Jumat, 11 November 2016

KEJURDA VI FREE FLIGHT AEROMODELLING JATIM 2016, SO EXCITING...!



KEJURDA VI FREE FLIGHT AEROMODELLING JATIM 2016, SO EXCITING...!
         
          Well, ini adalah tulisan pertama saya tentang pengalaman pribadi saya. Ngarepnya sih tulisan saya bermanfaat. Kalau tidak untuk orang lain, bermanfaat untuk saya sendiri... hehe.. lumayankan nulis pengalaman pribadi untuk ngilangin stress...hehe #masihgagalmoveondarikejurdaVI
Tulisan pertama saya akan bercerita tentang pengalaman saya menjadi wasit Kejurda Aeromodelling jatim 2016 seri freeflight. Tapi sebelum itu saya mau bercerita sedikit kisah dibalik saya nyemplung ke dunia aermodelling ini. Let’s Check it out.
Saya kebetulan pembina pramuka salah satu SMA di pamekasan dan kebetulan di Gudep tersebut ada saka dirgantara. Di tahun 2015 dilaksanakan Kejurda V aeromodelling seri freeflight di pasuruan dan beberapa adik-adik pramuka saya terpilih untuk mengikuti kejurda itu. Singkat kata singkat cerita *ceileh dan beberapa alasan lain saya dipilih untuk menjadi wasit kejurda aeromodelling itu karena setiap kontingen harus mengikutsertakan minimal 2 orang wasit. Nah... dengan kemampuan dan pengetahuan saya yang minim saya menjadi wasit kejurda aermodelling 2015 seri free flight.
Saya merasa panitia kejurda aeromodelling 2015 seri freeflight itu pengertian bahkan sangat pengertian *menurut saya...hehe. Di kejurda tahun 2015 itu saya yang minim pengetahuan dan pengalaman dibidang aeromodelling dipasangkan dengan wasit yang jam terbangnya sudah tinggi. Di hari pertama saya mendapatkan patner dari Blitar, saya memanggilnya kak Chilmi dan di hari kedua saya berpatner dengan Pak Alam, beliau dari malang. Dari kedua orang tersebut saya sedikit banyak belajar tentang teknik teknik perwasitan Aeromodelling seri freeflight. Di kejurda 2015 itu, tidak banyak yang bisa saya ingat karena saya sibuk untuk belajar dan cenderung diam, secara patner yang saya dapatkan usianya lebih tua dari saya dan saya masih merasa segan untuk ngobrol banyak dengan mereka.
Dan tiba saatnya untuk bercerita tentang Kejurda VI freeflight aeromodelling jatim 2016...*jreng..jreng..
Awal bulan September manager kontingen pamekasan yang belakangan saya memanggilnya ayah rudi menghubungi saya. Beliau menanyakan kesediaan saya menjadi wasit kejurda VI. Dan dengan mantap saya mengatakan bahwa saya siap menjadi wasit kembali. Dan saya  tambah excited ketika tahu bahwa Kejurda VI kali ini ditempatkan di Lanud Iswahjudi Magetan *awalnya saya kira di Lanud  iswahjudi itu di madiun ternyata di magetan :-p. Welcome kejurda VI aeromodelling Jatim 2016...
Kontingen Pamekasan berjumlah 21 orang. 1 manager, 3 offisial, 2 wasit *saya salah satunya, 1 sopir dan 14 atlet. Kami menggunakan 2 mobil, satu avanza dan satu bus mini. Kami berangkat sekitar jam 3an tapi saya sudah berada di rumah ayah rudi sejak jam 9an. Niatnya sich mau numpang tidur coz tidak mungkin kakak saya mengantarkan saya di pagi-pagi buta, *kasianlah... Akan tetapi bukannya tidur, saya malah diminta untuk membantu mengukur luas pesawat-pesawat yang akan dipertandingkan bersama ayah rudi dan kak majid. Saya kira ngkur pesawat itu cepat, tapi karena banyaknya pesawat yang akan dibawa pekerjaan pengkuran itu selesai jam setengah satu malam. Ngantuk sich tapi mau bagaimana lagi, daripada repot di magetan mending repot di pamekasan, kan? Tapi untungnya saya masih bisa tidur walaupun Cuma 15 menit, wkwkw dan itupun tidak tidur di kasur, tapi di kursi. *saya punya kemampuan bisa tidur dalam kondisi apapun alias pelor (nempel lalu molor :D)
Selama perjalanan menuju Magetan kebanyakan saya gunakan untuk tidur *yaiyalah... ngantuk cuy.. semalaman gak tidur saya. Sekitar jam satu siang saya bersama kontingen pamekasan sudah sampai di Lanud Iswahjudi. Peserta putra dan putri dipisah. Peserta putra ditempatkan di mess doreng dan peserta putri diletakkan di mess tak tahu namanya :p. Karena berada di lingkungan militer, tempat tidur yang saya gunakan juga ala militer yaitu velbed. Lumayanlah ada tempat tidur toh kalo kemah biasanya saya pake tikar saja, kan. Satu hal yang saya sukai di mess tak tahu namanya itu, kamar kontingen pamekasan dekat dengan toilet. Saya senang bangetlah karena saya akan merasa betah jika dekat dengan kamar mandi. Saya punya kebiasaan ke kamar mandi berkali kali. *dan pada akhirnya kebiasaan ini bikin ribet sendiri L
Well, ada hal usil yang dilakukan kontingen pamekasan khusunya peserta putri. Di mess tak tahu namanya itu terdapat 5 kamar mandi, 1 tak berfungsi dan sisanya berfungsi dengan baik. Tapi dari 4 kamar mandi itu hanya 2 yang punya gayung sedangkan yang lain tidak. Entah kami usil atau cerdik, kami meminjam gayung dari putra. Tentu saja peserta putra mengambil gayung dari kamar mandi putra di mess doreng. Di mess doreng itu bak mandinya panjang sehingga gayungnya pun banyak. Kami menukar sekotak nasi jatah kami sehingga kami mendapatkan satu gayung yang kita gunakan untuk mandi. Selain itu di ruangan kami, kami menemukan sebuah baskom yang tertinggal di lemari sehingga kami punya 2 alat yang bisa kita gunakan sebagai gayung. Alhasil, kontingen pamekasan tidak pernah mengantri kamar mandi lama-lama. Sebab pasti ada kamar mandi yang kosong karena tak punya gayung. Dan kami dengan leluasa menggunakan kamar mandi kosong itu dengan gayung pinjaman dari mess putra dan baskom nasi. Selain itu, lucunya setelah mandi kami akan langsung membawa kembali 2 gayung yang kami punya ke ruangan kami. Alhasil, beberapa kali saya menemukan ekspresi lucu dari kontingen lain. Mereka menunggu lama di depan kamar mandi dan ketika saya selesai mandi dan mereka ingin masuk ternyata mereka tidak bisa menggunakan kamar madi itu karena tidak ada gayungnya...hahaha... *saya akui kami memang sedikit jahat sich :D
Nah kembali ke dunia perwasitan karena dari pamekasan saya memang ditugaskan menjadi wasit *sebenarnya pengen jadi peserta tapi dah uzur diri saya :p. Jum’at malam semua wasit dikumpulkan untuk pembagian patner di pool. Pertemuan wasit itu sekitar jam 10an malam. Tentu saja karena capek saya tidur dan terbangun gara gara ayah rudi menelpon. Terpaksa dengan mata ngantuk dan wajah kusut saya menuju ruang pertemuan wasit dimana sudah banyak orang yang berkumpul. Dan setelah briefing sebentar tibalah pembagian patner di pool. Saat di pasuruan terdapat 10 pool dan saya yang orang baru berpatner dengan wasit yang sudah berpengalaman. Tapi saat kejurda VI, peserta kejurda membludak sehingga harus ada 15 pool dan banyak diantara wasit yang dikirim oleh kabupaten merupakan wasit baru yang belum berpengalaman termasuk saya  yang jam terbangnya masih minim banget *saya masih merasa saya wasit baru J.
Setiap pool memiliki 2 wasit dan panitia memiliki kebijakan satu pool terdiri dari wasit satu yang sudah berpengalaman dan wasit dua yang belum berpengalaman. Stok wasit satu saat itu minim sehingga terpaksa saya dijadikan wasit satu karena saya dianggap berpengalaman menjadi wasit di kejurda sebelumnya. Dan wasit satu diminta untuk membagi ilmu di dunia perwasitan pada wasit dua. Saya kaget ketika saya dijadikan wasit satu. Pengalaman saya di dunia perwasitan masih sangat minim, saya hanya pernah menjadi wasit kejurda V dan wasit porkab. Dalam hati saya berteriak *tentu saja dalam hati, kalao saya teriak beneran bisa dianggap gila saya :p “Tuhan,,,, pengalaman apa yang harus saya bagi? Padahal saya masih mau belajar”. Pusing kepala saya. Tapi dengan bismillah saya terima keputusan itu.
Well, yang menjadi wasit di kejurda VI itu sebagian besar adalah laki laki. Jadi wasit wanita itu limited edition. Yang saya tahu dari pool 1 sampai pool 15 hanya ada 3 wasit wanita yaitu wasit wanita senior(saya lupa nama beliau), wasit dari pasuruan dan saya sendiri. Jadi tidak mengherankan jika wasit wanita mudah dikenali di kalangan wasit yang lain apalgi nama saya sakinah. Nama yang mudah diingat dan sering jadi ledekan wasit yang lain karena sering dipanggil sakinah mawadah warohmah. Selain itu, cuaca di lanud iswajudi pagi hari itu dingin sehingga saya tidak bisa menahan penggilan alam untuk ke toilet. Di hari pertama saya sudah jadi bahan ledekan karena say 2 kali ke kamar mandi yang letaknya jauh dari tempat lomba terlebih lagi saya berada di pool 13 yang harus melewati 12 pool yang lain. Jadilah saya bahan ledekan wasit yang lain.
“wasit kok jalan jalan mulu..?” ledek salah satu wasit. Kalau gak salah sich pak putut yang ngomong soalnya sebelum ke pool saya sudah nanyain toilet ke beliau, tapi beliau tidak tahu.
“abis ke toilet pak... maklum pak cewek saluran ureternya pendek” bela saya malu maluin
“memang pendek tapi bisa kuat (saya lupa apanya yang bisa kuat...) senam kegel aja...” saya ingat sekali kalau itu kak chilmi yang ngomong. (Karena saya tahu kak chilmi tu dokter walaupun dokter hewan saya mencoba untuk percaya) Makanya saya sekarang mulai hunting-hunting contoh senam kegel. Moga aja berhasil. Ribet cuy kalo harus ke toilet mulu. Apalagi kalau toiletnya jauh. Bayangkan saja, Di kejurda VI jarak tempat perlombaan dengan toilet itu seperti mengelilingi lapangan sepakbola. Apa tidak gempor ini kaki...? Bisa kurus mendadak kalau saya sampai jadi wasit selama satu minggu.
 Dan seingat saya saat saya melewati pool 11 dan pool 12 ada yang menyarankan saya bawa pispot saja. Haha... rugilah diriku.... XD
Di hari pertama, saya berpatner dengan wasit dari kediri. Namanya Arif setiawan dan dia masih SMK kelas 2. Dan alhamdulillah saya tidak perlu mengajarkan dia karena dia sudah tahu basic basic perwasitan aeromodelling seri freeflight. Yang saya ingat tentang arif, saat itu dia sedang flu dan belum sarapan untung saja saya bawa roti dan kami makan berdua *how sweet...:p. Entah karena segan atau apa, saya merasa arif pendiam tapi dia masih bisa merespon celotehan saya atau terpaksa merespon celotehan saya.  Tak berbeda dengan hari kedua, saya mendapatkan patner dari pasuruan yang kebetulan juga masih kelas 2 SMK. Namanya aldi. Dia lahir di situbondo dan pindah ke pasuruan. Karakternya sama dengan arif yaitu pendiam. Dia lahir di situbondo oleh sebab itu dia mengerti bahasa madura tapi tidak bisa berbicara bahasa madura. Oh iya, saat dengan aldi saya sempat belajar beberapa kosakata bahasa jawa yaitu munggah untuk naik, mudun untuk turun dan kerri untu terakhir. Aldi juga suka mendengrakan lagu bahasa inggris. Jujur saya malu, walaupun saya guru bahasa inggris tapi lagu yang sering saya dengarkan adalah lagu india. Hehe.
Saya akui, saya merasa lebih ekspresif saat menjadi wasit kejurda VI bahkan cenderung cerewet. Kedua korban saya itu alias patner saya itu saya paksa untuk mendengar celotehan saya dan alhamdulillah mereka tidak mengeluh. *tapi saya yakin dalam hati, mereka pasti merasa berisik sekali berada di samping saya. saya yakin kedua patner saya itu bingung bercampur kaget kenapa ada cewek seperti saya, sudah banyak ngomong, banyak ketawa dan juga suaranya nyaring sekali. saya lebih tua dari mereka tapi saya cerewet sekali dan gak ada jaim-jaimnya sebagai cewek.
Jujur saya banyak ngomong dan banyak bercanda karena saya tidak ingin jadi wasit bersama saya itu jadi membosankan. Saya ingin akrab dengan patner saya. Saya juga tidak ingin tidak ada gap dan mereka segan yang mau ngomong dengan saya karena saya lebih tua. Karena saya pernah merasakan tidak enaknya menjadi wasit bersama orang yang saya bingung harus berbuat apa dan berkata apa karena segan yang mau ngomong. *maaf pak Alam.... maaf kak Chilmi :p
Sampai sampai saking cerewetnya saya, wasit pool 14 sampai menegur saya sambil bercanda “mbak, apa gak capek ngomong terus?”
“ya....nggaklah pak. Saya kan guru bahasa inggris jadi memang sudah terbiasa ngomong terus. Ini mah mending ngomong pake bahasa indonesia. Kalau di kelas saya pakainya malahan 3 bahasa, inggris indonesia dan  bahasa madura.”sahut saya sambil senyum.
“Iya, mbak gak capek. Yang dengerin itu mbak yang capek.” Seloroh wasit pool 14  sambil tertawa (saya lupa nama beliau). Sedangkan patner saya yang saat itu adalah Aldi senyum senyum mengamini.
          Saya tertawa lebar.
          “di kejurda ini saya sudah punya 2 korban, yang pertama wasit Arif dan yang kedua aldi ini.” Ucap saya sambil tertawa. “ Jadi sabar sabar saja ya... dek jadi korban kedua saya” seloroh saya pada Aldi sambil tersenyum.
          “Lagian ya pak, saya itu malahan gak enak kalau diem. Dan saya beruntung gabung ma wasit yang lebih muda, jadi saya gak usah jaim. Kalau saya diem, Pegel gitu pipi saya, pak.  kayak yang kejurda di pasuruan itu. saya gabungnya ma wasit yang tua, jadi banyak diem dan hanya bilang iya iya saja...” cerocos saya sambil ketawa.
          Tak disangka ternyata wasit di pool 12 yang ternyata adalah kak Chilmi mendengar. “waduh saya dibilangnya tua...” selorohnya.
          “Kan memang tua, kak chil...” sambar saya, aldi pun tertawa.
          “Hm,,,ternyata ketahuan ya aslinya...” seloroh Kak chilmi lagi.
          Wasit di pool 12 sampai pool 14 pun tertawa.
          Oh ya... di Kejurda VI, pak Alam dari malang gak ada. Andai saja ada pasti beliau juga kaget melihat karakter asli saya. hehe.
          Selama dua hari menjadi wasit kejurda banyak orang baru yang saya temui, tapi sayangnya tidak semua saya hafal namanya. Yang saya hafal hanya, Arif dan Aldi, Pak putut, mas teguh, Mas anggoro dan Aftah.  Wasit di pool 14 pun saya tidak tahu namanya tapi saya hanya hafal wajah saja. *dasar sakinah. Ohya... kata pak pur dan ayah rudi saking cerewet dan nyaringnya suara saya serta ketawanya, suara saya terdengar dari pool 13 sampai pool satu *masa sich?. Tapi saya mah senang-senang saja lah setidaknya saya adalah wasit yang punya ciri khas yang mudah dikenali selain saya cewek saya juga punya ciri khas yaitu cerewet dan banyak ngomong hahaha... Satu orang bertanya dengan beberapa kata saya bisa menjawabnya dengan kata yang berkali-kali lipat banyaknya tanpa diminta *betapa cerewetnya saya. Selain itu saya juga  suka bercanda dan saya juga manis hahah *wuek.
          Di hari kedua pertandingan Kejurda yang saat itu kategori F1A, ada kejadian langka yang jarang dan baru pertama kali saya rasakan yaitu melihat landing dan take off pesawat terbang dari dekat. FYI, area Kejurda VI di Lanud Iswahjudi memang diletakkan di landasan terbang *tapi tidak di runwaynya.  Jam 6 pertandingan F1A dimulai namun saat pertandingan berjalan satu jam, pertanidngan dihentikan dan seluruh orang di landasan terbang harus menyingkir ke pinggir. Saya sich sebenarnya menyiapkan hanphone saya untuk memvideokan *jarang jarang kan liat pesawat landing dan take off dari jarak dekat :p tapi sayang kamera hp tidak mendukung alias burem. Pesawat yang take off itu yang dipakai ma kemiliteran gitu *yaiyalah, masa pesawat komersil. Saat landing bunyinya itu nyaring banget. Saat menyaksikan hal itu saya teringat masa kecil saya, saat ada pesawat lewat di atas langit, waktu kecil saya sering berteriak “pesawat, minta uangnya....” dan saat menyaskikan pesawat landing itu saya juga meneriakkan hal yang sama walaupun tidak teriak dengan keras tapi cukup membuat orang di sekitar saya tertawa. Selain itu juga saya baru nyadar apa yang dilakukan saya waktu kecil dengan berteriak minta uang pada pesawat itu tidak ada gunanya, lah suara pesawatnya aja nyaring jadi tidak mungkin kedengaran, kan? :p
          Sebelum saya akhiri cerita gak jelas ini saya ingin bercerita tentang Aftah. Aftah itu adalah wasit dari kediri. Dia temannya Arif. Saat hari pertama dia menjadi wasit di pool 12. Sejak bertemu pertama kali, salah seorang kontingen pamekasan (sebut saja Miss B) tertarik padanya. Gimana Miss B gak tertarik pada aftah, Aftah itu sweet, kalem dan matanya sendu gitu dan saya sebagai yang lebih tua mengamini penggambaran Aftah oleh Miss B. Dan di hari kedua saat kontingen kediri bertanding di Pool saya, saya sempat minta nomor Aftah untuk Miss B. Tapi saya tidak tahu tindak lanjut dari Miss B. Hm.. coba kalau saya punya adik cewek, mau tak kenalin juga ma Aftah. Hahaha...
          Kejurda VI ini sangat menyenangkan bagi saya. Dan benar kata orang awalnya malu malu tapi akhirnya malu maluin contohnya saya. Di Kejurda V saya masih malu dan jaim tapi di kejurda VI sudah tidak jaim bahkan cenderung malu maluin :p. Suasana Kejurda VI pasti akan saya rindukan. Saya tidak tahu apakah di kejurda VII nanti saya bisa menjadi wasit lagi atau tidak. Soalnya tahun depan saya akan sibuk dengan tetek bengek S2. Mulai tahun depan Saya harus memfokuskan diri untuk berjuang menemukan universitas agar beasiswa LPDP saya tidak hangus. Rencananya saya akan kuliah S2 di UPI bandung *saya harap yang membaca ikut mendoakan saya. Jika kejurda VII dilaksanakan di akhir tahun, kemungkinan besar (dan harus) saya sudah menjadi mahasiswa S2. Tapi saya akan mengusahakan agar bisa tetap ambil bagian di kejurda VII.
FYI, prestasi kontingen Pamekasan meningkat. Di Kejurda V, hanya mendapatkan satu medali perunggu kategori F1A usia 13. Sedangkan di kejurda VI meraih 2 medali perak. 1 perak kategori OHLG usia 13 yang diraih oleh Rifki dan 1 perak kategori F1H usia 13 yang diraih oleh Rafly. Semoga Tahun depan prestasi pamekasan lebih meningkat lagi. Aamiin.  Sekian