BECAUSE I LOVE YOU part 2
Cuaca pagi di kota San Fransisco di musim panas terasa seperti panas
matahari di siang hari. Namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi penduduk
kota San Fransisco untuk mengais rejeki di Negara bagian Amerika serika itu.
Tak terkecuali Anjali.
Pagi-pagi
sekali Anjali sudah datang ke tokonya. Dengan sangat cekatan Anjali membereskan
dagangannya dan membersihakan etalase tempat peralatan olahraga dipajang.
Bulir-bulir keringat mulai membasahi kening anjali pertanda ia sudah mulai
lelah. Namun hal itu tidak membuat anjali menghentikan aktifitasnya memebereskan
dagangannya yang sudah mulai banyak. Yupz… toka anjali sudah berkembang dan
mulai besar. Oleh sebab itu anjali membutuhkan pegawai yang bersedia bekerja di
tokonya. Namun sudah seminggu dia mengumumkan tentang lowongan pekerjaan di
tokonya, tak seorangpun yang melamar.
“kring…kring…”
suara handphone anjali bordering. Ia rogoh hp dari saku celananya.
“ayah”
gumamnya setelah membaca nama di layar hpnya. Ia masukkan kembali hapenya ke
dalam saku celananya.
“maaf
ayah aku sibuk. Pekerjaanku belum beres dan sebentar lagi para pembeli pasti
datang. Lagian aku malas mendengar ocehanmu tentang pernikahan.” Cerocos anjali
dalam hatinya. Dia mengusap keringat di keningnya.
Sudah
hampir mendekati waktu membuka toko namun pekerjaannya belum selesai juga.
Anjali menengadahkan kepalnya dan mengangkat kedua tangannya.
“Tuhan,
tolong bantu aku. Tolong kirimkan seseorang untuk membantuku dan menjadi
pegawai di toko ini. aku sangat memerlukannya. Masa sich tidak seorangpun yang
berminat bekerja di toko ini. baiklah, Tuhan aku janji. Siapapun orang yang
kamu kirimkan, aku pasti akan menerimanya.” Janji Anjali.
Tiba-tiba
seorang pria dengan rambut gondrong dan janggut didagunya memasuki toko Anjali.
(anggap aja tampangnya SRK kayak di Don 2 hehe)
“hello…!
Anybody home?” teriak pria itu sambil melirik ke sekelilingnya.
“maaf
tuan, tokonya masih tutup. Bukanya nanti jam 9” anjali balas berteriak sambil
tetap merapikan dagangannya tanpa menoleh sedikitpun.
“hi..nona”
diam-diam pria itu tiba-tiba menjulurkan kepalanya keaarah Anjali dengan
memamerkan giginya dan mengedip-ngedipkan matanya dan hal itu membuat Anjali
kaget.
“astaga…kau…?
Kau pasti ingin berbuat macam-macam padaku ya? Jangan harap kau bias melakukan
hal itu. Ciaat..ciat…” Anjali mengebuki pria itu dengan tongkat Baseball yang
sedang dipegangnya.
“ampun
nona, ampun… saya tidak ingin berbuat macam-macam, saya hanya ingin melamar
pekerjaan..ampun…!!!’ Pria itu mencoba menahan pukulan Anjali.
“melamar
pekerjaan?” Anjali mengehentikan pukulannya. Dia memperhatikan penampilan pria
itu dari atas ke bawah, dari ujung kepala sampai ujung kaki dan pria itu hanya
memerkan senyumnya yang sedikit menyeramkan.
“kau
ingin bekerja disini?” lanjut Anjali. Alis matanya berkerut. Dia mengingat apa
yang dilakukan pria itu beberapa hari yang lalu.
“sebelumnya
saya minta maaf nona untuk kejadian tempo hari. Saya tidak bermaksud melakukan
hal itu. Saya hanya mencoba menghindari perkelahian.” Ujar Pria itu dengan
sungguh-sungguh.
“saya
mohon nona, maafkan saya dan tolong terima saya bekerja di sini. Saya mohon
nona..” pria itu berlutut di kaki Anjali. Anjali mencoba melarangnya.
“kalau
sampai hari ini saya tidak bias mendapatkan pekerjaan, maka saya tidak bias
makan dan tidak bias menafkahi keluarga saya yang berada di India, dan adik
saya akan di D.O dari sekolahnya karena tidak bisa membayar SPPnya..saya mohon
nona, saya mohon…hiks..hiks…” ujar pria itu dengan sangat mengiba. Perasaan iba
Anjali pun timbul. Anjali menyuruhnya untuk berdiri seketika wajah pria itu
berbinar.
“untuk
sekolah??? gumam Anjali pelan. Rahul mengagguk
pelan
“mana CVmu” Tanya Anjali datar. Raut muka Pria itu kembali sedih. Dia
berlutut kembali.
“tadi
di jalan CV saya dirampok nona..huhu…apa sich pentingnya CV..tanpa CV saya bias
menceritakan diri saya..” Pria itu bangkit. Dia merapikan baju dan rambutnya
yang sedikit acak-acakan.
“perkenalkan,
nama saya Aryaan tapi bukan Raj Aryaan Malhotra karena saya bukan Sharukh Khan
pemain film Mohabbatein walaupun banyak orang yang mengatakan saya mirip
dengannya…” cerocos laki-laki itu. Dan Anjali hanya geleng-geleng kepala
melihat tingkah Pria itu. Dengan berat hati, Anjali menerima Pria itu sebagai
pegawainya karena sumpah yang telah ia ucapkan.
“terima
kasih nona….” Pria itu menggantung kalimatnya sebagai tanda dia ingin
mengetahui nama gadis itu.
“Anjali”
sahut Anjali datar sambil menerima uluran tangan pria itu.
“nama
yang manis, semanis orangnya.” Ujar pria itu terkesan menggoda.
Pria
itu bernama Aryaan. Pria dengan wajah sangar dengan sifat yang sedikit ‘nakal’
@@@
Sejak
saat itu Aryaan bekerja di toko Anjali. Tidak seperti rupanya yang lebih mirip
preman ketimbang pegawai toko, ternyata Aryaan adalah pria yang humoris dan
sedikit konyol yang membuat anjali menunggingkan senyumnya. Namun Kadang-kadang
sifat ‘nakal’nya muncul ketika pembeli wanita nakal dan hal itu membuat Anjali
geleng-geleng kepala. Tak hanya itu, Aryaan adalah pegawai yang cekatan
sehingga membuat pekerjaan Anjali lebih ringan. Akan tetapi tetap saja Anjali
menaruh curiga pada Aryaan bahwa Aryaan akan berbuat macam-macam pada dirinya.
Suatu
hari Sonia, teman dekat Anjali, datang menemuinya.
“Anjali,
I miss you.” Sonia memeluk anjali.
“I
miss you too.” balas Anjali. Seraya mempersilakan Sonia duduk di kursi yang
berada di sudut tokonya. Sonia melihat sekelilingnya, dia tersenyum bangga
melihat usaha Anjali semakin berkembang.
“nampaknya
usahamu semakin berkembang, sampai-sampai kau membutuhkan seseorang untuk membantumu.”
Ujar Sonia.
“yeah…tapi
dia agak…”anjali menggantung kalimatnya. Dia melirik sekilas pada Aryaan yang
sedang sibuk memasukkan bola basket ke etalase.
“agak
seram” tebak Sonia. Anjali hanya mengangguk.
“dan
juga sedikit suka tebar pesona pada para pembeli wanita” sahut Anjali ketus.
“menurutku
dia tidak begitu. Mungkin itu hanya caranya dia dalam melayani pembeli. Aku
suka kok. Nampaknya dia juga pria yang lucu dan menyenangkan. Tadi aku sempat
ngobrol dengannya.” Papar Sonia seraya meneguk air putih yang disuguhkan
Anjali.
Anjali
dan Sonia berbincang-bincang dengan santainya. Sonia menceritakan tentang
pacar-pacarnya dengan sangat antusias sedangkan anjali hanya diam mendengarkan.
Sonia
dan Anjali memang bersahabat. Keduanya juga belum menikah di usianya yang sudah
lebih dari cukup untuk menikah. Berbeda dengan Anjali yang sebenarnya ingin
menikah namun belum ada seorangpun pria yang mendekatinya karena sifatnya yang
cuek dan dingin, Sonia adalah gadis periang yang supel, sudah beberapa kali dia
menjalin cinta tapi Sonia sama sekali tidak menginginkan untuk menikah. Karena
bagi Sonia pernikahan hanya akan mengekang kebebasannya. Dan oleh sebab itu,
Sonia yang sangat menyayangi Anjali selalu berusaha memperkenalkan Anjali
dengan teman-teman prianya dengan harapan Anjali akan menemukan Pria yang cocok
dengannya. Namun usah Sonia selalu sia-sia. Seperti hari ini,
“ini,
undangan untuk kamu. Kamu harus datang, siapa tahu kau menemukan arjuna di
pestaku” Sonia menyodorkan sebuah undangan. Belum sempat undangan itu diterima
Anjali, sebuah tangan telah menyerobotnya. Aryaan.
“wow..pesta,
I love party. Pasti di sana ada banyak gadis sexy…” seloroh rahul penuh minat.
Matanya menerawang nakal.
“pastinya
Aryaan. kalau kau ada waktu kau boleh datang juga.” ujar Sonia seraya mengambil
sebuah undangan dari dalam tasnya dan memebrikannya pada Aryaan. Aryaan
menerimanya dengan senang dan langsung berdendang meninggalkan keduanya.
Sedangkan Anjali tetap dengan wajah datarnya.
@@@
Suara
music DJ yang bagi sebagian orang memekakkan telinag namun tidak untuk Sonia
dan teman-temannya yang sedang asyik menggoyangkan badannya mengikuti irama
lagu di lantai dansa. Gemerlap lampu disco menambah meriah suasana pesta Sonia
serta berliter-liter alcohol yang sudah diteguk membuat tubuh selalu ingin
bergoyang tanpa mengenal lelah. Seolah selalu ada tenaga baru untuk bergoyang.
Terlihat
Sonia sedang menari dikelilingi teman-teman prianya dan Aryaan yang sedang
menari bersama wanita-wanita seksi di pelukannya. Akan tetapi tidak terlihat
Anjali di lantai dansa. Yupz, Anjali memang tidak terlihat dalam euphoria pesta
Sonia, namun ia ada di tempat itu.
Anjali,
gadis manis yang selalu bermuka datar itu terlihat sedang duduk di bar. Dia
sedang asyik menikmati softdrink yang disuguhkan bartender pesta itu. Terlihat,
bartender merasa aneh dengan keberadaan Anjali yang duduk sendirian di bar
sedangkan teman-temannya sedang asyik menari di lantai dansa. Sebenarnya Sonia
sudah mengajak Anjali untuk ikut menari bersama. Bahkan Sonia sudah
memperkenalkan dengan beberepa pria tampan kenalannya. Namun Anjali dengan
ketus menolak anjakan pria-pria itu untuk menari bersama. Tak hanya itu, Aryaan
yang juga untuk mengajakknya ditolak mentah-mentah.
“hm…
pantas saja sampai di umur nona yang sudah…” Aryaan memotong kalimatnya. Anjali
menatapnya tajam
“tidak
ada laki-laki yang mau mendekatimu. Mana ada pria yang mau berdekatan dengan
orang yang ketus dan jutek seperti nona. Kalau nona seperti ini terus, sampai
kapanpun tidak ada seorang priapun yang mau menikahi nona. Andai saja nona
seperti Sonia atau paling tidak setengahnya saja aku yakin pria-pria itu akan
bertekuk lutut di hadapan nona…” cerocos Aryaan yang langsung pergi bergabung
dengan gadis-gadis cantik di lantai dansa.
Emosi
Anjali memuncak, dengan mata nanar ia memandang Aryaan yang sedang asyik menari
dengan gadis-gadis seksi kenalan barunya dan Sonia yang juga menari bersama
Aryaan.
Anjali
membuka blazer krem dari tubuhnya dan berjalan mengambil sebotol alcohol yang
berada tak jauh dari kursinya dan langsung meneguknya.
Beberapa
saat kemudian lampu disco padam. Semua orang yang berada di pesta itu panic.
Namun tiba-tiba sesosok perempuan sedang berdiri diatas meja bar. Dan sebuah
lagupun berbunyi. (anggap saja ada lagu it is the time to disco, tapi versi
Kajol hehe…)
@@@
Anjali
yang sedang mabuk menari dengan hebohnya dikelilingi pria-pria yang merupakan
teman Sonia di lantai dansa. Namun tanpa Anjali sadari ada seseorang yang
memperhatikanya dan terbakar rasa cemburunya.
Karena
dalam kondisi mabuk, Anjali tidak menyadari bahwa pria-pria yang menari di
sekelilingnya berbuat kurang ajar kepadanya. Aryaan yang melihatnya tidak
tinggal diam. Ia menarik tangan anjali yang sedang mabuk berat dan membawanya
keluar dari ruang pesta menjauh dari pria yang sudah kurang ajar terhadapnya.
“hei,
lepaskan!!! Aku ingin kembali ke sana. Pestanya belum selesai…” anjali
menghempaskan tangan Aryaan yang memegaangnya. Tubuhnya terlihat sempoyongan
“sudah
cukup nona, ini sudah berlebihan. Ayo kita pulang” gertak Aryaan.
“hei,
siapa kamu, berani mengaturku. Kau hanya pegawai di tokoku, kau tidak berhak
mengaturku.” Balas Anjali sengit. Anjali hendak kembali ke ruang pesta. Namun
Aryaan menarik kembali tangannya.
“cukup
nona kau sudah mabuk. Kau mau pria-pria itu bertindak kurang ajar padamu?”
“kurang
ajar…??” Anjali memandang Aryaan.
“haha…bukannya
katamu aku harus seperti Sonia supaya dikelilingi banyak pria. Kau lihat, aku
bias lebih dari Sonia. Dan pria-pria itu menyukaiku…haha…” ucap Anjali dalam
mabuknya.
“tapi
bukan ini yang aku maksud nona..” ujar Aryaan lembut
“terus
a..” Anjali pingsan. Ia terjatuh di pelukan Aryaan.
@@@
Mentari
mulai menampakkan kehadirannya. Sinar kehangatannya bias dirasakan oleh semua
orang, tak terkecuali Anjali. Sinar mentari yang masuk melalui celah-celah
jendela membuat mata Anjali sedikit silau dan membangunkannya dar alam mimpi.
Pelan-pelan Anjali membuka mata indahnya, kepalanya masih terasa pusing. Anjali
bertanya-tanya dimana ia berada karena ia merasa tidak berda di kamarnya. Ia
lihat sekelilingnya dan menemukan sesosok tubuh sedang meringkuk di sofa di
samping kanan tempat tidur. Aryaan. Anjali sshock karena berada satu kamar
dengan Aryaan dan dia tambah shock meilhat dirinya yang sedang memakai jaket
Aryaan. Pikiran aneh muncul dalam benak Anjali.
“aaaaa…….!!!”
Teriak Anjali panic. Suara teriakan Anjali membangunkan Aryaan dari tidurnya
dan langsung menghampiri Anjali.
“nona,
kau sudah sadar? Ada apa?” Tanya Aryaan ikutan panic.
Anjali
mulai menangis, ia memukul-mukul tubuh Aryaan dan Aryaan hanya bias menghindar
tak mengerti terhadap apa yang ditangisi anjali.
“kau
kurang ajar…kurang ajar…apa yang sudah kau lakukan?” isak Anjali.
“maksud
nona?” Aryaan masih belum mengerti.
“apa
yang usdah kau lakukan? kau…kau pasti sudah…”Anjali tak kuasa melanjutkan
kalimatnya. Tangisnya tambah menjadi. Aryaan sudah mulai menegrti apa yang
dimaksud Anjali.
“tenanglah nona….aku tidak melakukan apa-apa padamu” Aryaan menyentuh
pundak Anjali untuk menenagkannya. Anjali menepisnya.
“bohong….kau pasti bohong. Terus
kenapa kita berada di sini dan aku, aku memakai jaketmu”
“kau ingat nona? Tadi malam kau
mabuk berat dan pingsan. Aku ingin mengantarkan ke rumahmu, tapi aku tidak tahu
rumahmu. Dan membawamu ke rumahku itu tidak mungkin, aku tidak bias mengendarai
sepeda motorku dengan membawa wanita yang sedang pingsan. Dan masalah kau
memakai jaketku…” Aryaan tersenyum
“kau ingat tidak, tadi malam kau
membuang blazermu di pesta Sonia, dan aku tidak tega orang-orang harus melihat
tubuhmu dalam keadaan seperti itu, walaupun itu seksi…hehe…”
Anjali mulai tenang. Isak tangisnya
mulai mereda. Aryaan memegang wajah Anjali dan menghapus air mata Anjali dari
pipinya. Anjali hanya memandang wajah Aryaan.
“aku tidak melakukan apapun padamu
nona. Aku bersumpah” ucap Aryaan bersungguh-sungguh. Ia memandang mata Anjali.
“ aku orang Hindustan nona dan kau
juga orang Hindustan. Aku tahu seberapa penting sebuah kehormatan bagi seorang
wanita Hindustan. Dan aku sebagai pria Hindustan harus menjaga kehormatan
wanita Hindustan.” Lanjut Aryaan.
Anjali terenyuh dengan apa yang
sudah Aryaan katakan. Orang yang selalu ia curigai sebagai pria ‘nakal’,
ternyata sangat menghormati seorang wanita.
“sekarang aku akan pergi keluar dan
kau bersipa-siaplah. Aku akan mengantarkanmu pulang” ucap Aryaan seraya pergi
meninggalkan Anjali yang masih tertegun dengan apa yang baru saja Aryaan
katakan.
@@@
Dengan sepeda motor tuanya, Aryaan
mengantarkan Anjali menuju rumahnya. Aryaan agak heran ketika Anjali menunjuk
salah satu dari dua rumah yang berdiri jauh dari keramaian kota San Fransisco
sebagai rumahnya.
“nona tinggal disini?” Tanya Aryaan
heran. Dia menyapukan pandangannya ke sekeliling dua rumah tersebut. Sepi.
“yeah, aku tinggal di sini, walaupun
hanya rumah sewaan. dan itu adalah rumah paman Kiron, pemilik rumah ini” Anjali
menunjuk rumah yang berada di samping rumahnya.
“kenapa nona tidak tinggal di rumah
yang dekat dengan kota saja ?” Aryaan masih keheranan.
“paman kiron adalah teman ayahku
saat bertugas menjadi relawan PBB di Lebanon. Jadi ayahku menyuruhku tinggal di
sini supaya diawasi dan dijaga oleh nya.walaupun…” belum sempat anjali
menyelesaikan kalimatnya, seorang laki-laki dengan rambut dan janggut yang
usdah agak memutih berjalan menghampiri Anjali tanpa mempedulikan Aryaan.
“kemana saja kau? Kau lupa, kemarin
kau seharusnya membayar uang sewa rumah ini. jangan-jangan kau tidak pulang
untuk menghindar dari membayar uang sewa ya?” hardik pria tua itu. Dan pria itu
adalah paman kiron, orang yang diceritakan Anjali
“tenang saja paman, aku tidak lupa.
Nanti siang aku antarkan ke rumah paman plus denda keterlambatannya.” Kata
Anjali dengan tenang. Kemudian Paman Kiron pergi tanpa pamit.
@@@
Suhu di siang hari kota San
Fransisco bias mencapai 400 C. tak heran jika jalan-jalan kota sudah
mulai lengang. penduduk lebih memilih berada dalam ruangan yang berpendingin AC
daripada harus berada di luar ruangan. Para pembeli yang biasanya memadati toko
Anjali sudah mulai meninggalkan toko. Anjali yang sedari tadi ikut melayani
pembeli akhirnya bias beristirahat dilihatnya Aryaan yang sedang melayani
satu-satunya pembeli yang masih tersisa.
“Aryaan!!!” panggil Anjali ketika
pembeli terakhir sudah pergi.
“ada apa nona?” sahut Aryaan ketika
sudah berada di hadapn Anjali.
“ini gaji kamu untuk bulan ini.”
Anjali menyodorkan sebuah amplop. Setelah mengucapkan terima kasih Aryaan
membukanya dan kaget melihat issinya.
“ini terlalu banyak nona… jangan
bilang kalau nona memberiku uang lebih karena kemarin aku sudah membantu nona.
Saya tidak mau…” Aryaan mnyodorkan kembali amplopnya kepada Anjali. Tapi Anjali
menolaknya.
“itu gajimu Aryaan, aku tidak
menambahnya. Itu sudah sesuai dengan upah minimum kota San Fransisco. Kalau aku
membayarmu kurang dari itu, aku pasti akan berurusan dengan kementrian tenaga
kerja.” Ujar anjali panjang lebar
“kalau masalah berterima kasih aku
punya cara lain.” Lanjut Anjali. Anjali bangkit mengambil tasnya dan menaraik tangan
Aryaan untuk mengikutinya.
@@@
Ternyata Anjali membawa ke sebuah
restaurant. Restorant itu bernuansa Jawa. Yeah, Anjali mentraktir makan Aryaan
di restoran Indonesia. Aryaan terlihat senang dan sangat menikmati makanan yang
di sajikan.
“aryaan, ini jaketmu dan terima
kasih untuk yang kemarin.” Ucap Anjali seraya menyodorkan jaket kehadapan Aryaan.
“sama-sama nona. Saya juga minta
maaf karena mungkin apa yang dilakukan nona ada sangkut pautnya dengan ucapan
saya.” Sahut Aryaan sambil tersenyum.
“sebenarnya kau tidak salah. Memang
dari dulu aku iri dengan Sonia. Dia cantik, seksi dan disukai banyak pria.
Sedangkan aku, tak ada satu orang pria pun yang mau mendekatiku. Mungkin karena
aku jelek”
“pria-pria itu menyukai Sonia, bukan
karena Sonia gadis yang cantik dan seksi tapi karena keramahan Sonia sehingga
mereka merasa nyaman dengan dengan Sonia”
“ramah”
“ya, ramah. Dan salah satu caranya
adalah dengan cara tersenyum”
“tersenyum?” ulang Anjali untuk
meyakinkan dirinya.
“yeah, ter-se-nyum. Tersenyum itu
bisa mnujukkan keramahan kita sehingga orang lain merasa nyaman berada di dekat
kita. selain itu, senyum bisa membantu mengurangi beban pikiran bahkan
menghilangkan kesedihan anda. Cukup hanya dengan tersenyum.” Papar Aryaan.
Anjali diam untuk mencerna perkataan Aryaan. Tangan kanannya mempermainkan
sendok di gelas minumannya.
“aku sudah lupa caranya tersenyum
Aryaan. Bahkan mungkin aku tidak punya kosakata itu dalam kamusku.” Ujar Anjali
dengan tatapan kosong.
Perkataan Anjali membuat Aryaan
kaget sehingga ia tersedak. Setelah batuknya reda, Aryaan memindahkan kursinya
sehingga ia tepat berada di samping Anjali. Aryaan meraih tangan Anjali dan
menggenggamnya erat.
“dari pertama kali saya melihat
nona, dari mata anda saya tahu kalau anda menyimpan begitu banyak kesedihan.
Anda sudah lama hanyut kesedihan Anda nona sampai anda lupa bagaimana cara
tersenyum.” Ucap Aryaan lembut. Mata Anjali mulai berkaca-kaca.
Aryaan mengarahkan wajah Anjali agar
menghadapnya.
“sekarang coba lapangkan hati nona
dan belajarlah untuk tersenyum kemudian raih kebahagiaan anda. Hidup ini
terlalu indah untuk disia-siakan untuk hal yang membebani hidup anda.”Aryaan
menhapus butiran airmata di pipi Anjali.
“cobalah untuk tersenyum nona”
aryaan menarik kedua sudut bibirnya sehingga nampak ia sedang tersenyum dan
melakukan hal yang sama pada Anjali. Anjali tersenyum walupun masih terasa
hambar.
“sekarang adalah nona adalah wanita
termanis di dunia dan akan menjadi lebih manis jika nona tersenyum dari hati
nona.” Ucap Aryaan seraya memamerkan senyum indahnya.
Anjali memandang Aryaan, ada sebuah
perasaan yang muncul dari dalam hatinya yang ia tidak mengerti. Apakah itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar