KEJURDA VI FREE FLIGHT AEROMODELLING JATIM 2016,
SO EXCITING...!
Well, ini adalah tulisan pertama saya
tentang pengalaman pribadi saya. Ngarepnya sih tulisan saya bermanfaat. Kalau
tidak untuk orang lain, bermanfaat untuk saya sendiri... hehe.. lumayankan
nulis pengalaman pribadi untuk ngilangin stress...hehe
#masihgagalmoveondarikejurdaVI
Tulisan pertama saya akan bercerita tentang
pengalaman saya menjadi wasit Kejurda Aeromodelling jatim 2016 seri freeflight.
Tapi sebelum itu saya mau bercerita sedikit kisah dibalik saya nyemplung ke
dunia aermodelling ini. Let’s Check it out.
Saya kebetulan pembina pramuka salah satu SMA di
pamekasan dan kebetulan di Gudep tersebut ada saka dirgantara. Di tahun 2015
dilaksanakan Kejurda V aeromodelling seri freeflight di pasuruan dan beberapa
adik-adik pramuka saya terpilih untuk mengikuti kejurda itu. Singkat kata
singkat cerita *ceileh dan beberapa alasan lain saya dipilih untuk menjadi
wasit kejurda aeromodelling itu karena setiap kontingen harus mengikutsertakan
minimal 2 orang wasit. Nah... dengan kemampuan dan pengetahuan saya yang minim
saya menjadi wasit kejurda aermodelling 2015 seri free flight.
Saya merasa panitia kejurda aeromodelling 2015
seri freeflight itu pengertian bahkan sangat pengertian *menurut saya...hehe.
Di kejurda tahun 2015 itu saya yang minim pengetahuan dan pengalaman dibidang
aeromodelling dipasangkan dengan wasit yang jam terbangnya sudah tinggi. Di
hari pertama saya mendapatkan patner dari Blitar, saya memanggilnya kak Chilmi
dan di hari kedua saya berpatner dengan Pak Alam, beliau dari malang. Dari
kedua orang tersebut saya sedikit banyak belajar tentang teknik teknik
perwasitan Aeromodelling seri freeflight. Di kejurda 2015 itu, tidak banyak
yang bisa saya ingat karena saya sibuk untuk belajar dan cenderung diam, secara
patner yang saya dapatkan usianya lebih tua dari saya dan saya masih merasa
segan untuk ngobrol banyak dengan mereka.
Dan tiba saatnya untuk bercerita tentang Kejurda
VI freeflight aeromodelling jatim 2016...*jreng..jreng..
Awal bulan September manager kontingen pamekasan
yang belakangan saya memanggilnya ayah rudi menghubungi saya. Beliau menanyakan
kesediaan saya menjadi wasit kejurda VI. Dan dengan mantap saya mengatakan
bahwa saya siap menjadi wasit kembali. Dan saya
tambah excited ketika tahu bahwa Kejurda VI kali ini ditempatkan di
Lanud Iswahjudi Magetan *awalnya saya kira di Lanud iswahjudi itu di madiun ternyata di magetan
:-p. Welcome kejurda VI aeromodelling Jatim 2016...
Kontingen Pamekasan berjumlah 21 orang. 1 manager,
3 offisial, 2 wasit *saya salah satunya, 1 sopir dan 14 atlet. Kami menggunakan
2 mobil, satu avanza dan satu bus mini. Kami berangkat sekitar jam 3an tapi
saya sudah berada di rumah ayah rudi sejak jam 9an. Niatnya sich mau numpang
tidur coz tidak mungkin kakak saya mengantarkan saya di pagi-pagi buta,
*kasianlah... Akan tetapi bukannya tidur, saya malah diminta untuk membantu
mengukur luas pesawat-pesawat yang akan dipertandingkan bersama ayah rudi dan
kak majid. Saya kira ngkur pesawat itu cepat, tapi karena banyaknya pesawat
yang akan dibawa pekerjaan pengkuran itu selesai jam setengah satu malam.
Ngantuk sich tapi mau bagaimana lagi, daripada repot di magetan mending repot
di pamekasan, kan? Tapi untungnya saya masih bisa tidur walaupun Cuma 15 menit,
wkwkw dan itupun tidak tidur di kasur, tapi di kursi. *saya punya kemampuan
bisa tidur dalam kondisi apapun alias pelor (nempel lalu molor :D)
Selama perjalanan menuju Magetan kebanyakan saya
gunakan untuk tidur *yaiyalah... ngantuk cuy.. semalaman gak tidur saya.
Sekitar jam satu siang saya bersama kontingen pamekasan sudah sampai di Lanud
Iswahjudi. Peserta putra dan putri dipisah. Peserta putra ditempatkan di mess
doreng dan peserta putri diletakkan di mess tak tahu namanya :p. Karena berada
di lingkungan militer, tempat tidur yang saya gunakan juga ala militer yaitu
velbed. Lumayanlah ada tempat tidur toh kalo kemah biasanya saya pake tikar
saja, kan. Satu hal yang saya sukai di mess tak tahu namanya itu, kamar
kontingen pamekasan dekat dengan toilet. Saya senang bangetlah karena saya akan
merasa betah jika dekat dengan kamar mandi. Saya punya kebiasaan ke kamar mandi
berkali kali. *dan pada akhirnya kebiasaan ini bikin ribet sendiri L
Well, ada hal usil yang dilakukan kontingen
pamekasan khusunya peserta putri. Di mess tak tahu namanya itu terdapat 5 kamar
mandi, 1 tak berfungsi dan sisanya berfungsi dengan baik. Tapi dari 4 kamar
mandi itu hanya 2 yang punya gayung sedangkan yang lain tidak. Entah kami usil
atau cerdik, kami meminjam gayung dari putra. Tentu saja peserta putra
mengambil gayung dari kamar mandi putra di mess doreng. Di mess doreng itu bak
mandinya panjang sehingga gayungnya pun banyak. Kami menukar sekotak nasi jatah
kami sehingga kami mendapatkan satu gayung yang kita gunakan untuk mandi.
Selain itu di ruangan kami, kami menemukan sebuah baskom yang tertinggal di
lemari sehingga kami punya 2 alat yang bisa kita gunakan sebagai gayung.
Alhasil, kontingen pamekasan tidak pernah mengantri kamar mandi lama-lama.
Sebab pasti ada kamar mandi yang kosong karena tak punya gayung. Dan kami
dengan leluasa menggunakan kamar mandi kosong itu dengan gayung pinjaman dari
mess putra dan baskom nasi. Selain itu, lucunya setelah mandi kami akan
langsung membawa kembali 2 gayung yang kami punya ke ruangan kami. Alhasil,
beberapa kali saya menemukan ekspresi lucu dari kontingen lain. Mereka menunggu
lama di depan kamar mandi dan ketika saya selesai mandi dan mereka ingin masuk
ternyata mereka tidak bisa menggunakan kamar madi itu karena tidak ada
gayungnya...hahaha... *saya akui kami memang sedikit jahat sich :D
Nah kembali ke dunia perwasitan karena dari
pamekasan saya memang ditugaskan menjadi wasit *sebenarnya pengen jadi peserta
tapi dah uzur diri saya :p. Jum’at malam semua wasit dikumpulkan untuk
pembagian patner di pool. Pertemuan wasit itu sekitar jam 10an malam. Tentu
saja karena capek saya tidur dan terbangun gara gara ayah rudi menelpon.
Terpaksa dengan mata ngantuk dan wajah kusut saya menuju ruang pertemuan wasit
dimana sudah banyak orang yang berkumpul. Dan setelah briefing sebentar tibalah
pembagian patner di pool. Saat di pasuruan terdapat 10 pool dan saya yang orang
baru berpatner dengan wasit yang sudah berpengalaman. Tapi saat kejurda VI,
peserta kejurda membludak sehingga harus ada 15 pool dan banyak diantara wasit
yang dikirim oleh kabupaten merupakan wasit baru yang belum berpengalaman
termasuk saya yang jam terbangnya masih
minim banget *saya masih merasa saya wasit baru J.
Setiap pool memiliki 2 wasit dan panitia memiliki
kebijakan satu pool terdiri dari wasit satu yang sudah berpengalaman dan wasit
dua yang belum berpengalaman. Stok wasit satu saat itu minim sehingga terpaksa
saya dijadikan wasit satu karena saya dianggap berpengalaman menjadi wasit di
kejurda sebelumnya. Dan wasit satu diminta untuk membagi ilmu di dunia
perwasitan pada wasit dua. Saya kaget ketika saya dijadikan wasit satu.
Pengalaman saya di dunia perwasitan masih sangat minim, saya hanya pernah
menjadi wasit kejurda V dan wasit porkab. Dalam hati saya berteriak *tentu saja
dalam hati, kalao saya teriak beneran bisa dianggap gila saya :p “Tuhan,,,,
pengalaman apa yang harus saya bagi? Padahal saya masih mau belajar”. Pusing
kepala saya. Tapi dengan bismillah saya terima keputusan itu.
Well, yang menjadi wasit di kejurda VI itu
sebagian besar adalah laki laki. Jadi wasit wanita itu limited edition. Yang
saya tahu dari pool 1 sampai pool 15 hanya ada 3 wasit wanita yaitu wasit
wanita senior(saya lupa nama beliau), wasit dari pasuruan dan saya sendiri.
Jadi tidak mengherankan jika wasit wanita mudah dikenali di kalangan wasit yang
lain apalgi nama saya sakinah. Nama yang mudah diingat dan sering jadi ledekan
wasit yang lain karena sering dipanggil sakinah mawadah warohmah. Selain itu,
cuaca di lanud iswajudi pagi hari itu dingin sehingga saya tidak bisa menahan
penggilan alam untuk ke toilet. Di hari pertama saya sudah jadi bahan ledekan
karena say 2 kali ke kamar mandi yang letaknya jauh dari tempat lomba terlebih
lagi saya berada di pool 13 yang harus melewati 12 pool yang lain. Jadilah saya
bahan ledekan wasit yang lain.
“wasit kok jalan jalan mulu..?” ledek salah satu
wasit. Kalau gak salah sich pak putut yang ngomong soalnya sebelum ke pool saya
sudah nanyain toilet ke beliau, tapi beliau tidak tahu.
“abis ke toilet pak... maklum pak cewek saluran
ureternya pendek” bela saya malu maluin
“memang pendek tapi bisa kuat (saya lupa
apanya yang bisa kuat...) senam kegel aja...” saya ingat sekali kalau
itu kak chilmi yang ngomong. (Karena saya tahu kak chilmi tu dokter walaupun
dokter hewan saya mencoba untuk percaya) Makanya saya sekarang mulai
hunting-hunting contoh senam kegel. Moga aja berhasil. Ribet cuy kalo harus ke
toilet mulu. Apalagi kalau toiletnya jauh. Bayangkan saja, Di kejurda VI jarak
tempat perlombaan dengan toilet itu seperti mengelilingi lapangan sepakbola.
Apa tidak gempor ini kaki...? Bisa kurus mendadak kalau saya sampai jadi wasit
selama satu minggu.
Dan seingat
saya saat saya melewati pool 11 dan pool 12 ada yang menyarankan saya bawa
pispot saja. Haha... rugilah diriku.... XD
Di hari pertama, saya berpatner dengan wasit dari
kediri. Namanya Arif setiawan dan dia masih SMK kelas 2. Dan alhamdulillah saya
tidak perlu mengajarkan dia karena dia sudah tahu basic basic perwasitan
aeromodelling seri freeflight. Yang saya ingat tentang arif, saat itu dia
sedang flu dan belum sarapan untung saja saya bawa roti dan kami makan berdua
*how sweet...:p. Entah karena segan atau apa, saya merasa arif pendiam tapi dia
masih bisa merespon celotehan saya atau terpaksa merespon celotehan saya. Tak berbeda dengan hari kedua, saya
mendapatkan patner dari pasuruan yang kebetulan juga masih kelas 2 SMK. Namanya
aldi. Dia lahir di situbondo dan pindah ke pasuruan. Karakternya sama dengan
arif yaitu pendiam. Dia lahir di situbondo oleh sebab itu dia mengerti bahasa
madura tapi tidak bisa berbicara bahasa madura. Oh iya, saat dengan aldi saya
sempat belajar beberapa kosakata bahasa jawa yaitu munggah untuk naik, mudun
untuk turun dan kerri untu terakhir. Aldi juga suka mendengrakan lagu bahasa
inggris. Jujur saya malu, walaupun saya guru bahasa inggris tapi lagu yang
sering saya dengarkan adalah lagu india. Hehe.
Saya akui, saya merasa lebih ekspresif saat
menjadi wasit kejurda VI bahkan cenderung cerewet. Kedua korban saya itu alias
patner saya itu saya paksa untuk mendengar celotehan saya dan alhamdulillah
mereka tidak mengeluh. *tapi saya yakin dalam hati, mereka pasti merasa berisik
sekali berada di samping saya. saya yakin kedua patner saya itu bingung
bercampur kaget kenapa ada cewek seperti saya, sudah banyak ngomong, banyak
ketawa dan juga suaranya nyaring sekali. saya lebih tua dari mereka tapi saya cerewet
sekali dan gak ada jaim-jaimnya sebagai cewek.
Jujur saya banyak ngomong dan banyak bercanda
karena saya tidak ingin jadi wasit bersama saya itu jadi membosankan. Saya
ingin akrab dengan patner saya. Saya juga tidak ingin tidak ada gap dan mereka
segan yang mau ngomong dengan saya karena saya lebih tua. Karena saya pernah merasakan
tidak enaknya menjadi wasit bersama orang yang saya bingung harus berbuat apa
dan berkata apa karena segan yang mau ngomong. *maaf pak Alam.... maaf kak
Chilmi :p
Sampai sampai saking cerewetnya saya, wasit pool
14 sampai menegur saya sambil bercanda “mbak, apa gak capek ngomong terus?”
“ya....nggaklah pak. Saya kan guru bahasa inggris jadi
memang sudah terbiasa ngomong terus. Ini mah mending ngomong pake bahasa
indonesia. Kalau di kelas saya pakainya malahan 3 bahasa, inggris indonesia
dan bahasa madura.”sahut saya sambil
senyum.
“Iya, mbak gak capek. Yang dengerin itu mbak yang
capek.” Seloroh wasit pool 14 sambil
tertawa (saya lupa nama beliau). Sedangkan patner saya yang saat itu adalah
Aldi senyum senyum mengamini.
Saya tertawa lebar.
“di kejurda ini saya sudah punya 2
korban, yang pertama wasit Arif dan yang kedua aldi ini.” Ucap saya sambil
tertawa. “ Jadi sabar sabar saja ya... dek jadi korban kedua saya” seloroh saya
pada Aldi sambil tersenyum.
“Lagian ya pak, saya itu malahan gak
enak kalau diem. Dan saya beruntung gabung ma wasit yang lebih muda, jadi saya
gak usah jaim. Kalau saya diem, Pegel gitu pipi saya, pak. kayak yang kejurda di pasuruan itu. saya gabungnya
ma wasit yang tua, jadi banyak diem dan hanya bilang iya iya saja...” cerocos
saya sambil ketawa.
Tak disangka ternyata wasit di pool 12
yang ternyata adalah kak Chilmi mendengar. “waduh saya dibilangnya tua...”
selorohnya.
“Kan memang tua, kak chil...” sambar
saya, aldi pun tertawa.
“Hm,,,ternyata ketahuan ya aslinya...”
seloroh Kak chilmi lagi.
Wasit di pool 12 sampai pool 14 pun
tertawa.
Oh ya... di Kejurda VI, pak Alam dari
malang gak ada. Andai saja ada pasti beliau juga kaget melihat karakter asli
saya. hehe.
Selama dua hari menjadi wasit kejurda
banyak orang baru yang saya temui, tapi sayangnya tidak semua saya hafal
namanya. Yang saya hafal hanya, Arif dan Aldi, Pak putut, mas teguh, Mas
anggoro dan Aftah. Wasit di pool 14 pun
saya tidak tahu namanya tapi saya hanya hafal wajah saja. *dasar sakinah.
Ohya... kata pak pur dan ayah rudi saking cerewet dan nyaringnya suara saya
serta ketawanya, suara saya terdengar dari pool 13 sampai pool satu *masa
sich?. Tapi saya mah senang-senang saja lah setidaknya saya adalah wasit yang
punya ciri khas yang mudah dikenali selain saya cewek saya juga punya ciri khas
yaitu cerewet dan banyak ngomong hahaha... Satu orang bertanya dengan beberapa
kata saya bisa menjawabnya dengan kata yang berkali-kali lipat banyaknya tanpa
diminta *betapa cerewetnya saya. Selain itu saya juga suka bercanda dan saya juga manis hahah
*wuek.
Di hari kedua pertandingan Kejurda
yang saat itu kategori F1A, ada kejadian langka yang jarang dan baru pertama
kali saya rasakan yaitu melihat landing dan take off pesawat terbang dari
dekat. FYI, area Kejurda VI di Lanud Iswahjudi memang diletakkan di landasan
terbang *tapi tidak di runwaynya. Jam 6
pertandingan F1A dimulai namun saat pertandingan berjalan satu jam,
pertanidngan dihentikan dan seluruh orang di landasan terbang harus menyingkir
ke pinggir. Saya sich sebenarnya menyiapkan hanphone saya untuk memvideokan
*jarang jarang kan liat pesawat landing dan take off dari jarak dekat :p tapi
sayang kamera hp tidak mendukung alias burem. Pesawat yang take off itu yang
dipakai ma kemiliteran gitu *yaiyalah, masa pesawat komersil. Saat landing
bunyinya itu nyaring banget. Saat menyaksikan hal itu saya teringat masa kecil
saya, saat ada pesawat lewat di atas langit, waktu kecil saya sering berteriak
“pesawat, minta uangnya....” dan saat menyaskikan pesawat landing itu saya juga
meneriakkan hal yang sama walaupun tidak teriak dengan keras tapi cukup membuat
orang di sekitar saya tertawa. Selain itu juga saya baru nyadar apa yang dilakukan
saya waktu kecil dengan berteriak minta uang pada pesawat itu tidak ada
gunanya, lah suara pesawatnya aja nyaring jadi tidak mungkin kedengaran, kan?
:p
Sebelum saya akhiri cerita gak jelas
ini saya ingin bercerita tentang Aftah. Aftah itu adalah wasit dari kediri. Dia
temannya Arif. Saat hari pertama dia menjadi wasit di pool 12. Sejak bertemu
pertama kali, salah seorang kontingen pamekasan (sebut saja Miss B) tertarik
padanya. Gimana Miss B gak tertarik pada aftah, Aftah itu sweet, kalem dan
matanya sendu gitu dan saya sebagai yang lebih tua mengamini penggambaran Aftah
oleh Miss B. Dan di hari kedua saat kontingen kediri bertanding di Pool saya,
saya sempat minta nomor Aftah untuk Miss B. Tapi saya tidak tahu tindak lanjut
dari Miss B. Hm.. coba kalau saya punya adik cewek, mau tak kenalin juga ma
Aftah. Hahaha...
Kejurda VI ini sangat menyenangkan
bagi saya. Dan benar kata orang awalnya malu malu tapi akhirnya malu maluin
contohnya saya. Di Kejurda V saya masih malu dan jaim tapi di kejurda VI sudah
tidak jaim bahkan cenderung malu maluin :p. Suasana Kejurda VI pasti akan saya
rindukan. Saya tidak tahu apakah di kejurda VII nanti saya bisa menjadi wasit
lagi atau tidak. Soalnya tahun depan saya akan sibuk dengan tetek bengek S2.
Mulai tahun depan Saya harus memfokuskan diri untuk berjuang menemukan
universitas agar beasiswa LPDP saya tidak hangus. Rencananya saya akan kuliah
S2 di UPI bandung *saya harap yang membaca ikut mendoakan saya. Jika kejurda
VII dilaksanakan di akhir tahun, kemungkinan besar (dan harus) saya sudah
menjadi mahasiswa S2. Tapi saya akan mengusahakan agar bisa tetap ambil bagian
di kejurda VII.
FYI, prestasi kontingen Pamekasan meningkat. Di
Kejurda V, hanya mendapatkan satu medali perunggu kategori F1A usia 13.
Sedangkan di kejurda VI meraih 2 medali perak. 1 perak kategori OHLG usia 13
yang diraih oleh Rifki dan 1 perak kategori F1H usia 13 yang diraih oleh Rafly.
Semoga Tahun depan prestasi pamekasan lebih meningkat lagi. Aamiin. Sekian