Minggu, 08 Mei 2016

BECAUSE I LOVE YOU part 2



BECAUSE I LOVE YOU part 2

Cuaca pagi di kota San Fransisco di musim panas terasa seperti panas matahari di siang hari. Namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi penduduk kota San Fransisco untuk mengais rejeki di Negara bagian Amerika serika itu. Tak terkecuali Anjali.
            Pagi-pagi sekali Anjali sudah datang ke tokonya. Dengan sangat cekatan Anjali membereskan dagangannya dan membersihakan etalase tempat peralatan olahraga dipajang. Bulir-bulir keringat mulai membasahi kening anjali pertanda ia sudah mulai lelah. Namun hal itu tidak membuat anjali menghentikan aktifitasnya memebereskan dagangannya yang sudah mulai banyak. Yupz… toka anjali sudah berkembang dan mulai besar. Oleh sebab itu anjali membutuhkan pegawai yang bersedia bekerja di tokonya. Namun sudah seminggu dia mengumumkan tentang lowongan pekerjaan di tokonya, tak seorangpun yang melamar.
            “kring…kring…” suara handphone anjali bordering. Ia rogoh hp dari saku celananya.
            “ayah” gumamnya setelah membaca nama di layar hpnya. Ia masukkan kembali hapenya ke dalam saku celananya.
            “maaf ayah aku sibuk. Pekerjaanku belum beres dan sebentar lagi para pembeli pasti datang. Lagian aku malas mendengar ocehanmu tentang pernikahan.” Cerocos anjali dalam hatinya. Dia mengusap keringat di keningnya.
            Sudah hampir mendekati waktu membuka toko namun pekerjaannya belum selesai juga. Anjali menengadahkan kepalnya dan mengangkat kedua tangannya.
            “Tuhan, tolong bantu aku. Tolong kirimkan seseorang untuk membantuku dan menjadi pegawai di toko ini. aku sangat memerlukannya. Masa sich tidak seorangpun yang berminat bekerja di toko ini. baiklah, Tuhan aku janji. Siapapun orang yang kamu kirimkan, aku pasti akan menerimanya.” Janji Anjali.
            Tiba-tiba seorang pria dengan rambut gondrong dan janggut didagunya memasuki toko Anjali. (anggap aja tampangnya SRK kayak di Don 2 hehe)
            “hello…! Anybody home?” teriak pria itu sambil melirik ke sekelilingnya.
            “maaf tuan, tokonya masih tutup. Bukanya nanti jam 9” anjali balas berteriak sambil tetap merapikan dagangannya tanpa menoleh sedikitpun.
            “hi..nona” diam-diam pria itu tiba-tiba menjulurkan kepalanya keaarah Anjali dengan memamerkan giginya dan mengedip-ngedipkan matanya dan hal itu membuat Anjali kaget.
            “astaga…kau…? Kau pasti ingin berbuat macam-macam padaku ya? Jangan harap kau bias melakukan hal itu. Ciaat..ciat…” Anjali mengebuki pria itu dengan tongkat Baseball yang sedang dipegangnya.
            “ampun nona, ampun… saya tidak ingin berbuat macam-macam, saya hanya ingin melamar pekerjaan..ampun…!!!’ Pria itu mencoba menahan pukulan Anjali.
            “melamar pekerjaan?” Anjali mengehentikan pukulannya. Dia memperhatikan penampilan pria itu dari atas ke bawah, dari ujung kepala sampai ujung kaki dan pria itu hanya memerkan senyumnya yang sedikit menyeramkan.
            “kau ingin bekerja disini?” lanjut Anjali. Alis matanya berkerut. Dia mengingat apa yang dilakukan pria itu beberapa hari yang lalu.
            “sebelumnya saya minta maaf nona untuk kejadian tempo hari. Saya tidak bermaksud melakukan hal itu. Saya hanya mencoba menghindari perkelahian.” Ujar Pria itu dengan sungguh-sungguh.
            “saya mohon nona, maafkan saya dan tolong terima saya bekerja di sini. Saya mohon nona..” pria itu berlutut di kaki Anjali. Anjali mencoba melarangnya.
            “kalau sampai hari ini saya tidak bias mendapatkan pekerjaan, maka saya tidak bias makan dan tidak bias menafkahi keluarga saya yang berada di India, dan adik saya akan di D.O dari sekolahnya karena tidak bisa membayar SPPnya..saya mohon nona, saya mohon…hiks..hiks…” ujar pria itu dengan sangat mengiba. Perasaan iba Anjali pun timbul. Anjali menyuruhnya untuk berdiri seketika wajah pria itu berbinar.
            “untuk sekolah??? gumam Anjali pelan. Rahul mengagguk pelan
            mana CVmu” Tanya Anjali datar. Raut muka Pria itu kembali sedih. Dia berlutut kembali.
            “tadi di jalan CV saya dirampok nona..huhu…apa sich pentingnya CV..tanpa CV saya bias menceritakan diri saya..” Pria itu bangkit. Dia merapikan baju dan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
            “perkenalkan, nama saya Aryaan tapi bukan Raj Aryaan Malhotra karena saya bukan Sharukh Khan pemain film Mohabbatein walaupun banyak orang yang mengatakan saya mirip dengannya…” cerocos laki-laki itu. Dan Anjali hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Pria itu. Dengan berat hati, Anjali menerima Pria itu sebagai pegawainya karena sumpah yang telah ia ucapkan.
            “terima kasih nona….” Pria itu menggantung kalimatnya sebagai tanda dia ingin mengetahui nama gadis itu.
            “Anjali” sahut Anjali datar sambil menerima uluran tangan pria itu.
            “nama yang manis, semanis orangnya.” Ujar pria itu terkesan menggoda.
            Pria itu bernama Aryaan. Pria dengan wajah sangar dengan sifat yang sedikit ‘nakal’
@@@
            Sejak saat itu Aryaan bekerja di toko Anjali. Tidak seperti rupanya yang lebih mirip preman ketimbang pegawai toko, ternyata Aryaan adalah pria yang humoris dan sedikit konyol yang membuat anjali menunggingkan senyumnya. Namun Kadang-kadang sifat ‘nakal’nya muncul ketika pembeli wanita nakal dan hal itu membuat Anjali geleng-geleng kepala. Tak hanya itu, Aryaan adalah pegawai yang cekatan sehingga membuat pekerjaan Anjali lebih ringan. Akan tetapi tetap saja Anjali menaruh curiga pada Aryaan bahwa Aryaan akan berbuat macam-macam pada dirinya.
            Suatu hari Sonia, teman dekat Anjali, datang menemuinya.
            “Anjali, I miss you.” Sonia memeluk anjali.
            “I miss you too.” balas Anjali. Seraya mempersilakan Sonia duduk di kursi yang berada di sudut tokonya. Sonia melihat sekelilingnya, dia tersenyum bangga melihat usaha Anjali semakin berkembang.
            “nampaknya usahamu semakin berkembang, sampai-sampai kau membutuhkan seseorang untuk membantumu.” Ujar Sonia.
            “yeah…tapi dia agak…”anjali menggantung kalimatnya. Dia melirik sekilas pada Aryaan yang sedang sibuk memasukkan bola basket ke etalase.
            “agak seram” tebak Sonia. Anjali hanya mengangguk.
            “dan juga sedikit suka tebar pesona pada para pembeli wanita” sahut Anjali ketus.
            “menurutku dia tidak begitu. Mungkin itu hanya caranya dia dalam melayani pembeli. Aku suka kok. Nampaknya dia juga pria yang lucu dan menyenangkan. Tadi aku sempat ngobrol dengannya.” Papar Sonia seraya meneguk air putih yang disuguhkan Anjali.
            Anjali dan Sonia berbincang-bincang dengan santainya. Sonia menceritakan tentang pacar-pacarnya dengan sangat antusias sedangkan anjali hanya diam mendengarkan.
            Sonia dan Anjali memang bersahabat. Keduanya juga belum menikah di usianya yang sudah lebih dari cukup untuk menikah. Berbeda dengan Anjali yang sebenarnya ingin menikah namun belum ada seorangpun pria yang mendekatinya karena sifatnya yang cuek dan dingin, Sonia adalah gadis periang yang supel, sudah beberapa kali dia menjalin cinta tapi Sonia sama sekali tidak menginginkan untuk menikah. Karena bagi Sonia pernikahan hanya akan mengekang kebebasannya. Dan oleh sebab itu, Sonia yang sangat menyayangi Anjali selalu berusaha memperkenalkan Anjali dengan teman-teman prianya dengan harapan Anjali akan menemukan Pria yang cocok dengannya. Namun usah Sonia selalu sia-sia. Seperti hari ini,
            “ini, undangan untuk kamu. Kamu harus datang, siapa tahu kau menemukan arjuna di pestaku” Sonia menyodorkan sebuah undangan. Belum sempat undangan itu diterima Anjali, sebuah tangan telah menyerobotnya. Aryaan.
            “wow..pesta, I love party. Pasti di sana ada banyak gadis sexy…” seloroh rahul penuh minat. Matanya menerawang nakal.
            “pastinya Aryaan. kalau kau ada waktu kau boleh datang juga.” ujar Sonia seraya mengambil sebuah undangan dari dalam tasnya dan memebrikannya pada Aryaan. Aryaan menerimanya dengan senang dan langsung berdendang meninggalkan keduanya. Sedangkan Anjali tetap dengan wajah datarnya.
@@@
            Suara music DJ yang bagi sebagian orang memekakkan telinag namun tidak untuk Sonia dan teman-temannya yang sedang asyik menggoyangkan badannya mengikuti irama lagu di lantai dansa. Gemerlap lampu disco menambah meriah suasana pesta Sonia serta berliter-liter alcohol yang sudah diteguk membuat tubuh selalu ingin bergoyang tanpa mengenal lelah. Seolah selalu ada tenaga baru untuk bergoyang.
            Terlihat Sonia sedang menari dikelilingi teman-teman prianya dan Aryaan yang sedang menari bersama wanita-wanita seksi di pelukannya. Akan tetapi tidak terlihat Anjali di lantai dansa. Yupz, Anjali memang tidak terlihat dalam euphoria pesta Sonia, namun ia ada di tempat itu.
            Anjali, gadis manis yang selalu bermuka datar itu terlihat sedang duduk di bar. Dia sedang asyik menikmati softdrink yang disuguhkan bartender pesta itu. Terlihat, bartender merasa aneh dengan keberadaan Anjali yang duduk sendirian di bar sedangkan teman-temannya sedang asyik menari di lantai dansa. Sebenarnya Sonia sudah mengajak Anjali untuk ikut menari bersama. Bahkan Sonia sudah memperkenalkan dengan beberepa pria tampan kenalannya. Namun Anjali dengan ketus menolak anjakan pria-pria itu untuk menari bersama. Tak hanya itu, Aryaan yang juga untuk mengajakknya ditolak mentah-mentah.
            “hm… pantas saja sampai di umur nona yang sudah…” Aryaan memotong kalimatnya. Anjali menatapnya tajam
            “tidak ada laki-laki yang mau mendekatimu. Mana ada pria yang mau berdekatan dengan orang yang ketus dan jutek seperti nona. Kalau nona seperti ini terus, sampai kapanpun tidak ada seorang priapun yang mau menikahi nona. Andai saja nona seperti Sonia atau paling tidak setengahnya saja aku yakin pria-pria itu akan bertekuk lutut di hadapan nona…” cerocos Aryaan yang langsung pergi bergabung dengan gadis-gadis cantik di lantai dansa.
            Emosi Anjali memuncak, dengan mata nanar ia memandang Aryaan yang sedang asyik menari dengan gadis-gadis seksi kenalan barunya dan Sonia yang juga menari bersama Aryaan.
            Anjali membuka blazer krem dari tubuhnya dan berjalan mengambil sebotol alcohol yang berada tak jauh dari kursinya dan langsung meneguknya.
            Beberapa saat kemudian lampu disco padam. Semua orang yang berada di pesta itu panic. Namun tiba-tiba sesosok perempuan sedang berdiri diatas meja bar. Dan sebuah lagupun berbunyi. (anggap saja ada lagu it is the time to disco, tapi versi Kajol hehe…)
@@@
            Anjali yang sedang mabuk menari dengan hebohnya dikelilingi pria-pria yang merupakan teman Sonia di lantai dansa. Namun tanpa Anjali sadari ada seseorang yang memperhatikanya dan terbakar rasa cemburunya.
            Karena dalam kondisi mabuk, Anjali tidak menyadari bahwa pria-pria yang menari di sekelilingnya berbuat kurang ajar kepadanya. Aryaan yang melihatnya tidak tinggal diam. Ia menarik tangan anjali yang sedang mabuk berat dan membawanya keluar dari ruang pesta menjauh dari pria yang sudah kurang ajar terhadapnya.
            “hei, lepaskan!!! Aku ingin kembali ke sana. Pestanya belum selesai…” anjali menghempaskan tangan Aryaan yang memegaangnya. Tubuhnya terlihat sempoyongan
            “sudah cukup nona, ini sudah berlebihan. Ayo kita pulang” gertak Aryaan.
            “hei, siapa kamu, berani mengaturku. Kau hanya pegawai di tokoku, kau tidak berhak mengaturku.” Balas Anjali sengit. Anjali hendak kembali ke ruang pesta. Namun Aryaan menarik kembali tangannya.
            “cukup nona kau sudah mabuk. Kau mau pria-pria itu bertindak kurang ajar padamu?”
            “kurang ajar…??” Anjali memandang Aryaan.
            “haha…bukannya katamu aku harus seperti Sonia supaya dikelilingi banyak pria. Kau lihat, aku bias lebih dari Sonia. Dan pria-pria itu menyukaiku…haha…” ucap Anjali dalam mabuknya.
            “tapi bukan ini yang aku maksud nona..” ujar Aryaan lembut
            “terus a..” Anjali pingsan. Ia terjatuh di pelukan Aryaan.
@@@
            Mentari mulai menampakkan kehadirannya. Sinar kehangatannya bias dirasakan oleh semua orang, tak terkecuali Anjali. Sinar mentari yang masuk melalui celah-celah jendela membuat mata Anjali sedikit silau dan membangunkannya dar alam mimpi. Pelan-pelan Anjali membuka mata indahnya, kepalanya masih terasa pusing. Anjali bertanya-tanya dimana ia berada karena ia merasa tidak berda di kamarnya. Ia lihat sekelilingnya dan menemukan sesosok tubuh sedang meringkuk di sofa di samping kanan tempat tidur. Aryaan. Anjali sshock karena berada satu kamar dengan Aryaan dan dia tambah shock meilhat dirinya yang sedang memakai jaket Aryaan. Pikiran aneh muncul dalam benak Anjali.
            “aaaaa…….!!!” Teriak Anjali panic. Suara teriakan Anjali membangunkan Aryaan dari tidurnya dan langsung menghampiri Anjali.
            “nona, kau sudah sadar? Ada apa?” Tanya Aryaan ikutan panic.
            Anjali mulai menangis, ia memukul-mukul tubuh Aryaan dan Aryaan hanya bias menghindar tak mengerti terhadap apa yang ditangisi anjali.
            “kau kurang ajar…kurang ajar…apa yang sudah kau lakukan?” isak Anjali.
            “maksud nona?” Aryaan masih belum mengerti.
            “apa yang usdah kau lakukan? kau…kau pasti sudah…”Anjali tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Tangisnya tambah menjadi. Aryaan sudah mulai menegrti apa yang dimaksud Anjali.
            “tenanglah nona….aku tidak melakukan apa-apa padamu” Aryaan menyentuh pundak Anjali untuk menenagkannya. Anjali menepisnya.
            “bohong….kau pasti bohong. Terus kenapa kita berada di sini dan aku, aku memakai jaketmu”
            “kau ingat nona? Tadi malam kau mabuk berat dan pingsan. Aku ingin mengantarkan ke rumahmu, tapi aku tidak tahu rumahmu. Dan membawamu ke rumahku itu tidak mungkin, aku tidak bias mengendarai sepeda motorku dengan membawa wanita yang sedang pingsan. Dan masalah kau memakai jaketku…” Aryaan tersenyum
            “kau ingat tidak, tadi malam kau membuang blazermu di pesta Sonia, dan aku tidak tega orang-orang harus melihat tubuhmu dalam keadaan seperti itu, walaupun itu seksi…hehe…”
            Anjali mulai tenang. Isak tangisnya mulai mereda. Aryaan memegang wajah Anjali dan menghapus air mata Anjali dari pipinya. Anjali hanya memandang wajah Aryaan.
            “aku tidak melakukan apapun padamu nona. Aku bersumpah” ucap Aryaan bersungguh-sungguh. Ia memandang mata Anjali.
            “ aku orang Hindustan nona dan kau juga orang Hindustan. Aku tahu seberapa penting sebuah kehormatan bagi seorang wanita Hindustan. Dan aku sebagai pria Hindustan harus menjaga kehormatan wanita Hindustan.” Lanjut Aryaan.
            Anjali terenyuh dengan apa yang sudah Aryaan katakan. Orang yang selalu ia curigai sebagai pria ‘nakal’, ternyata sangat menghormati seorang wanita.
            “sekarang aku akan pergi keluar dan kau bersipa-siaplah. Aku akan mengantarkanmu pulang” ucap Aryaan seraya pergi meninggalkan Anjali yang masih tertegun dengan apa yang baru saja Aryaan katakan.
@@@
            Dengan sepeda motor tuanya, Aryaan mengantarkan Anjali menuju rumahnya. Aryaan agak heran ketika Anjali menunjuk salah satu dari dua rumah yang berdiri jauh dari keramaian kota San Fransisco sebagai rumahnya.
            “nona tinggal disini?” Tanya Aryaan heran. Dia menyapukan pandangannya ke sekeliling dua rumah tersebut. Sepi.
            “yeah, aku tinggal di sini, walaupun hanya rumah sewaan. dan itu adalah rumah paman Kiron, pemilik rumah ini” Anjali menunjuk rumah yang berada di samping rumahnya.
            “kenapa nona tidak tinggal di rumah yang dekat dengan kota saja ?” Aryaan masih keheranan.
            “paman kiron adalah teman ayahku saat bertugas menjadi relawan PBB di Lebanon. Jadi ayahku menyuruhku tinggal di sini supaya diawasi dan dijaga oleh nya.walaupun…” belum sempat anjali menyelesaikan kalimatnya, seorang laki-laki dengan rambut dan janggut yang usdah agak memutih berjalan menghampiri Anjali tanpa mempedulikan Aryaan.
            “kemana saja kau? Kau lupa, kemarin kau seharusnya membayar uang sewa rumah ini. jangan-jangan kau tidak pulang untuk menghindar dari membayar uang sewa ya?” hardik pria tua itu. Dan pria itu adalah paman kiron, orang yang diceritakan Anjali
            “tenang saja paman, aku tidak lupa. Nanti siang aku antarkan ke rumah paman plus denda keterlambatannya.” Kata Anjali dengan tenang. Kemudian Paman Kiron pergi  tanpa pamit.
@@@
            Suhu di siang hari kota San Fransisco bias mencapai 400 C. tak heran jika jalan-jalan kota sudah mulai lengang. penduduk lebih memilih berada dalam ruangan yang berpendingin AC daripada harus berada di luar ruangan. Para pembeli yang biasanya memadati toko Anjali sudah mulai meninggalkan toko. Anjali yang sedari tadi ikut melayani pembeli akhirnya bias beristirahat dilihatnya Aryaan yang sedang melayani satu-satunya pembeli yang masih tersisa.
            “Aryaan!!!” panggil Anjali ketika pembeli terakhir sudah pergi.
            “ada apa nona?” sahut Aryaan ketika sudah berada di hadapn Anjali.
            “ini gaji kamu untuk bulan ini.” Anjali menyodorkan sebuah amplop. Setelah mengucapkan terima kasih Aryaan membukanya dan kaget melihat issinya.
            “ini terlalu banyak nona… jangan bilang kalau nona memberiku uang lebih karena kemarin aku sudah membantu nona. Saya tidak mau…” Aryaan mnyodorkan kembali amplopnya kepada Anjali. Tapi Anjali menolaknya.
            “itu gajimu Aryaan, aku tidak menambahnya. Itu sudah sesuai dengan upah minimum kota San Fransisco. Kalau aku membayarmu kurang dari itu, aku pasti akan berurusan dengan kementrian tenaga kerja.” Ujar anjali panjang lebar
            “kalau masalah berterima kasih aku punya cara lain.” Lanjut Anjali. Anjali bangkit mengambil tasnya dan menaraik tangan Aryaan untuk mengikutinya.
@@@
            Ternyata Anjali membawa ke sebuah restaurant. Restorant itu bernuansa Jawa. Yeah, Anjali mentraktir makan Aryaan di restoran Indonesia. Aryaan terlihat senang dan sangat menikmati makanan yang di sajikan.
            “aryaan, ini jaketmu dan terima kasih untuk yang kemarin.” Ucap Anjali seraya menyodorkan jaket kehadapan Aryaan.
            “sama-sama nona. Saya juga minta maaf karena mungkin apa yang dilakukan nona ada sangkut pautnya dengan ucapan saya.” Sahut Aryaan sambil tersenyum.
            “sebenarnya kau tidak salah. Memang dari dulu aku iri dengan Sonia. Dia cantik, seksi dan disukai banyak pria. Sedangkan aku, tak ada satu orang pria pun yang mau mendekatiku. Mungkin karena aku jelek”
            “pria-pria itu menyukai Sonia, bukan karena Sonia gadis yang cantik dan seksi tapi karena keramahan Sonia sehingga mereka merasa nyaman dengan dengan Sonia”
            “ramah”
            “ya, ramah. Dan salah satu caranya adalah dengan cara tersenyum”
            “tersenyum?” ulang Anjali untuk meyakinkan dirinya.
            “yeah, ter-se-nyum. Tersenyum itu bisa mnujukkan keramahan kita sehingga orang lain merasa nyaman berada di dekat kita. selain itu, senyum bisa membantu mengurangi beban pikiran bahkan menghilangkan kesedihan anda. Cukup hanya dengan tersenyum.” Papar Aryaan. Anjali diam untuk mencerna perkataan Aryaan. Tangan kanannya mempermainkan sendok di gelas minumannya.
            “aku sudah lupa caranya tersenyum Aryaan. Bahkan mungkin aku tidak punya kosakata itu dalam kamusku.” Ujar Anjali dengan tatapan kosong.
            Perkataan Anjali membuat Aryaan kaget sehingga ia tersedak. Setelah batuknya reda, Aryaan memindahkan kursinya sehingga ia tepat berada di samping Anjali. Aryaan meraih tangan Anjali dan menggenggamnya erat.
            “dari pertama kali saya melihat nona, dari mata anda saya tahu kalau anda menyimpan begitu banyak kesedihan. Anda sudah lama hanyut kesedihan Anda nona sampai anda lupa bagaimana cara tersenyum.” Ucap Aryaan lembut. Mata Anjali mulai berkaca-kaca.
            Aryaan mengarahkan wajah Anjali agar menghadapnya.
            “sekarang coba lapangkan hati nona dan belajarlah untuk tersenyum kemudian raih kebahagiaan anda. Hidup ini terlalu indah untuk disia-siakan untuk hal yang membebani hidup anda.”Aryaan menhapus butiran airmata di pipi Anjali.
            “cobalah untuk tersenyum nona” aryaan menarik kedua sudut bibirnya sehingga nampak ia sedang tersenyum dan melakukan hal yang sama pada Anjali. Anjali tersenyum walupun masih terasa hambar.
            “sekarang adalah nona adalah wanita termanis di dunia dan akan menjadi lebih manis jika nona tersenyum dari hati nona.” Ucap Aryaan seraya memamerkan senyum indahnya.
            Anjali memandang Aryaan, ada sebuah perasaan yang muncul dari dalam hatinya yang ia tidak mengerti. Apakah itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar