Rabu, 29 Juni 2016

FNAFICTION BOLLYWOOD BECAUSE I LOVE YOU part 5



BECAUSE I LOVE YOU part 5
Seluruh India berduka. Rakyat India berbondong-bondong berkumpul di luar istana untuk memberikan penghormatan terakhir kepada putra mahkota mereka, Pangeran Rohan Armaan Raichand. Prosesi pneghormatan terakhir bisa mereka saksikan dari layar-layar besar yang disediakan oleh Istana. bahkan banyak statisiun televise dalam maupun luar India berlomba-lomab menyiarkan secara langsung prosesi penghormatan terakhir pada pangeran Rohan.
            Di depan kuil Istana, seluruh penghuni istana, para bangsawan, para duta besar dan beberapa kepala Negara sahabat berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir untuk mendiang pangeran Rohan. Raja Yash, Ratu Nandini dan Putri Seeta sangat terpukul. Namun mereka masih bisa mengasai diri sehingga masih bisa bersikap tegar. Akan tetapi, Putri Pooja terlihat tak mampu menguasai dirinya. Di satu sisi ia harus kuat karena ia adalah seorang Tuan Putri namun disisi yang lain perasaannya sebagai seorang istri tidak bisa ia tahan. Berkali-kali ia harus menghapus airmatanya dan bahkan berkali-kali pingsan.
            Setelah pendeta membacakan do’a, ia mempersilahkan raja Yash untuk membakar jenazah pangeran rohan. Namun Ratu nandini menghalangi tangannya.
            “Yang mulia, Pangeran Rohan sangat menyayangi Pangeran Rahul. Saya yakin, Pangeran Rohan pasti menginginkan Pangeran Rahul ada di sini untuk mengantarkannya pergi…” Ratu Nandini terlihat memohon. Ia memandang sendu Raja Yash
            “Rahul tidak akan datang…” Ucap Raja ayah singkat. Ia hendak menyulutkan obor di tangannya ke tumpukan kayu yang akan membakar Rohan. Namun sebuah langkah kaki menghentikannya. Semua mata tertuju pada Rahul. mereka heran karena beberapa bulan sebelumnya menghilang. Akan tetapi mereka tetap menghormatinya karena dia adalah calon putra mahkota kerajaan india yang baru.
            Langkah demi langkah Rahul melewati setiap tatapan mata penuh heran dan suara-suara bisikan heran dari seluruh orang yang berada di kuil itu, Andai saja ia bukan seoarang pangeran dan tidak ada peraturan protokoler yang mengaturnya, ia akan langsung berlari dan langsung memeluk adiknya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa di atas kayu yang akan membakarnya. Namun, kenyataannya, ia adalah seorang pangeran. Ada tatkrama yang harus ia ikuti bahkan ia harus menahan perasaannya.
            Dengan menahan air matanya, Rahul mengecup kening Rohan dengan lembut.
            “selamat jalan adikku, Tuhan lebih menyayangimu…! bisik rahul ditelinga Rohan. sebutir air matanya jatuh namaun ia langsung menghapusnya.
            Rahul menedekati Raja Yash dan langsung memegang tangan Raja Yash. (seperti adegan di KKKG pas Rahul Rohan dan Yash memebakar jenazah neneknya itu…)
@@@
            Mengapa Rohan harus pergi secepat ini Rahul?” Isak Ratu Nandini dipelukan Rahul. Ia tumpahakan airmatanya yang selama dua hari ini ia tahan. Rahul hanya mengelus punggung ratu nandidni untuk menenangkannya. Putri Seeta pun ikut mencoba menenangkan Ratu Nandini. Namun pada akhirnya Putri seeta juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya dan rasa kehilanganya atas kepergian Rohan. kedua ibupun akhirnya menangis meratapi kepergian salah seorang putranya di pelukan Rahul.
            “sudahlah ibu, jangan menangis, Biarkanlah Rohan pergi dengan tenang. Ibu harus kuat. Istana ini memerlukan Ratu yang kuat untuk meredakan konsdisi istana yang sakarang sedang mengkhwatirkan setelah kepergian Rohan.” Rahul mengelus pelan punggung kedua ibunya.
“Ibu tahu, Rahul, tapi kami adalah seorang ibu.” isakan kedua ibu itu semakin menjadi. Rahul diam. Ia tidak tahu harus berkata apa dan berbuat apa. Karena ia tahu seberapa besar kedua ibu itu menyayangi Rohan.
            Setelah beberapa saat tangis kedua ibu itupun pelan-pelan mereda.
            “Ibu, aku tahu ibu adalah wanita yang kuat. Ibu bisa mengahadapi semua ini. Istana ini membutuhkan Ibu. Tapi di sini, di istana ini ada seseorang yang sangat membutuhkan ibu.”
            “siapa?” sahut kedua ibu hampir bersamaan
            “Pooja. aku lihat dia sangat terpukul sekali.”
            “ya, kau benar. Kasihan sekali dia. Belum dua tahun ia menikah tapi sekarang ia harus menjadi janda. Ibu tahu bagaimana perasaannya sekarang. Dia pasti sangat sedih.” ucap Putri Seeta
            “sekarang Pooja membutuhkan orang-orang yang bisa menguatkannya. Dan yang bisa melakukan hal itu hanyalah Ibu. Aku mohon pada Ibu, Jangan anggap Pooja sebagai menantu. Anggap dia adalah Putri Ibu sendiri. Jangan biarkan dia merasa sendirian dan merasa terasing di Istana ini karena statusnya sekarang.” Rahul mengusap airmata kedua ibu itu bergantian.
            Tiba-tiba seorang pelayan mengetuk pintu.
            “Ampun yana mulia.” Ucap salima setelah memberi hormat
            “ada apa salima?” tanya Ratu Nandini
            saya mendapat pesan dari pengawal raja Yash. Raja Yash meminta pengeran Rahul untuk ke Balai agung istana untuk menemani Raja Yash menemui para kepala Negara dan duta-duta besar negera sahabat yang ingin berbela sungkawa.” Jawab Salima penuh hormat
            “Terima kasih Salima, sekarang kau boleh pergi.” Ujar Rahul.
@@@
            Satu minngu kemudian masa berkabung Kerajaan India berakhir. Itu tandanya Rahul akan dinobatkan secara resmi menjadi Putra Mahkota Kerajaan India. Warga India menyambut penobatan itu dengan suka cita.
            “sejak saat ini, kau telah resmi menjadi Putra makota kerjaan india ini. Laksanakanlah tugasmu dengan baik. Ini adalah amanah dari Rakyat India.” Raja Yash memberikan sebuah kotak berlapis perak pada Rahul yang berlutut dihadapnnya.
            “Terima kasih yang mulia. Hamba akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan amanat ini.” Ujar Rahul seraya menyentuh kaki Raja Yash.
            “Semoga Tuhan memberkatimu dan semoga kau panjang umur.” Raja Yash membangunkan Rahul. Semua petinngi Istana beserta tamu-tamu yang berasal dari duta besar bertepuk tangan menyambut Putra Mahkota yang baru. Rahul melambaikan tangan dengan senyum menawan kearah kamera TV yang meliput secara Live peristiwa penobatan itu ke seluruh penjuru India. Akan tetapi dibalik senyum yang ia sungggingkan tersimpan sebuah kepedihan. Kesedihan harus berpisah dengan Rohan, Kerinduan pada wanita yang dicintainya, dan rasa benci dengan status yang ia sandang sekarang. Status yang tak ia inginkan, karena dengan status itu kesempatan untuk bersama orang yang dicintinya akan pudar.
            Apa kabar kau Anjali? Apakah kau baik-baik saja? Maafkan aku!” bisik Rahul dalam hati
@@@
            Sementara itu, Anjali sedang termenung di taman kota dekat tokonya. Ia memikirkan Aryaan yang 2 minggu pergi tanpa meninggalkan pesan. Sudah ribuan kali ia menelpon Aryaan, namun tetap saja suara operator yang menjawabnya. Dan sudah berkali-kali Aryaan ke apartement Aryaan, namun yang ia temui hanya tetangga apartmennya yang menyatakan bahwa aryaan sudah kembali ke India dengan tergesa-gesa. Anjali bimbang. Haruskah ia ke India? tempat yang tak ingin lagi ia kunjungi hanya untuk mencari Aryaan?
            “Aryaan? kemana kau? aku merindukanmu? kenapa kau pergi begitu saja? Apa kau marah padaku?” gumam Anjali. butiran bening mulai mengalir dari kedua matanya.
            Sekilas, Anjali menlihat sepasang kekasih yang sedang bergurau tak jauh darinya. Rasa Rindunya pada Aryaan muncul dan semakin membesar.
            “Aku rindu kamu, Aryaan. kalau kau sudah tak ingin lagi menemuiku, maka aku yang akan menemuimu” Tekad Anjali sudah bulat. Ia memutuskan untuk kembali ke India.
@@@
            Desa ini masih saja tidak berubah. Sama seperti 10 tahun yang lalu, saat Anjali meninggakannya, kumuh. Sambil berjalan melewati gang-gang sempit, Anjali berpikir mengapa ayahnya tidak ingin pindah ke San Fransisco dan tinggal bersamanya. Kota yang lebih layak. Di sepanjang jalan, orang-orang terlihat kaget melihat kepulangan Anjali dan memandang sinis. Anjali hanya tesenyum datar melihat perlakuan mereka terhadapnya. Ia sudah tak ambil pusing dengan perlakuan mereka. Satu hal yang ia inginkan, yaitu agar ia segera samapai ke rumahnya.
            Keringat mulai bercucuran dari kening Anjali. Namun rasa lelahnya terbayar ketika ia berdiri di depan sebuah rumah bercat hijau muda dengan tanaman-tanaman hias yang terawat rapi. Terlihat ayah Anjali, Om Sharma, yang mulai renta sibuk menyiram tanaman.
            “ayah…!” panggil Anjali Ayah Anjali terkejut, sampai-sampai ia tak sadar selang air yang ia pegang terjatuh.
            “Anjali, kaukah itu nak?” terdengar sedikit ragu. Om Sharma meperbaiki letak kacamatnya yang sedikit melorot. Ia masih memicingkan matanya untuk memastikan bahwa gadis yang di hadapannya adalah Anjali.
            Anjali tersenyum haru, Ia langsung menubruk ayahnya dan memeluknya.
            “kau kembali nak” bisik Om Sharma diteling Anjali. Anjali mengagguk terharu. Kalimat yang diucapkan Om Sharma bukanlah hanya kalimat yang mengungkapkan Anjali telah kembali. Namun ungkapan tak percaya karena Anjali telah kembali ke India, Negara yang sudah sepuluh tahun ia tinggalkan. Negara yang sudah ia sumpahi tak akan ia injak lagi.
            “Apa yang membuat Anjali melanggar sumpahnya sehingga ia kembali ke India?” pertanyaan besar itu muncul dalam benak Om Sharma di tengah rasa bahagianya ANjali telah kembali.
@@@
            “Kau kembali ke India hanya untuk mencari pria yang bernama Aryaan?” Tanya Om kecewa. Anjali mengangguk lemah.
            “Siapa pria itu samapai kau rela melanggar janjimu?” Lanjut Om
            “Dia adalah pria yang sangat aku cintai. Dia kekasihku, ayah.” sahut Anjali lemah. Ia memandang Ayahnya.
            “Cinta, kekasih? jadi kau kembali ke India untuk orang yang kau cintai?” Mata Om berubah menjadi berbinar. Anjali mengagguk.
            Om Sharma sangat senang mendengar penuturan Anjali bahwa ia telah mencintai seseorang. Itu tandanya bahwa Anjali telah siap untuk menikah, hal yang sangat ia inginkan sebagai seorang ayah.
            “Kalau begitu, ayo kita cari Aryaanmu itu!” seru Om bersemangat
            “Masalahnya aku tidak tahu Aryaan tinggal dimana. Ia hanya menyebutkan tempat tinggalnya di San Fransisco. Dia tidak menyebutkan alamatnya di India.” papar Anjali. wajah Ayahnya berubah kecewa. sejenak keduanya terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Tiba-tiba ayah Anjali melihat sebuah buku telepon tergeletak di samping pesawat telepon di atas meja di sampingnya. Ide brilian muncuil.
            “aha…kenapa kau tidak telpon saja dia.” Om mengacungkan buku 2 kali kamus oxford.
            “ya, kau benar ayah.” anjali tersenyum girang. mata kedua ayah dan anak itu pun berbinar.
            walaupun hanya beberapa jam Anjali berada di India, namun Om Sharma telah melihat sebuah perubahan besar dalam diri Anjali. Dia bukanlah Anjali yang 6 bulan lalu ia temui di San Fransisco. Ia seperti Anjali 20 tahun yang lalu. gadis periang yang penuh semangat.
@@@
            Sudah dua hari Anjali berada di India, namun yang dilakukannya hanya berada di depan pesawat telepon dan layar laptopnya. Tangan kanannya sibuk menekan tombol telpon rumah dan sesekali membolak-balikkan lembar demi lembar buku telpon yang 2 kali lebih tebal dari kamus Oxford. Sedang tangan kirinya tak lepas dari gagang telpon. Ia berkali-kali terlibat sebuah percakapan dangan orang di seberang telepon, namun percakapan itu hanya berakhir dengan kekecewaan di wajah Anjali.
            “maaf nona, saya rasa Aryaan yang nona maksud bukan keluarga kami” suara itu terdengar iba.
            “kalau begitu terima kasih nyonya.” hubungan telepon terputus. gurat kecewa sanagt terlihat dari wajah Anjali. bagaimana tidak, itu adalah nomor terakhir yang terdapat di halaman akhir buku telepon yang mempunyai nama keluarga R.
            Anjali mengehela napas lembut.
            “Aku merindukanmu, Aryaan.” Ia kembali sibuk dengan laptopnya. Ia mengirimi teman-temannya yang berada di San Fransisco ataupun di India untuk menanyakan keberadaan Aryaan. Namun sayang, jawaban mereka sama. Mereka tidak menemukan Aryaan. Saking sibuknya, Anjali sampai tidak menyadari bahwa ayahnya telah duduk di sampingnya.
            “Bagaimana? kau sudah menemukan Aryaanmu putriku?” Om menyentuh bahu Anjali lembut.
            “Ayah,,, kau mengagetkanku.” seru Anjali manja.
            “maaf,,, ayah kau piker kau sudah tahu kalau ayah dari tadi memeprhatikanmu.” tutur Om lembut.
            “kau sudah menemukan Aryaanmu?” lanjut Om. Anjali menggeleng lemah.
            “aku sudah menelpon sumua nomor yang mepunyai nama keluarga R sesuai dengan inisial yang selalu Aryaan cantumkan. tapi sayang semua keluarga itu tidak tahu tentang Aryaan yang ku maksud.” Wajah Anjali cemberut.  dagunya ia topangka pada tangan kanannya.
            “kau yakin sudah menelpon semua keluarga yang berwalan R?” Om mengelus lembut rambut Anjali.
            “sudah Ayah, Rai, Rana, Roshan,…..” satu persatu Anjali menyebutkan semua nama keluarga yang sudah ia telpon yang berwalan R. Sedang ayahnya memprhatikan dengan seksama.
            “Raichand? kau belum menelpon keluarga itu?” sela Om. Anjali melotot.
            “Come on, Ayah. Aryaan itu pegawaiku. tidak mungkin Aryaan itu keluarga Raichand. Mana mungkin seorang bangasawan bekerja di tokoku.” Anjali berpura-pura cemberut namun sesaat kemudian ia tersenyum.
            “haha… maaf…” Om hanya mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
            Anjali kembali sibuk dengan laptopnya. Om hanya memperhatikannya sambil mengelus lembut rambut Anjali yang terurai. Dalam benak Om muncul banyak pertanyaan terkait Aryaan, pria yang sudah membuat Anjali kembali ke India.
            “Kau mencintai Aryaan putriku?” Tanya Om pelan. Anjali menoleh.
            “Aku sangat mencintainya.” Anjali tersenyum pada ayahnya.
            “Apakah Aryaan juga mencintaimu?”
            “Aryaan mencintaiku ayah, dia sangat mencintaiku, bahkan lebih dari hidupnya. Dan aku tidak meragukan cintanya terhadapku.”
            “Tapi kenapa dia meningglakamu. sampai-sampai kau kembali ke India hanya untuk menemuinya.?” Tanya Om. Mata Anjali berkaca-kaca.
            “Dia tidak meninggalkanku. Dia hanya menghilang. Aku yakin sekarang dia menghilang dari sisiku karena dia mempunyai alasan kuat untuk itu. mungkin saja di ingin aku menjadi gadis yang kuat” Anjali tak mampu membendung air matanya. Ia terisak di pelukan ayahnya.
            “Tapi ini salahku ayah…. aku terlalu bahagia dengannya sampai-samapi aku tidak punya waktu untuk mengetahui dia secara mendalam. siapa dia? dimana dia tinggal? dan siapa keluarganya… aku menyesal ayah…dia banyak tahu tentang diriku, tapi aku tidak tahu tentang dirinya… Dia adalah Pria yang baik ayah…” Anjali menceritakan tentang Aryaan panjang lebar kepada Ayahnya. Om hanya bisa diam mendengar cerita semata wayangnya. sekarang ia mengerti seberapa besar Anjali mencintai Aryaan.
            “hm…aku sekarang menangis lagi…padahal aku sudah janji aku tidak akan menangis lagi…” ucap Anjali manaj. Anjali menertawakan dirinya sambil mengahpus air matanya.
            “ tidak apa-apa… kadang seseorang butuh untuk menangis untuk melegakan hatinya.” Om mengecup kening Anjali
            “ lalu sekarang apa yang akan kau lakukan?”Lanjut Om
            “ Aku akan menyebarkan pamphlet,  menyebarkan informasi di radio atau melalui pesan lewat Neelam show…” Anjali nyengir.
            “ah..kau ini…masih saja kau menyukai program televise itu” keduanya tertawa..
@@@
            Sementara itu, setelah resmi diangkat menjadi putra mahkota kerajaan india, Rahul berhak menempati ruang kerja yang sebelumnya ditempati Rohan. Ruangan putra mahkota bernuansa India klasik yang mebuatnya terkesan megah dengan nuansa emas dimana-mana menambahkan kesan megah ruangan itu. Penataan ruangan Putra mahkota sangat mencirikan karakter Rohan yang sangat menyukai seni. Terdapat banyak lukisan, patung-patung, dll yang menambah keindahan ruangan itu.
            “Ampun Rajkumaar, Apakah anda menyukai ruangan ini? atau anda ingin mengubahnya?” Tanya Karan. Karan  yang dulunya pengawal pribadi rohan kini diberi tugas untuk menjadi pengawal pribadi Rahul.
            “tidak usah Karan, aku sangat menyukai ruangan ini. Dan katakana pada pelayang yang mengurus ruangan ini untuk tidak mengubah detail ruangan ini…ruangan ini membuatku merasakan bahwa Rohan masih ada di sini.” Rahul menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia sentuh satu persatu patung-patung antic peninggalan Rohan  yang berada di meja kerja.
            “Rajkumaar…”panggil Karan lemah.
            “sekarang kau boleh pergi…” Rahul menatap sebuah potret rohan di lukisan berukuran besar yang berada tepat di belakang kursi kerja.
            “Rajkumaar, maaf. boleh saya mengatakan sesuatu?” Ucap Karan agak segan. Rahul menoleh.
            “ya… katakanlah”
            “saya tidak tahu apakah ini waktu yang tepat atau bukan untuk mengatakan hal ini kepada anda. Tapi selama anda tidak berada di Istana Pangeran Rohan sering menulis surat untuk anda. Walaupun tidak pernah beliau kirimkan karena beliau tidak mengetahui alamat anda.” papar Karan penuh hormat
            “ lalu dimana surat itu Karan?”
            Setelah member hormat, Karan berjalan menuju salah satu lemari di dekat jendela dan mengambil sebuah kotak yang terdapat di salah satu laci lemari itu.
            “Pangeran Rohan menulis surat ini ketika beliau sendirian dan membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya.” Karan menyodorkan sebuah kotak yang terdapat foto Rahul dan Rohan di tutup kotaknya.
@@@
            Setelah kepergian Karan, Rahul membuka kotak surat Rohan dan membaca surat Rohan satu persatu. Rahul tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Tanggal 7 Februari 2013
            Sebenarnya Aku tidak tahu kemana surat ini akan aku kirimkan. Kau jahat kak, masa kau tidak memberitahuku dimana kamu tinggal. Apakah kau sudah sangat bahagia dengan orang yang kau cintai dan melupakan aku.
            Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku lelah berpura-pura.  Aku juga ingin pergi jauh, sampai tidak seorangpun yang mengenaliku.
           
Tanggal 3 Maret 2013
            Aku tidak pernah merasa sebegitu bersalah pada Pooja. Dia sakit. Dan itu semua karena aku. Dia berpuasa karvachout. Tapi aku malah mengabaikannya. Aku pergi sampai malam dan Pooja menungguku sampai malam agar dia bisa makan dari tanganku. Ketika aku datang dia sudah pucat, tapi dia masih sempat mendoakan untuk kebaikanku. Lalu di paingsan. Aku merasa sangat bersalah sekali padanya. Aku tidak tahu hati pooja terbuat dari apa. mengapa dia tetap peduli padaku padahal selama ini aku selalu mengabaikannya dan tak pernah mempedulikan keberadaanya.
            Aku tidak pernah melihat Pooja selemah itu. Entah kenapa dalam hatiku ada rasa aku takut dia pergi.

Tanggal  21 Juli 2013
            Kakak.. dalam kunjunganku ke Inggris, aku bertemu Emiliy. Iba-tiba saja Dia menyuruhku untuk mengutarakan perasaanku pada Pooja. Perasaan? Perasaan apa? Apakah aku punya perasaan untuk Pooja? Bukankah gadis yang aku cintai adalah Tina? Bukan Pooja. Tapi kalau boleh jujur, akhr-akhir ini aku merasa sangat nyaman berada di sisi Pooja. Kemanjaannya dan tingkah nakalnya membuatku selalu merindukannya. Aku bingung kakak... Apakah benar kata Emiliy bahwa aku sebenarnya sudah mulai mencintai Pooja? seandainya kau ada di sini kau akan mampu menguatkanku dan mendukungku serta menghilangkan kebingunganku.
            Kakak, aku rindu kamu.

Tanggal 21 Juli 2013
            AKU MENCINTAIMU, POOJA. AKU SANGAT MENCINTAIMU.
            Huft.. mengapa kalimat itu susah sekali aku ungkapkan pada Pooja. Sampai kapan aku harus memendam rasa ini untuk Pooja. Sampai kapan? Aku takut aku tak sempat mengutarakan perasaanku padanya.
Kakak, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa aku akan pergi jauh dan tak akan kembali. Aku takut aku tak bisa menemuimu lagi. Kakak, pulanglah. Aku merindukanmu. Aku akan selalu menunggumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar