dan
Putri Pooja akan mengadakan kunjungan kenegaraan di Amerika dan kau tahu mereka
juga akan mengunjungi kota ini untuk menyapa penduduk India yang tinggal di
sini.” Papar Aryaan dengan sangat antusias sedang Anjali hanya ber-o-ria datar.
“kau nampaknya tidak senang dengan
berita itu Anjali, kau tahu ini adalah hal langka seorang pangeran kerajaan
India mengunjungi kota kita. hm...kita beruntung tinggal di kota yang banyak
penduduk imigran india, sehingga pangeran India menyempatkan diri untuk menyapa
kita.” ucap Aryaan sangat bersemangat.
“buat apa aku peduli dengan berita
itu, tidak ada untungnya bagi kita.” sahut Anjali datar.
“tapi kan, yang datang adalah
pangeran kerajaan India Anjali. Calon Raja kita. symbol Negara kita. apakah kau
tidak senang?”. mata aryaan melotot
“haruskah aku melompat-lompat
kegirangan karena pangeran rohan akan kesini??? come on Aryaan…! walaupun kita
melompat-lompat kegirangan, kita histeris, ataupun kita pingsan ketika bertemu
pangeran rohan, apakah dia akan menghampiri kita? palingan mereka hanya
melambaikan tangan dan senyum kepalsuan. Mereka yang sok berkuasa dan merasa
paling dihormati, padahal keglamoran, kekuasaan dan kekayaan yang mereka
nikmati berasal dari pajak yang kita bayar. Sedang banyak orang-orang miskin di
India yang masih kekurangan makan.” ucap Anjali sengit. Dari uacpannya
terdengar bahwa ia tidak senang dengan system kerajaan yang diterpakan di India.
“kau sepertinya tahu banyak tentang
mereka Anjali?” Aryaan tersenyum agak dipaksakan. ia terlihat kecewa.
“aku pernah bersekolah di sekolah
yang sama dengan pangeran dan putra-putri dari bangsawan kerajaan
India. Yang kemana-kemana diikuti oleh pengawal pribadi mereka. kau tahu apa
yang mereka lakukan pada kami, pada siswa-siswi yang bisa bersekolah karena
mendapatkan beasiswa? mereka tidak mau berteman dengan kami. kami di anggap
siswa rendahan yang tidak berhak bersekolah. dan kau tahu Aryaan, setiap hari
kami harus diperiksa dan distrelisasi, katanya takut kami membawa barang-barang
yang membahayakan putra dan putri
bangsawan kerajaan
itu. Padahal kami juga siswa sekolah itu.” Anjali geram.
“itu memang prosedurnya Anjali,
kalau sampai terjadi sesuatu dengan mereka, Kerajaan india akan terguncang.”
“aku tidak habis pikir dengan putra-putri bangsawan
India terlebih lagi pada putra-putri keluarga
kerajaan. kerjaan mereka hanya tebar pesona dan putri-putri bangsawan hanya berteriak histeris
mencari perhatian. sungguh menjijikkan.” Anjali terbawa emosi. Aryaan hanya
diam mendengarkan Anjali. Ia tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. itukah
pemikiran kamu tentang kami Anjali? sebegitu bencikah kau pada kami Anjali?
pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di benak Aryaan.
@@@
Jam 9 pagi, Toko Anjali sudah
dibuka. Namun karena masih pagi, tidak ada pengunjung yang datang. Aryaan hanya
duduk santai di depan meja kasir sambil menonton televise dari saluran TV CNN.
Sesekali ia menoleh pada Anjali yang sedang sibuk dengan pembukuan keuangan
toko.
“Anjali, seandainya aku berbohong
padamu, apakah kau akan marah padaku?” Aryaan menatap Anjali yang masih sibuk
dengan pembukuannya.
“Aku percaya padamu. jadi aku yakin
kalau kau tidak akan pernah membohongiku. lagian kalau kau berbohong, pasti aku
akan langsung tahu.” Anjali
mengerlingkan matanya seraya mencubit pipi Aryaan.
Aryaan menghela napas lembut.
wajahnya terlihat serius.
“bagaimana kalau ternyata aku adalah
seorang keturunan bangsawan kerajaan
India bahkan aku adalah seorang pangeran?” ucap Aryaan ragu-ragu. Ia manatap
Anjali. Anjali diam. Ia balas menatap Aryaan. Aryaan harap-harap cemas menunggu
respon Anjali. dan…
“hahahahaha…kalau itu sich bukan
kebohongan tapi khayalan tingkat tinggi Aryaan…” Anjali tertawa
terpingkal-pingkal.
“sudahlah Aryaan kau tidak usah
berkhayal menjadi
pangeran atau apapun. aku mencintaimu, mencintai dirimu. Tapi benar sich kau
adalah pangeran… tapi pangeran di hatiku…” Anjali mencubit pipi Aryaan gemas.
Namun bukannya menghindar, Aryaan malahan balas mencubit pipi Anjali.
“kau juga putri di hatiku.” Aryaan
balas menggombali Anjali. pipi Anjali memerah.
Tak berhenti di situ, Anjali yang
hendak kembali menulis di pembukuannya, kembali digoda Aryaan. Ia mengambil
bolpen Anjali dan membawanya pergi.
“aryaan….”teriak Anjali manja.
Aryaan tertawa dan menjulur lidahnya mengejek Anjali. Aryaan berlari
menghindari Anjali yang mengejarnya.
Tiba-tiba saja, layar televisi
menyiarkan sebuah breaking news.
“Pemirsa, kerajaan
India berduka. Putra mahkota kerajaan India, Pangeran Rohan Armaan Raichand
dinyatakan meninggal dunia akibat serangan bom bunuh diri di sela-sela acara
perundingan antara Kashmir dan India. sekian sekilas info”
Dan “plek” bolpen anjali yang sedang
Aryaan pegang terjatuh. Badan Aryaan jatuh berlutuk, badannya terasa lemah
sampai ia tak sanggup berdiri. wajahnya pucat dan bibirnya bergetar.
“tidak mungkin…!” hanya kalimat itu
yang berulangkali Aryaan ucapkan. Anjali yang melihat hal itu hanya bisa panic
karena ia tak mengerti.
“Aryaan, kau kenapa? tenanglah. Aku
di sini” Anjali memeluk Aryaan. Ia mencoba menenangkannya.
“Aku tidak apa-apa Anjali.” Aryaan
melepaskan pelukan Anjali. Ia sudah bisa mnegndalikan dirinya.
“Tapi maaf aku harus pergi.” Lanjutnya.
Aryaan melepaskan tangan Anjali dan langsung pergi meninggalkan Anjali yang
tertegun tak mengerti.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar